Penetapan Komoditas Unggulan Daerah

15 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep atau teori yang akan digunakan atau yang menjadi dasar sebuah penelitian. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini mencakup penetapan komoditas unggulan daerah, konsep sistem agribisnis perikanan, dan konsep dayasaing.

3.1.1. Penetapan Komoditas Unggulan Daerah

Konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran supply dan sisi permintaan demand. Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi di suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan locational advantages. Sedangkan dilihat dari sisi permintaan, komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional. Berdasarkan pengertian tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi permintaan karena adanya pergeseran permintaan konsumen Syafa’at dan Priyatno 2000. Menurut Badan Litbang Pertanian 2003, komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi startegis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis kondisi tanah dan iklim maupun sosial ekonomi dan kelembagaan pengusaan teknologi, kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya setempat. Bachrein 2003 mengatakan bahwa penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas- komoditas yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah lain adalah komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan 16 kompetitif. Selain itu, kemampuan suatu wilayah untuk memproduksi dan memasarkan komoditas yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim di wilayah tertentu juga sangat terbatas. Penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah harus memenuhi kriteria- kriteria tertentu, sehingga kriteria-kriteria tersebut akan membantu mengarahkan secara tepat komoditas yang layak dikembangkan. Menurut Daryanto 2010 kriteria-kriteria yang dapat menjadi panduan dalam menetapkan komoditas unggulan adalah, sebagai berikut: 1 Harus mampu menjadi penggerak utama prime mover pembangunan perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. 2 Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang forward and backward linkages yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya. 3 Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain competitiveness di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan. 4 Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain regional linkages, baik dalam hal pasar konsumen maupun pemasokan bahan baku. 5 Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi. 6 Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. 7 Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran increasing, pertumbuhan growth hingga fase kejenuhan maturity atau penurunan decreasing. 8 Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9 Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi, dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentifdisinsentif dan lain-lain. 10 Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan. 17 Ditambahkan oleh Hafiziandra 2010, bahwa kriteria-kriteria yang dapat membantu menetapkan komoditas apa yang tepat sebagai komoditas unggulan suatu wilayah adalah, sebagai berikut: 1 Kontributif. Komoditas unggulan haruslah memiliki kontribusi yang cukup besar dalam tujuan utama pembangunan daerah atau dalam keragaan ekonomi makro daerah seperti dalam pengentasan kemiskinan, penciptaan nilai tambah, lapangan kerja, pengendalian inflasi, dan devisa. 2 Artkulatif. Komoditas unggulan haruslah memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam spektrum yang lebih luas. 3 Progesif. Komoditas unggulan harus dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan laju yang cukup pesat, yang dapat diukur berdasarkan laju pertumbuhannya. 4 Tangguh. Komoditas unggulan harus memiliki dayasaing dan ketahanan menghadapi gejolak ekonomi, politik, globalisasi, maupun alam. 5 Promotif. Komoditas unggulan harus mampu menciptakan tatanan lingkungan yang baik bagi kegiatan perekonomian daerah maupun nasional. Penentuan atau identifikasi alternatif komoditas unggulan daerah menjadi penting karena komoditas unggulan diharapkan dapat menjadi komoditas penggerak utama prime mover perekonomian daerah. Pembangunan ekonomi daerah akan lebih optimal apabila didasarkan pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Pengertian unggul disini didasarkan dalam bentuk perbandingan dengan wilayah yang lebih tinggi. Keunggulan komparatif suatu komoditas adalah jika produktifitas yang dimiliki lebih unggul secara relatif dibandingkan komoditas sejenis di wilayah yang lebih tinggi. Sedangkan, keunggulan kompetitif merupakan kemampuan suatu komoditas menembus pasar yang diapresiasi dengan penerimaan yang lebih tinggi Widodo 2006 Sejalan dengan hal tersebut, Setiawan 2010 menyatakan bahwa pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi sumberdaya alam setempat dapat meningkatkan efisiensi, menjaga kelestarian sumberdaya, dan meningkatkan aktivitas perdagangan sehingga mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Adanya spesialisasi 18 komoditas sesuai dengan keunggulan yang dimiliki ini memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah yang akan mempercepat pertumbuhan daerah. Agar hal ini dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan komoditas unggulan yang didukung oleh ketersedian data dan informasi kondisi biofisik dan sosial ekonomi di daerah tersebut. Penentuan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ. Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasi suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Nilai LQ yang dihasilkan hanya mencerminkan sisi keberlimpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap komoditas terbut secara relatif. Sedangkan, sisi permintaan dalam bentuk apresiasi konsumen terhadap komoditas belum terlihat. Komoditas yang ditentukan dari analisis LQ bisa saja tidak memiliki keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh kateristik komoditas tersebut Bachrein 2003.

3.1.2 Konsep Sistem Agribisnis Perikanan