Metode Penelitian TINJAUAN PUSTAKA
21
tentang program dari instansi. Berikut adalah data yang akan diambil untuk kelengkapan bahan penelitian :
Tabel 1. Jenis data dan cara pengambilan.
Jenis Data Bentuk
Sumber Cara Pengambilan
Data Fisik
1. Lokasi, batas, luas, dan Aksesibilitas
Sekunder Bappeda
Studi Pustaka 2. Iklim
Curah Hujan Sekunder
BMKG Studi Pustaka
Suhu Sekunder
BMKG Studi Pustaka
Arah Angin Sekunder
BMKG Studi Pustaka
Kelembaban Udara Sekunder
BMKG Studi Pustaka
Intensitas Matahari Sekunder
BMKG Studi Pustaka
3. Hidrologi Badan Air
Sekunder SDAP
Studi Pustaka Batas Pasang Surut
Sekunder SDAP
Studi Pustaka Kadar dan Unsur
yang terkandung dalam air
Primer Lapangan
Survei Lapang
Kedalaman Primer
Lapangan Survei Lapang
4. Jenis Tanah Jenis dan
karakteristik umum, 5
Topografi Sekunder
Bakosurtanal Studi Pustaka
6. Penutupan Lahan Primer
Lapangan Survei Lapang
7. View Primer
Lapangan Survei Lapang
Data Biofisik
Satwa dan Vegetasi Habitat
Primer Lapangan
Studi Pustaka Spesies
Primer Lapangan
Survei Lapang
Data Sosial
1. Pengguna Primer
BPS Survei Lapang
2. Aktivitas Tapak Primer
Wawancara
Data Legal
Peraturan dan Kebijakan Terkait Penelitian
Sekunder Internet
Studi Pustaka
22
b. Inventarisasi
Tahap inventarisasi dilakukan dengan pengumpulan data awal yang berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak feel of the
land. Data primer didapatkan dari hasil survey lapang dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku-buku
acuan, laporan terdahulu dan pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup penelitian. Data yang diambil meliputi data dari aspek fisik
dan biofisik, aspek sosial budaya, dan aspek legal berupa peraturan dan kebijakan yang terkait penelitian.
Pada tahap inventarisasi aspek fisik dan biofisik yang dikumpulkan berupa data hidrologi, topografi kemiringan lahan, jenis tanah,
penutupan lahan, iklim, dan flora fauna serta aksesibilitas, batas wilayah, dan lokasi administratif Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Aspek sosial
budaya mencakup kepadatan penduduk, keberadaan situ terhadap perekonomian serta budaya masyarakat sekitar. Sedangkan aspek legal
mencakup peraturan dan kebijakan yang terkait penelitian berupa UU dan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW.
Data primer yang diperoleh berupa pengamatan langsung dan pengukuran tapak, hasil wawancara, dan penyebaran kuisioner.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat mendukung kegiatan penelitian terhadap pihak-pihak terkait, seperti pihak
pemerintah kota Jakarta Timur, PU bagian Sumber Daya Air SDA, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane BBWSCC, Badan Pengelola
Lingkungan Hidup BPLHD Jakarta Timur, dan pihak-pihak lainnya. Penyebaran kuisioner dilakukan terhadap beberapa pengunjung tapak
untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap tapak. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai instansi
dan pihak terkait tapak dan penelitian berupa peta, data tabel, maupun diagram. Beberapa data yang dicari diperoleh dari berbagai instansi terkait
yang mempunyai informasi yang penting untuk kelangsungan penelitian serta hasil penelusuran studi pustaka terkait situ. Data yang diperlukan
23
berupa data yang terkait aspek fisik, sosial, dan legal. Beberapa aspek fisik yang akan dikumpulkan antara lain :
a Lokasi dan aksesibilitas
Merupakan informasi mengenai lokasi administratif, batas, luas, dan akses menuju tapak. Informasi ini diperoleh berdasarkan studi pustaka
dan pengamatan lapang berupa kondisi eksisting pada tapak. b
Hidrologi Data hidrologi yang diperlukan antara lain informasi mengenai inlet
dan outlet situ, titik pasang surut dari Situ Rawa Kelapa Dua Wetan dan data mengenai kualitas situ serta data mengenai daerah yang
memiliki potensi rawan bencana banjir. Data mengenai kualitas situ diperoleh berdasarkan pengamatan lapang dan lewat uji laboratorium
terhadap sample yang diambil secara acak pada tapak. Data ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran yang
terjadi di situ. Selain itu, peta potensi rawan banjir juga dapat menjadi pertimbangan mengenai perencanaan yang akan dilakukan pada tapak.
c Topografi
Merupakan data mengenai kemiringan lahan pada tapak. Berikut adalah klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan Arsyad 2006 :
Tabel 2. Klasifikasi kemiringan lahan. Relief
Lereng Datar
BerombakLandai BergelombangAgak miring
BerbukitMiring Agak Curam
Curam Sangat Curam
0-3 3-8
8-15 15-30
30-45 45-65
65
24
d Jenis tanah
Merupakan informasi mengenai jenis tanah yang terdapat pada batas perencanaan. Informasi ini diperoleh dari Bakosurtanal.
e Iklim
Merupakan informasi mengenai suhu, intensitas curah hujan, kelembaban, dan kecepatan angin yang terdapat pada lokasi. Data
mengenai iklim ini diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMKG.
f Penutupan lahan
Merupakan informasi mengenai penutupan lahan yang dibedakan berdasarkan kategori area terbangun, area hijau, lahan kosong, dan
badan air. Berdasarkan penutupan lahan maka dapat ditentukan penggunaan lahan yang terdapat pada tapak.
g Kualitas Visual
Merupakan informasi mengenai kualitas visual yang terdapat pada tapak. Kualitas visual terbagi menjadi dua yaitu, kualitas baik good
view dan kualitas yang kurang baik bad view. Kualitas visual yang baik pada tapak dapat berpotensi menjadi bingkai pemandangan bagi
pengunjung sehingga dapat memberikan kesan indah. Kualitas yang kurang baik dapat mengurangi nilai estetika pada tapak sehingga
sebaiknya kualitas visual yang kurang baik dapat diberi penghalang atau diperbaiki sehingga memberikan kulitas visual yang baik bagi
pengunjung tapak. h
Sarana, prasarana, dan infrastruktur eksisting Merupakan informasi mengenai keadaan serta sarana, prasarana, dan
infrastruktur penunjang yang berada pada kawasan eksisting. Aspek biofisik mencakup vegetasi dan satwa dimana dilakukan
pengumpulan terhadap informasi mengenai vegetasi dan satwa yang terdapat di tapak berdasarkan survei lapang yang kemudian dispasialkan
persebarannya serta kuantitas vegetasi dan satwa yang ditemukan pada kondisi eksisting.
25
Data terkait aspek sosial antara lain mengenai kepadatan penduduk wilayah Ciracas, jumlah penduduk di Kelurahan Kelapa Dua Wetan
berikut perbandingan laki-laki dan perempuan yang diperoleh dari kelurahan setempat, mata pencaharian, dan budaya serta aktivitas yang
dilakukan pada tapak berdasarkan informasi yang diperoleh dari instansi pemerintahan seperti bappeda dan data kelurahan. Data populasi akan
dispasialkan untuk mengetahui persebaran populasinya dan menganalisis pengaruhnya terhadap kelestarian situ. Selain itu, informasi mengenai titik
aktivitas pengunjung pada tapak juga dapat menjadi acuan bagi perencanaan yang dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil kuisioner
yang disebarkan kepada 30 responden pengunjung tapak akan dianalisis mengenai persepsi responden terhadap situ dan harapan mengenai
keberadaan situ di masa yang akan datang. Hal ini menjadi gambaran mengenai perancanaan yang dilakukan.
Aspek legal dilakukan melalui studi pustaka terkait keberadaan dan kelestarian situ serta bagaimana seharusnya tata ruang pada situ.
Berdasarkan studi pustaka terdapat dua UU yang dapat dijadikan acuan bagi perencanaan situ, yaitu PP No. 47 Tahun 1997 dan RTRW Kota
Administratif Jakarta Timur. c.
Analisis Analisis dilakukan pada data yang sudah terkumpul yang mencakup
penilaian berbagai aspek. Data fisik dan sosial dianalisis secara kualitatif. Pada tahap analisis akan dilakukan evaluasi tapak secara deskriptif,
skoring, maupun overlay beberapa peta terkait. Hasil dari tahap analisis berupa potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan serta
penanggulangan kendala dan danger signal sehingga didapatkan suatu zonasi yang akan disintesis lebih lanjut.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Administratif Jakarta Timur, dimana pemanfaatan tata ruang terbagi
berdasarkan fungsi yaitu kawasan resapan air, kawasan sekitar situ sebagai kawasan penyangga buffer dan kawasan budidaya maka pembagian
26
zonasi kawasan perencanaan dibagi menjadi tiga, yaitu zona inti resapan, zona penyangga buffer, dan zona pemanfaatan. Metode analisis yang
dilakukan adalah : Analisis skoring berdasarkan kriteria kawasan resapan air yang
terdapat pada RTRW Jakarta Timur yaitu kriteria daerah resapan air dan kriteria kawasan pemanfaatan. Berdasarkan RTRW Jakarta Timur
suatu kawasan dinyatakan sebagai daerah resapan air apabila memiliki kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. Kriteria Kawasan Resapan Air RTRW Jakarta Timur .
No Kriteria
Skor Sesuai 3
Cukup Sesuai 2
Kurang Sesuai 3
1 Kawasan dengan
curah hujan rata-rata lebih dari 1000
mmtahun Distribusi
CH 2000 mmtahun
Distribusi CH antara 1000-
2000 mmtahun
Distribusi CH kurang
1000 mmtahun
2 Lapisan tanahnya
berupa pasir halus berukuran minimal
116 mm Pasir halus
yang lebih mudah
menyerapkan air ke dalam
tanah Tanah berupa
lempung Tanah berupa
liat
3 Kelerengan kurang
dari 15; Kelerengan 0-
8 Kelerengan 9-
15 Kelerengan
15
Pengembangan kawasan pemanfaatan pemukiman memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah :
Tabel 4. Kriteria kawasan pemanfaatan RTRW Jakarta Timur.
No Kriteria
Skor Sesuai 3
Cukup Sesuai 2
Kurang Sesuai 3 1
Kemiringan lereng 15. Kelerengan 0- 8
Kelerengan 9- 15
Kelerengan 15
2 Ketersediaan air terjamin
Sumur dan air tanah tersedia
dengan baik pada musim
hujan dan pada musim
kemarau Sumur dan air
tanah tersedia namun
jumlahnya sedikit
Sumur dan air tanah
mengalamike keringan
pada musim kemarau
27
3 Tidak berada pada daerah
resapan air dan rawan bencana
Tidak terdapat bangunan
maupun perkerasan
yang dapat menghambat
masuknya air ke dalam tanah
Terdapat bangunan di
beberapa titik yang sifatnya
tidak mengganggu
proses peresapan air
ke dalam tanah serta
tidak melebihi daya dukung
sebagai kawasan
resapan air Banyak
bangunan liar dan
perkerasan yang tidak
seharusnya berada di
sekitar kawasan
resapan air.
4 Berada dekat dengan pusat
kegiatan Dekat dengan
pusat kegiatan dan perkotaan
Agak jauh dari perkotaan tapi
masih terdapat akses menuju
ke perkotaan Jauh dari
pusat kegiatan dan
perkotaan
5 Aksesibiltas dan sirkulasi
transportasi baik dan berorientasi langsung ke
jalan arterikolektor Dapat diakses
dengan mudah dari berbagai
jalur arteri maupun
kolektor Cukup mudah
diakses dari beberapa jalur
arteri Sulit untuk
diakses dari jalur arteri
Berdasarkan PP No. 47 tahun 1997 dimana kawasan sekitar situ merupakan kawasan yang berguna bagi kelangsungan fungsi situ
dengan kriteria sepanjang tepian situ dengan lebar proporsional antara 50-100 meter ke arah daratan dari titik pasang tertingginya.
Analisis kawasan penyangga merupakan hasil overlay antara peta penutupan lahan, peta hidrologi yang merupakan batas pasang dan
surut serta ideal kawasan penyangga berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 yang dispasialkan. Berikut adalah kriteria skoring yang terhadap
peta penutupan lahan :
28
Tabel 5. Kriteria penilaian potensi kawasan penyangga.
No Kriteria
Skor Sesuai 3
Cukup Sesuai 2
Kurang Sesuai 3
1 Penutupan dan
penggunaan tapak Area terbuka
hijau mampu menunjang
kelangsungan fungsi dan
mendukung keberadaan
situ menjadi kawasan
resapan air Lahan kosong
yang dapat difungsikan
optimal sebagai
kawasan resapan air
dengan ditanami
vegetasi, selain itu, lahan
kosong di sekitar
pemukiman dapat dijadikan
lapangan Area
terbangun yang berada
di sekitar situ berupa puing
dan perkerasan
yang tidak terpakai dapat
dijadikan area pendukung di
sekitar kawasan
penyangga
Berikut adalah kriteria penilaian yang mendukung kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai kawasan rekreasi bagi
pengunjung situ : Tabel 6. Kriteria penilaian pendukung rekreasi di kawasan lindung.
No Kriteria
Skor Sesuai 3
Cukup Sesuai 2
Kurang Sesuai 3
1 Kenyamanan tapak
Suhu rendah 24-26 C,
terdapat naungan yang
membuat pengunjung
dapat menikmati
situ dengan nyaman
Suhu sedang 27-29 C,
kurang terdapat
naungan sehingga
membuat pengunjung
kurang nyaman
berada lama di tapak
Suhu tinggi 29 C,
tidak terdapat
naungan pada tapak.
29
2 Kualitas Visual
Tidak terdapat penghalang ke
arah pemandangan
situ Kurang adanya
penataan ruang yang dapat
membingkai pemandangan
ke arah situ sehingga
membuat pengunjung
tahan berlama- lama di situ
Terdapat penghalang
baik berupa tembok
penghalang dan vegetasi
yang letaknya kurang
beraturan serta kondisi
lingkungan yang kurang
bersih sehingga
menyebabkan kualitas visual
menjadi buruk
3 Aktivitas pengunjung
dan penggunaan tapak Aktivitas
rekreasi pemancingan
dan budidaya ikan yang
sesuai dengan daya dukung
kawasan sebagai daerah
resapan air dan tidak
menimbulkan kerusakan serta
pencemaran di masa yang
akan datang Aktivitas
pengunjung dan
penggunaan tapak hampir
melebihi batas daya dukung
kawasan dan dapat
menimbulkan kerusakan di
masa yang akan datang
Aktivitas pengunjung
dan penggunaan
tapak telah melebihi daya
dukung serta menyebabkan
kerusakan dan pencemaran
di masa yang akan datang
seperti pemakaian
bahan kimia berlebih dan
membuang sampah atau
limbah ke situ
Analisis spasial merupakan analisis untuk mendapatkan tata ruang pada kawasan Situ Rawa Kelapa Dua Wetan untuk pelestarian
kawasan serta tata ruang yang dapat mengakomodasi kegiatan rekreasi masyarakat sekitar situ. Hasil analisis skoring kemudian dispasialkan
dan di-overlay untuk mengetahui bagian situ yang sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Selain itu, peta hidrologi dan penutupan
lahan di-overlay menghasilkan peta kesesuaian kawasan penyangga berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 pasal 3 mengenai kriteria kawasan
penyangga bagi daerah resapan air seperti situ, yaitu daratan sepanjang tepian situ dengan lebar proporsional antara 50-100 meter ke arah darat
dari titik pasang tertinggi.
30
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk data sarana, prasarana serta infrastruktur yang tedapat di kawasan
eksisting dengan menbuat penjelasan secara deskriptif. Data spasial seperti sebaran vegetasi, satwa, dan populasi serta tingkat aktivitas
pengunjung terhadap tapak dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis disajikan dalam bentuk peta dan penjelasan
tertulis. d.
Sintesis Pada tahap sintesis hasil analisis yang telah diperoleh membagi
kawasan penelitian menjadi tiga zona, yaitu zona kawasan lindung, zona kawasan penyangga, dan zona kawasan pemanfaatan. Zona inti diperoleh
berdasarkan titik pasang tertinggi dari tapak ke arah daratan sesuai dengan PP No. 47 Tahun 1997. Zona penyangga merupakan pembatas antara zona
inti dan zona budidaya. Zona penyangga dipenuhi vegetasi yang berfungsi untuk mendukung zona inti agar dapat diperthankan sesuai fungsinya.
Zona pemanfaatan merupakan zona pengembangan yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat. Pembagian zona ini dilakukan agar Situ Rawa
Kelapa Dua Wetan dapat tetap mempertahankan keberadaan dan kelestarian fungsinya. Hasil tahap sintesis berupa konsep dasar
perencanaan dan rencana blok. e.
Perencanaan Pada tahap perencanaan konsep dasar akan dikembangkan menjadi
konsep tata ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, dan aktivitas serta fasilitas pendukung yang akan direncanakan pada tapak. Hasil dari tahap
perencanaan ini berupa rencana lanskap secara keseluruhan dan rencana program pendukung. Pada rencana lanskap disertakan potongan dan
ilustrasi mengenai rencana yang akan diterapkan pada tapak.
31