Konteks, Ruang Lingkup, dan Faktor-Faktor Penting dalam

9 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konteks, Ruang Lingkup, dan Faktor-Faktor Penting dalam

Penetapan Komoditas Unggulan Pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi sumberdaya alam setempat dapat meningkatkan efisiensi, menjaga kelestarian sumberdaya, dan meningkatkan aktivitas perdagangan sehingga mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Agar hal ini dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan komoditas unggulan yang didukung oleh ketersedian data dan informasi kondisi biofisik dan sosial ekonomi di daerah tersebut. Selama ini telah banyak penelitian yang berkaitan dengan penetapan komoditas unggulan daerah karena banyaknya manfaat yang dihasilkan dari penelitian tersebut, terutama dalam upaya peningkatan perekonomian daerah berbasiskan sumberdaya lokal. Penetapan komoditas unggulan tidak terbatas hanya pada komoditas pertanian dalam arti sempit tanaman pangan dan hortikultura tetapi juga dapat dilakukan untuk menentukan komoditas unggulan pada sektor pertanian secara luas, seperti perkebunan, peternakan, dan perikanan. Daerah yang diteliti pun bermacam-macam tergantung pada potensi hayati sumberdaya alam yang dimiliki masing-masing daerah. Seperti daerah Kabupaten Sumbawa yang memiliki potensi alam dalam sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan maupun hortikultura Setiawan 2010. Berdasarkan hasil penelitian Setiawan 2009 menggunakan analisis Tipologi Klassen, ada beberapa alternatif komoditas pertanian Kabupaten Sumbawa yang dapat menjadi komoditas unggulan daerah yaitu komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit. Selanjutnya dengan proses hirarki analitik, urutan prioritas komoditas komoditas dari yang lebih penting sampai kurang penting adalah jagung skor 0,33, kacang hijau skor 0,23, kedelai skor 0,19, cabe rawit skor 0,16, dan ubi jalar skor 0,09. Prioritas tersebut dipengaruhi oleh faktor pasar skor 0,30, modal skor 0,24, lahan skor 0,20, nilai tambah skor 0,18, dan preferensi skor 0,09. 10 Sedangkan, daerah Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi alam dalam sektor perkebunan yang dikembangkan melalui perkebunan rakyat Hilmed 2003. Berdasarkan penelitian Hilmed 2003 terdapat 5 lima komoditas perkebunan yang banyak dan telah biasa diusahakan masyarakat Kota Sawah Lunto serta menjadi komoditas utama daerah tersebut, yaitu: karet, kelapa, kopi, kayu manis, dan kemiri. Menurut hasil analisis usahatani yang dilakukan menunjukkan bahwa ada 4 empat komoditas yang layak untuk dikembangkan, yaitu: karet, kelapa, kopi, dan kemiri karena memiliki RC ratio lebih besar dari 1 satu dan IRR sama dengan atau lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 15 persen. Sedangkan, berdasarkan Metode Perbandingan Eksponensial MPE untuk menentukan prioritas dan peringkat keempat komoditas utama yang layak dikembangkan, diperoleh hasil bahwa kemiri berada pada peringkat pertama dengan skor 11.2796. Sehingga kemiri dapat ditetapkan sebagai komoditas unggulan sektor perkebunan di Kota Sawah Lunto Hilmed 2003. Berbeda dengan Kota Sawah Lunto yang memiliki potensi hayati dalam sektor perkebunan, Kota Bengkulu memiliki potensi hayati dalam sektor peternakan. Nopiyeni 2002 menyatakan bahwa sektor peternakan di Kota Bengkulu menjadi sektor yang sangat penting dalam memenuhi hajat hidup dan kebutuhan masyarakat Kota Bengkulu serta menjadi sumber pemasukan perekonomian daerah. Namun, masalah yang dihadapi dalam meningkatkan sektor peternakan di Kota Bengkulu adalah belum ditentukannya komoditas unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas unggulan dipilih dengan analisis MPE dengan kriteria yang digunakan adalah jumlah ternak, kemudahan dan ketersediaan sarana produksi, keterampilan peternak, produksi dan produktifitas, teknologi, peluang pasar, sarana dan prasarana pendukung, tradisi sebagai mata pencaharian, sesuai dengan kebijakan pemerintah dan sesuai dengan kondisi lingkungan. Dari hasil analisis dengan menggunakaan MPE didapat komoditas unggulan untuk dikembangkan di Kota Bengkulu secara berurutan adalah ayam ras pedaging dengan skor 11.39, ayam ras petelur dengan skor 11.30, ayam buras bukan ras dengan skor 11.18, sapi potong dengan skor 10.99 dan kambing dengan skor 10.95. Sehingga komoditas unggulan peternakan yang 11 menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging Nopiyeni 2002. Kajian dan penelitian terkait penentuan komoditas unggulan diatas menjadi referensi penting untuk mengembangkan daerah-daerah lain berdasarkan potensi lokal sumberdaya alam yang dimiliki. Seperti halnya dengan Kabupaten Sukabumi yang memiliki potensi hayati dalam sektor perikanan terutama, dimana sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi menjadi pilihan utama masyarakatnya untuk menjalankan perekonomian. Selain itu, banyak pula aktivitas atau kegiatan dalam bidang perikanan, terutama dalam kegiatan perikanan tangkap, serta adanya industri pendukung terkait penyediaan sarana produksi perikanan dan industri pengolahan ikan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Prasslina 2009, yang menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah Kabupaten Sukabumi. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian tersebut menggunakan analisis perhitungan Location Quotient LQ bahwa sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi memiliki nilai LQ selalu lebih besar dari satu. Nilai LQ yang selalu lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa sektor perikanan dapat menjadi kekuatan dalam pembangunan daerah dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi daerah. Data Nilai LQ sektor perikanan Kabupaten Sukabumi pada tahun analisis tahun 2002 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5. Selain itu, berdasarkan perhitungan analisis multiplier effect berdasarkan indikator pendapatan wilayah, selama periode analisis tahun 2002-2006 sektor perikanan memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Sukabumi. Tabel 5. Data Nilai Location Quotient LQ Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi Tahun 2002-2006 Tahun Nilai Location Quotient LQ 2002 1,99 2003 1,76 2004 1,59 2005 1,80 2006 1,96 Sumber: Prasslina 2009 12 Berdasarkan hasil penelitian Prasslina 2009 tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Sukabumi memiliki potensi besar dalam sektor perikanannya. Namun, tidak semua komoditas perikanan yang ada di Kabupaten Sukabumi memberikan kontribusi besar dalam pengembangan sektor perikanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai komoditas-komoditas perikanan apa saja yang dapat menjadi unggulan daerah. Sehingga, pembangunan sektor perikanan kedepannya dapat lebih berfokus pada komoditas-komoditas unggulan perikanan yang berdayasaing.

2.2. Tinjauan Dayasaing Wilayah Berdasarkan Komoditas