kesenian Tari Saman. Pembangunan secara kreativitas dilakukan dengan jalan memacu para penggerak di balik kesenian tersebut dalam hal ini seniman ataupun
penari Saman untuk terus berkarya dan mendidik generasi selanjutnya sebagai penerusnya. Pembangunan semacam ini tidak semata hanya mendorong para
seniman untuk terus berkarya tetapi juga memberikan ruang kepada mereka untuk bergerak lebih leluasa dan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues juga harus mengakui
bahwa seniman penari Saman adalah salah satu tonggak penopang dari Budaya Bangsa Indonesia melalui hasil-hasil karyanya serta memberikan suatu atraksi
positif di bidang pariwisata daerah Kabupaten Gayo Lues. Pembangunan secara kualitas adalah lebih menitik beratkan pada tingginya tingkat kualitas yang harus
dicapai dan dijamin mutunya sehingga suatu karya seni memiliki nilai filosofis baik secara estetika di dalam bentuk esensi suatu kesenian. Sehingga karya seni
yang muncul tidak lagi bersifat dangkal dan lebih mengacu pada pembangunan moral bangsa ini yang muncul dari dasar cita-cita budaya bangsa bukan lagi
mengimitasi dari kebudayaan suatu kelompok ataupun suku lain.
2.3. Seni Tari Saman : Folklor dari Kebudayaan Gayo
Sebelum membahas lebih lanjut tentang Tari Saman terlebih dahulu penulis menjelaskan tentang bentuk-bentuk Folklor Indonesia. Folklor menurut
Jan Harold Brunvand seorang ahli Folklor dari Amerika Serikat dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya Danandjaja,
1994 : 1. “Folklor lisan Verbal Volklore.
2. Folklor sebagian lisan Partly Verbal Volklore.
Universitas Sumatera Utara
3. Folklor bukan lisan Non Verbal Volklore”. Tari Saman termasuk kedalam Folklor sebagian lisan Partly Verbal
Volklore karena bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Tari Saman sendiri merupakan salah satu unsur budaya, keberadaannya
sudah turun temurun ada pada masyarakat Gayo Lues pada umumnya. Tari Saman juga merupakan termasuk salah satu kebudayaan non material atau sering
dikatakan sebagai budaya tak benda. Dokumen yang ditulis oleh seorang cendikiawan Gayo Lues Safarudin S.Sos mengenai ringkasan singkat tentang Tari
Saman. Namun dalam pembahasan ini lebih menjelaskan kepada pendekatan deskripsi secara umum saja dan hanya berbentuk seperti makalah biasa.
Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut: dari sudut pengertian Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan dakwah. Tarian ini
mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan dan kebersamaan. Sebelum Tari Saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan,
tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat keketar atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan
penonton. Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian
adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan dua grup. Penilaian dititikberatkan pada
kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu syair yang disajikan oleh pihak lawan.
Universitas Sumatera Utara
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang
biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini
ditarikan oleh para pria dipandu oleh seorang pemimpin yang disebut Syech. Keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam
menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.
Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukan dalam acara adat tertentu, diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar
Kabupaten dan Negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya. Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari Tari Saman. Cara
menyanyikan lagu-lagu dalam Tari Saman dibagi dalam 5 macam: 1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari. 3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang
penari pada bagian tengah tari. 4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang
tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak. 5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan
oleh penari solo.
Universitas Sumatera Utara
Tari Saman dimainkan oleh sekelompok pria. Kaum wanita tidak ada yang melakukannya, karena kesenian ini melakukan gerakan dengan memukul dada,
menggelengkan kepala, membungkukkan badan dan juga kadang-kadang melakukan gerakan yang cepat. Hal ini menjadi faktor penyebab kaum wanita
tidak bisa bahkan dilarang melakukan tarian ini karena tidak sesuai dengan kodrat keadaan seorang wanita. Selain itu, secara naluri wanita selalu menunjukkan
gerakan yang lemah gemulai yang tidak tercermin dalam Saman. Pengaturan penari Saman harus teratur sesuai dengan formasinya. Urutan
formasi sesuai dengan kedudukan penari sebagai pemimpin atau anggota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Pertunjukan Tari Saman Tari Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar
yaitu: tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam,
Universitas Sumatera Utara
Syeikh Saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan
dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan. Tari Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti
gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring semua gerak ini adalah bahasa Gayo. Pada umumnya, Tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-
laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain ada yang mengatakan tarian ini ditarikan oleh 10 orang penari, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai
pemberi aba-aba sambil bernyayi. Pada umumnya Tari Saman banyak mengandung nilai yang mencerminkan
pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Secara singkat dijelaskan lagi oleh salah seorang pendiri Kabupaten
Gayo Lues Dr. Rajab Bahry, M.Pd mengenai filosofi Tari Saman. Aspek pertama adalah mengenai Kepemimpinan. Tarian ini diawali oleh teriakan pemimpin,
diikuti lagu dan ada atau tidak musik pengiring menjadi tidak masalah. Pemimpin disinilah yang akan membawa irama menjadi cepat dan melambat. Dia harus tahu
Power kelompoknya, sehingga kapan harus menaikkan tempo tarian. Dalam bahasa organisasi ini disebut Emphatic Leadership atau empati seorang
pemimpin. Kemudian aspek lainnya adalah koordinasi dan komunikasi.
Sangat tidak mungkin keserentakan gerak tanpa koordinasi. Komunikasi yang dibangun tidak harus dengan bahasa verbal, namun justru menggunakan bahasa
Universitas Sumatera Utara
isyarat, misal: sentuhan di bahu, tepukan tangan penari lain, dan lirikan mata antar anggota. Selanjutnya bagian lainnya adalah semangat dan antusias.
Tari Saman merupakan salah satu tarian yang nge-beat dan tidak mungkin dilakukan tanpa semangat apalagi tanpa energi yang baik.
Irama dan birama yang begitu cepat dan gerakan yang begitu dinamis sangat membutuhkan konsentrasi luar biasa dan fokus terhadap apa yang sedang
dikerjakan. Sekalipun ada anggota yang bersedih atau berduka, maka dia tetap akan memacu memaksa diri untuk bergerak cepat dan akhirnya terhanyut dalam
semangat akibat ”Virus” antusias yang ada pada orang-orang di sekitarnya. Feedback juga sangat ditekankan dalam tari ini di mana teriakan dan nyanyian
anggota tim, layaknya sebuah Feedback yang menyemangati. Membangun energi dan kebersamaan, sekaligus membangun irama kerja yang dinamis namun padu.
Membangun sebuah tim dibutuhkan Feedback yang terus menerus, agar arah tetap terjaga, sekaligus energi tim terus penuh. Siapapun anda yang memiliki tim, maka
Feedback adalah wajib hukumnya. Sehingga dengan adanya Feedback tersebut keterlibatan secara emosi
teriakan, nyanyian dan gerakan yang dilakukan merupakan sinergi energi yang ada di dalam diri penari sebagai sebuah pelepasan emosi. Satu hal, emosi yang
diangkat memadukan melodi yang dinyatakan dengan irama gerakan yang dilakukan. Disinilah letak Mood Concruency kesesuaian suasana hati para penari
dengan tarian dan nyanyiannya, serta penari lain di dalam grup. Ada kohesivitas di dalamnya, ikatan ini yang mungkin oleh Le Bon dibilang sebagai The
Collective Mind.
Universitas Sumatera Utara
Baik hanya sepuluh orang atau ratusan penari, maka kita akan melihat bagaimana cara penari ini bisa melakukan menyamakan tindakan dan gerakan
yang sangat perlahan hingga sangat cepat. Awalnya para penari akan melakukan dengan sangat perlahan, kemudian setelah iramanya terbentuk, dan gerak tim
sudah mantap, maka mereka mulai melakukan Speed-up. Makin cepat, semakin cepat, semakin cepat dan semakin memikat. Inilah cara membuat tim menjadi bisa
bekerja secara optimal. Formasi yang kuat dan kokoh, dengan skrup yang sudah kuat, maka mulailah menambah kecepatan. Formasi belum terbentuk, irama
belum selaras dan anda akan melakukan genjotan untuk Speed-up Team anda, maka sudah bisa dipastikan, akan ada korban-korban disana.
Kesuksesan tim adalah buah proses belajar latihan dan perencanaannya anda percaya Tari Saman ini tercipta atau ada seketika. Tentu saja tidak, masing-
masing anggota harus paham gerakan dasar dan keseluruhan gerakan sebagai totalitas, dirinya juga harus belajar nyanyian dan bagaimana irama hentakan yang
dilakukan. Belum termasuk bagaimana menyamakan gerakan dan nyanyian. Semua tim butuh proses belajar untuk berpadu dalam Actionnya.
Selanjutnya filosofi lainnya adalah tertib dan teratur s
eperti rukun shalat yang terakhir: tertib dan teratur. Tarian ini juga sebuah tarian yang tidak bisa
diimprovisasi masing-masing anggota tim, apalagi yang sifatnya spontan. Tarian harus dilakukan sesuai aturan yang disepakati. Sekali ada anggota yang egois dan
mencoba ingin menonjol sendiri dengan improvisasi, maka sudah pasti akan terjadi benturan kepala atau gesekan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Pariwisata Kaitannya dengan