Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan remaja perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki-laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi dari pada perempuan. Remaja laki-
laki aktivitas fisiknya lebih berat, sebab pada usia tersebut sedang memprioritaskan olah raga seperti hiking, sepak bola, tenis, dan berenang. Sedangkan untuk remaja
perempuan aktivitasnya lebih ringan dari remaja laki-laki seperti megerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman, berdandan dan sebagainya Subardja, 2004.
Peningkatan rata-rata pemakaian energi sebanyak 418,4 kJ 100 kkal per hari oleh satu populasi akan dicapai hanya dengan meningkatkan aktivitas fisik mereka
Azwar, 2004. Aktivitas fisik tingkat sedang seperti berjalan kaki selama tiga jam seminggu, didapati sangat mengurangi insidens dan risiko terjadinya pelbagai
penyakit kronik, terutama diabetes mellitus tipe 2, obesitas, hipertensi, penyakit kardivaskuler, depresi, kegelisahan dan banyak jenis kanker Chakravarthy et al,
2002.
2.9. Uang Saku
Pemberian uang saku kepada anak merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga kepada anak untuk keperluan harian, mingguan atau bulanan,
baik untuk keperluan jajan maupun keperluan lainnya, seperti untuk alat tulis, menabung dan lain-lain. Pemberian uang saku ini memberikan pengaruh kepada anak
untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimilikinya Thoha, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu alasan penting yang menyebabkan anak mengkonsumsi makanan yang lebih beragam adalah peningkatan pendapatan yang dalam hal ini adalah uang
saku Kurniawan,2000. Berdasarkan hasil penelitian Yuflida 2001 diketahui bahwa besar uang jajan berhubungan dengan frekuensi jajan. Dengan uang saku yang
berlebih memberikan peluang pada seseorang untuk membeli dan mengonsumsi makanan lebih banyak ragamnya dan kuantitasnya.
2.10. Pengaruh Konsumsi Energi dan Lemak terhadap Obesitas
Obesitas disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan sehari- hari untuk memelihara dan memulihkan kesehatan, proses tumbuh kembang dan
melakukan aktifitas jasmani, yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor makanan ini merupakan faktor yang terpenting untuk
terjadinya kegemukan. Banyaknya pilihan jenis makanan, tersedianya makanan sepanjang hari dan metode pengawetan makanan yang semakin canggih
berpengaruh terhadap tingginya asupan energy Barasi, 2007. Apabila konsumsi energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptide –Y NPY, sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari konsumsi
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan Harrison, 2003.
Penelitian Croezen 2007 menunjukkan, pola makan yang tidak teratur pada remaja seperti tidak sarapan pagi, asupan alkohol, dan rendahnya aktivitas fisik
menyebabkan obesitas pada masa remaja Indeks Massa TubuhIMT meningkat. Penelitian desain potong lintang tersebut mengikut sertakan 25.000 remaja laki-laki
dan perempuan menemukan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan obesitas adalah tidak sarapan pagi. Toshcke 2007 menyatakan, adanya peningkatan berat
badan pada masa pertumbuhan dan pubertas merupakan faktor risiko terjadinya obesitas dewasa. Penelitan kohor tersebut mengikut sertakan 505 anak laki-laki dan
perempuan, menemukan obesitas usia 7 dan 11 tahun berkaitan erat dengan terjadinya obesitas setelah 23 tahun kemudian.
Almatsier 2003 menyatakan, bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang
dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan idealnormal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang
dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh
kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak.
Perubahan budaya makan ternyata dapat menyokong kecendrungan terjadinya kegemukan khususnya di negara maju dan pada sebagian masyarakat perkotaan di
Universitas Sumatera Utara
negara berkembang. Kebiasaan makan keluarga suka ditiru olek anak anak, misalnya makan berlebihan, frekuensi makan sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu
makan Wirakusumah, 2001.
2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Obesitas