Konsep Sistem Agribisnis Perikanan

18 komoditas sesuai dengan keunggulan yang dimiliki ini memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah yang akan mempercepat pertumbuhan daerah. Agar hal ini dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan komoditas unggulan yang didukung oleh ketersedian data dan informasi kondisi biofisik dan sosial ekonomi di daerah tersebut. Penentuan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ. Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasi suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Nilai LQ yang dihasilkan hanya mencerminkan sisi keberlimpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap komoditas terbut secara relatif. Sedangkan, sisi permintaan dalam bentuk apresiasi konsumen terhadap komoditas belum terlihat. Komoditas yang ditentukan dari analisis LQ bisa saja tidak memiliki keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh kateristik komoditas tersebut Bachrein 2003.

3.1.2 Konsep Sistem Agribisnis Perikanan

Istilah agribisnis pertama kali dikemukakan oleh Jhon H. Davis pada suatu konferensi yang diadakan Badan Perdagangan Eceran Boston pada tahun 1955. Pada kesempatan tersebut Davis mengatakan, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih 2001, agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait diantara seluruh kegiatan ekonomi, yaitu subsistem pertanian hulu, subsistem budidaya, subsistem pengolahan hasil panen, subsistem pemasaran hasil pertanian, dan subsistem jasa atau penunjang pertanian, yang saling terkait langsung dengan pertanian. Salah satu pengertian dari agribisnis yang banyak diacu oleh peneliti dan penulis adalah definisi yang disusun oleh Drillon pada tahun 1974 Krisnamurthi 2001. Drillon mendefinisikan agribisnis sebagai penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri atas unsur-unsur yang saling terkait, karena menjadi sebuah sistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dan saling menyatu. Terputusnya salah satu bagian akan 19 menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, dimana didalamnya mencakup perikanan, peternakan, kehutanan, serta sektor industri. Perpaduan antara sektor pertanian dan sektor industri inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, baik skala nasional maupun lokal Krisnamurthi 2001. Sistem agribisnis paling sedikit mencakup empat subsistem Krisnamurthi 2001, yaitu: 1 subsistem agribisnis hulu up-stream agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan agroindustri hulu dan perdagangan sarana produksi pertanian primer seperti industri pupuk, obat-obatan, bibitbenih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain; 2 subsistem usahatani on-farm agribusiness yang di masa lalu disebut sebagai sektor pertanian primer; 3 subsistem agribisnis hilir down-stream agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap untuk disaji ready to cookready for used atau siap untuk dikonsumsi ready to eat beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional; dan 4 subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis, dan lain-lain. Konsep sistem agribisnis perikanan yang digunakan dalam upaya pengembangan kawasan berbasis sektor perikanan yang dimaksud dalam hal ini mencakup pengembangan keempat subsistem dari agribisnis berbasis perikanan Gambar 1. Pertama, subsistem agribisnis hulu up-stream agribusiness perikanan. Kedua, subsistem usaha penangkapan atau budidaya perikanan on- farm agibusiness. Ketiga, subsistem agribisnis hilir down-stream agribusiness perikanan. Keempat, subsitem jasa penunjang perikanan Saragih 2010. 20 Gambar 1. Sistem Agribisnis Perikanan Sumber: Saragih 2010 Menurut Saragih 2010, subsistem agribisnis hulu up-stream agribusiness perikanan yaitu kegiatan yang menghasilkan sarana produksi bagi usaha penangkapan komoditas perikanan, dan budidaya perairan. Contoh dari kegiatannya seperti misalnya usaha-usaha atau bisnis-bisnis yang bergerak dalam penyediaan mesin-mesin, perahu, jala, dan peralatan tangkap dan budidaya perikanan lainnya. Subsistem usaha penangkapan atau budidaya perikanan on- farm agibusiness yaitu kegiatan yang berkaitan langsung dengan usaha dalam penangkapan komoditas perikanan dan budidaya perairan laut serta perairan darat. Kegiatan pada subsistem ini sangat erat dengan para nelayan yang melakukan langsung usaha penangkapan komoditas perikanan di perairan dan para petani atau petambak yang melakukan budidaya perikanan. Subsistem agribisnis hilir down-stream agribusiness perikanan yaitu kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan industri pengolahan, pemasaran, dan perdagangan hasil perikanan. Usaha pengolahan dkomoditas perikanan menjadi tepung ikan, abon ikan, abon ikan, minyak ikan, udang beku, dan sebagainya yang kemudian dipasarkan dalam pasar domestik maupun luar negeri merupakan contoh dari kegiatan-kegiatan dalam subsistem agribisnis hilir Subsistem Hulu up-stream Subsistem On-farm Subsistem Hilir Pengolahan Subsistem Hilir Perdagangan  Industri pembenihan ikan  Industri pakan ikan  Industri perahu peralatan nelayan. Usaha:  Budidaya perikanan  Penangkapan ikan  Tambak komoditas perikanan Industri:  Makanan  Minuman  Obat-obatan  Agrowisata dan estetika  Distribusi  Promosi  Informasi pasar  Kinerja pasar  Status pasar Subsistem Jasa Penunjang  Kelembagaan nelayan  Perkreditan dan asuransi  Penelitian dan pengembangan  Pendidikan dan penyuluhan  Transportasi dan pergudangan  Kebijakan pemerintah 21 perikanan. Subsitem jasa penunjang perikanan yaitu kegiatan-kegiatan yang menyadiakan jasa, seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, infrastruktur pelabuhan kapal ikan, pendidikan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan serta kebijakan pemerintah. Dalam upaya mewujudkan pengembangan kawasan berbasis sektor perikanan untuk mencapai perekonomian yang berkeadilan melalui pembangunan sistem agribisnis perikanan, maka harus ada keterkaitan antara subsistem satu dengan subsistem lainnya. Perhatiaan dalam mengembangkan sistem agribisnis perikanan harus menyeluruh pada semua lini. Para nelayan perlu difasilitasi untuk dapat ikut serta dalam mengusahakan subsistem hulu dan hilir agribisnis perikanan. Sehingga nelayan tidak hanya dapat mengusahakan subsistem on-farm yang hanya melakukan penangkapan atau budidaya ikan, tetapi dapat mengusahakan pada subsistem hulu dan hilir. Hal ini penting dilakukan, mengingat kedua subsistem agribisnis, terutama subsitem hilir pengolahan dan perdagangan dapat memberikan nilai tambah added value yang besar. Hal ini terbukti selama ini dimana nelayan hampir disetiap daerah di Indonesia yang hanya mengusahakan subsistem on-farm penangkapan dan budidaya kehidupan ekonominya selalu memperihatinkan. Solusi nyata dalam hal ini adalah dengan mengembangkan kelembagaan agribisnis perikanan sebagai organisasi ekonomi para nelayan untuk mengusahakan subsitem hulu dan hilir. Hal yang diharapkan adalah penyediaan peralatan penangkapan dan budidaya, pengolahan dan perdagangan hasil perikanan diusahakan secara bersama-sama antara kelembagaan agribisnis perikanan, pemerintah dan perusahaan swasta.

3.1.3. Konsep Dayasaing