negara berkembang. Kebiasaan makan keluarga suka ditiru olek anak anak, misalnya makan berlebihan, frekuensi makan sering, kelebihan snack dan makan di luar waktu
makan Wirakusumah, 2001.
2.11. Pengaruh Konsumsi Serat terhadap Obesitas
Individu dengan intake tinggi serat beresiko lebih rendah secara signifikan untuk mengembangkan penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, diabetes,
obesitas, dan penyakit pencernaan tertentu. Meningkatnya asupan serat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol serum. Peningkatan asupan serat larut
meningkatkan glikemia dan sensitivitas insulin pada individu non-diabetes dan diabetes. Serat suplementasi pada orang obesitas secara signifikan meningkatkan
penurunan berat badan Peningkatan asupan serat makanan bermanfaat untuk pengobatan obesitas dan
diabetes melitus. Makanan kaya serat biasanya mengenyangkan tanpa kandungan kalori yang banyak. Diet normal yang disuplementasikan dengan serat berbentuk gel,
seperti guar gum meningkatkan rasa kenyang karena memperlambat waktu pengosongan lambung. Studi-studi panjang sebelumnya telah menjelaskan kegunaan.
Studi jangka panjang belakangan Anderson JW, et al 2009.
telah mengkonfirmasi manfaat dari serat kental sebagai tambahan untuk pengobatan diet reguler obesitas. Terlepas dari efek yang
bermanfaat selama pembatasan kalori, serat makanan dapat meningkatkan beberapa penyimpangan metabolisme yang terlihat pada obesitas. Gel pembentuk serat sangat
efektif dalam mengurangi peningkatan kolesterol LDL tanpa mengubah fraksi HDL. Efek ini mungkin berhubungan dengan bahan pembentuk gel dari serat yang
Universitas Sumatera Utara
mengarah ke peningkatan viskositas dari lapisan unstirred sehingga menunda proses penyerapan
Anderson JW, et al 2009.
2.12. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Apabila melakukan aktivitas fisik, hormon dan hasil metabolisme akan meningkat di darah dan jaringan tubuh serta aktivitas otot menghasilkan panas dan
peningkatan suhu inti yang juga dikenal sebagai hiperthermia akibat olahraga exercise induced hyperthermia, EIH. Menurut Radomski 1998, banyak faktor
yang mempengaruhi regulasi pelepasan hormon sewaktu berolahraga, seperti intensitas dan durasi olahraga, fitness fisik subjek, kekurangan oksigen dan
ketersediaannya sewaktu olahraga, serta perubahan asidosis dan hasil metabolisme yang bersirkulasi. Namun, satu faktor yang sering kurang diperhatikan adalah EIH.
Peningkatan metabolisme membakar lemak di tubuh dan membebaskan panas Hemmingsson 2006, dalam penelitiannya melaporkan adanya hubungan
antara aktivitas fisik dan IMT bervariasi bergantung kepada status obesitas responden. Aktivitas fisik memberi efek yang baik terhadap IMT kelompok
responden yang obese berbanding kelompok responden yang bukan obes. Dimana tingkat aktivitas yang berat lebih memberi efek terhadap IMT responden yang obese
dibanding tingkat aktivitas yang rendah dengan obesitas. Sedangkan menurut Petersen, L 2004, melaporkan bahwa thermogenesis dari aktivitas fisik yang ringan
dan sedang memberi rintangan dalam peningkatan berat badan. Apabila seseorang itu memang sudah tergolong sebagai underweight, aktivitas fisik yang terlalu banyak
Universitas Sumatera Utara
akan mengurangi penyimpanan energi pada badannya dan menyebabbkan underweight.
Satu studi yang dilakukan pada tikus yang obese akibat diet, menunjukkan bahwa olahraga memberi efek pada jaras sentral yang meregulasi homeostasis energi.
Pada tikus yang obese akibat diet ini, aktivitas berlari roda mengurangi penumpukan lemak di adiposit secara selektif tanpa meningkatkan kebutuhan energi. Efek ini
mungkin diakibatkan sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas olahraga seperti interleukin-6, asam lemak dan panas yang memberi efek umpan balik ke otak untuk
regulasi sistem neuropeptida sentral yang berperan dalam regulasi homeostasis energi Patterson Levin, 2007.
Penggunaan energi setiap hari pada setiap individu bervariasi berdasarkan aktivitas yang dilakukannya. Misalnya, seorang yang duduk menggunakan energi
basal yang sangat rendah, dapat meningkatkan kebutuhan kalori harian sebanyak 500 kalori dengan berenang selama satu jam. Apabila pengambilan energi harian
melebihi permintaan jumlah energi, kelebihan energi itu akan disimpan sebagai trigliserida di jaringan adiposa. Apabila penggunaan kalori melebihi kalori yang
disediakan melalui diet, cadangan energi akan di ubah dan ini akan menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini berpengaruh dalam arti penghitungan kalori dalam
program pengaturan berat badan melalui olahraga. Pada seorang yang underweight, penggunaan kalori yang meningkat akibat aktivitas fisik yang terlalu tinggi akan
mula membakar otot-ototnya sebagai pengganti lemak dan akan memperparah lagi keadaannya Martini, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.13. Landasan Teori