di Kabupaten Gayo Lues yaitu: Kecamatan Blangkejeren membawahi Kecamatan Dabun Gelang, Puteri Betung dan Blang Pegayon, Kecamatan Kuta Panjang
membawahi Kecamatan Blang Jerango, Kecamatan Terangun membawahi Kecamatan Tripe Jaya, Kecamatan Pining, dan Kecamatan Rikit Gaib
membawahi Kecamatan Pantan Cuaca. Berkaitan dengan jumlah grup penari Saman di Kabupaten Gayo Lues
sesuai dengan hasil observasi dan wawancara peneliti dapat dilihat dari jumlah kampung. Di setiap kampung sudah pasti ada satu grup saman yang dibentuk oleh
para pemuda yang berdomisili di kampung tersebut. Hal ini untuk membuktikan betapa besarnya kecintaan masyarakat Gayo Lues terhadap Tari Saman.
4.2. Filosofi dan Perkembangan Tari Saman
Ketika Tari Saman akan dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili
masyarakat setempat keketar atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan
kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan
antara grup tamu dengan grup sepangkalan dua grup. Penilaian dititikberatkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu
syair yang disajikan oleh pihak lawan. Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik,
akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka
Universitas Sumatera Utara
sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini ditarikan oleh para pria dipandu oleh seorang pemimpin yang disebut Syech.
Keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi
yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukan dalam acara adat tertentu,
diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula
pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar Kabupaten dan Negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.
Tari Saman dimainkan oleh sekelompok pria. Kaum wanita tidak ada yang melakukannya, karena kesenian ini melakukan gerakan dengan memukul dada,
menggelengkan kepala, membungkukkan badan dan juga kadang-kadang melakukan gerakan yang cepat. Hal ini menjadi faktor penyebab kaum wanita
tidak bisa bahkan dilarang melakukan tarian ini karena tidak sesuai dengan kodrat keadaan seorang wanita. Selain itu, secara naluri wanita selalu menunjukkan
gerakan yang lemah gemulai yang tidak tercermin dalam Saman serta faktor penting yang membedakan dengan Tari Saman lainnya. Tari Saman Gayo hanya
dikhususkan penarinya dari kaum pria. Apabila ada tari yang menyerupai Tarian ini dimainkan oleh kaum wanita sudah dipastikan bukan Tari Saman Gayo.
Tari Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar yaitu: tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam,
Syeikh Saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan
Universitas Sumatera Utara
dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan. Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti
gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring semua gerak ini adalah bahasa Gayo. Pada umumnya, Tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-
laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain ada yang mengatakan tarian ini ditarikan oleh 10 orang penari, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai
pemberi aba-aba sambil bernyayi.
4.3. Pariwisata dan Tari Saman: Analisis tentang Kebijakan dan Program