Faktor Resiko yang paling Dominan terhadap Kejadian Obesitas

Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kelebihan energi yang disimpan sebai lemak dan menjadi faktor resiko terjadinya obesitas OR = 23,36. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simatupang R, 2008 yang melaporkan ada pengaruh antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar di Medan. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Sudikno et al., 2010. Tim peneliti tersebut mengungkapkan bahwa ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada orang dewasa di Indonesia. Risiko obesitas ditemukan lebih tinggi pada laki-laki yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,59 dibandingkan dengan perempuan yang aktivitas fisiknya kurang OR=1,29. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Kaplan, et al., 2003 yang mendapatkan hasil bahwa risiko obesitas pada laki-laki dengan aktivitas fisik kurang sebesar 2,49 kali CI 95: 1,65-3,75 dibandingkan dengan laki-laki dengan aktivitas fisik cukup. Sedangkan risiko obesitas pada perempuan dengan aktivitas fisik kurang sebesar 1,85 kali CI 95: 1,65-2,07 dibandingkan dengan perempuan dengan aktivitas fisik cukup.

5.3. Faktor Resiko yang paling Dominan terhadap Kejadian Obesitas

Penyebab terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas berkaitan dengan berbagai faktor, baik faktor yang tidak dapat diubah maupun faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi: genetik, etnik, jenis kelamin, dan umur. Sementara faktor risiko yang dapat diubah adalah asupan makanan, gaya hidup, dan aktivitas fisik. Universitas Sumatera Utara Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah asupan energi, lemak, dan karbohidrat, p 0,005. Semakin tinggi asupan energi, lemak, dan karbohidrat semakin tinggi peluang untuk terjadinya obesitas. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila seseorang mampu mengatur pola makan dan mengonsumsi makanan yang sehat sesuai dengan kebutuhannya serta menyeimbangkan pemasukan energi dengan pengeluaran energi maka resiko terjadinya obesitas adalah kecil. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Duvigneaud et al., 2007 yang menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi, protein dan asupan lemak dengan obesitas pada orang dewasa di Jerman. Tim peneliti tersebut juga menemukan bahwa asupan energi, protein dan lemak pada kelompok obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang normal baik pada laki-laki maupun perempuan. Persentase asupan energi dari lemak secara signifikan lebih tinggi pada pria obesitas dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal. Obesitas terjadi ketika asupan energi secara terus menerus melebihi pengeluaran energi, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan energi. Demikian juga menurut Mustamin 2010, yang melaporkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga p=0,022. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yulianti 2004 yang menyatakan bahwa faktor utama penyebab obesitas pada ibu rumah tangga yaitu asupan energi yang berlebih. Artinya asupan Universitas Sumatera Utara energi yang melebihi AKG dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan dan obesitas. Asupan lemak sebagai penyebab terjadinya obesitas pada mahasiswa dapat terjadi akibat kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi dan tinggi lemak. Makanan tinggi lemak memiliki densitas energi lebih tinggi dibandingkan zat gizi makro lain. Selain itu, makanan tinggi lemak cenderung sangat lezat dan responden melaporkan bahwa rasa lezat adalah utama alasan mereka memilih untuk makan makanan tertentu daripada lain Glanz et al., 1998. Asupan protein menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas pada mahasiswa, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Austin G et al., 2006 yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian obesitas pada masyarakat di Amerika. Tim peneliti tersebut mengungkapkan bahwa ada kecenderungan peningkatan asupan protein pada responden yang memiliki berat badan berlebih dan obesitas baik laki-laki maupun perempuan . Asupan karbohidrat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas pada mahasiswa, ini dapat terjadi akibat dari mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat. Asupan karbohidrat yang berlebihan dan berlangsung lama akan mengakibatkan terjadinya obesitas yang berkaitan dengan peningkatan kadar lemak. Pemasukan kalori yang berlebih akan disimpan dalam bentuk trigliserida. Sedangkan asupan protein yang tinggi bila melebihi kebutuhan maka protein tidak disimpan dalam tubuh tetapi akan dipecah menjadi asam amino yang dapat Universitas Sumatera Utara digunakan untuk sintesis glukosa glukogenik dan juga digunakan untuk sintesis asam lemak yaitu asam amino ketogenik. Sehingga asupan energi, karbohidrat, lemak dan protein yang tinggi dapat mengakibatkan obesitas. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN