7
pada tapak. Seluruh data yang akan dikumpulkan dalam bentuk data primer maupun sekunder. Semua data yang dikumpulkan dapat disajikan
dalam berbagai bentuk gambar, peta, maupun tulisan sejauh dapat memberikan informasi tentag kondisi tapak.
3. Analisis
Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dilakukan analisis terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan
kelestarian rencana tapak sehingga dapat diketahui masalah potensi, kendala, dan danger signal lanskap tersebut. Secara kuantitatif dihitung
daya dukung dari sumber daya alam yang akan dikembangkan untuk tujuan fungsi yang diinginkan. Suatu tapak atau lanskap sebaiknya
dikembangkan sampai dengan batas daya dukungnya terutama untuk menjaga kelestarian dan keindahan alamnya. Hasil analisis tersebut
disajikan dalam berbagai alternatif pengembangan tapak atau lanskap baik yang bersifat total maupun yang hanya bagian dari tapak yang
direncanakan saja. 4.
Sintesis Pada tahap ini hasil yang diperoleh dari hasil analisis dikembangkan
untuk mendapatkan rencana lanskap yang sesuai dengan tujuan. Hasil dari tahap sintesis adalah alternatif rencana penggunaan lahan dengan
berbagai kelebihan dan kekurangannya. 5.
Perencanaan Dari hasil sintesis ditentukan alternatif terpilih. Alternatif ini dapat berupa
suatu alternatif, modifikasi, atau kombinasi dari berbagai alternatif. Alternatif terpilih dinyatakan sebagai rencana lanskap yang dapat
disajikan dalam bentuk rencana lanskap total.
2.2 Situ dan Danau
Situ adalah wadah tergenang di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan
atau limpasan permukaan Puspita, 2005. Perairan situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berair tawar dan berukuran
8
relatif kecil. Dalam bidang limnologi, perairan situ tergolong perairan lentik dan dangkal. Di Jawa Barat situ memilki luas dan kedalaman yang bervariasi,
yaitu kedalaman antara 1-10 meter dan luas mulai dari 1-160 Ha Sulastri, 2003. Situ mempunyai fungsi sebagai penampung air, penyedia air bersih,
irigasi pertanian, perikanan, pengendali banjir, daerah resapan air tanah, peredam instrusi air laut estetika, dan sebagainya. Situ dan waduk, danau dan
rawa dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis lahan basah, mempunyai sistem perairan yang tergenang dan berair tawar. Situ dapat terbentuk secara
buatan yaitu berasal dari dibendungnya suatu cekungan basin dan dapat pula terbentuk secara alami yaitu karena kondisi topografi yang
memungkinkan terperangkapnya sejumlah air. Sumber air lahan tersebut dapat berasal dari mata air yang terdapat di dalamnya, dari masuknya air
sungai dan atau limpasan air permukaanhujan surface run-off. Keberadaan air
di dalam
lahan tergenang
dapat bersifat
permanen atau
sementara Suryadiputra 2003. Situ alami dan buatan memiliki perbedaan utama yang terletak pada
proses pembentukannya. Situ alami adalah situ yang terbentuk karena proses alam, sedangkan situ buatan adalah situ yang terbentuk karena aktivitas
manusia. situ alami terbentuk karena proses alam baik bencana alam tektonik, vulkanik, atau longsoran maupun proses alam yang bertahap. Situ
buatan sengaja dibuat manusia yang umumnya ditujukan sebagai pengendali banjir dan sumber air. Situ dibangun pada sebuah lembah atau lokasi
perpotongan antara permukaan bumi dengan paras air tanah yang terbentuk di musim hujan. Situ buatan dapat terbentuk secara tidak sengaja seperti
amblesan maupun bekas galian tambang. Danau-danau dangkal seperti situ dapat terjadi melalui proses
geologi, atau terbentuk dari perubahan-perubahan sungai, sebagian lagi sengaja dibuat manusia untuk tujuan tertentu seperti keperluan
irigasi pertanian, pengendali banjir, resapan air tanah dan sebagainya. Situ yang terbentuk dari perubahan-perubahan sungai dapat dijumpai
pada daerah paparan banjir dari suatu sistem sungai Wetzel, 2001. Volume dan tinggi muka air danau-danau dangkal di area paparan banjir
9
ini sangat dipengaruhi oleh aliran air dari sungai utama. Situ memiliki bentuk morfometri yang bervariasi dan heterogen, mulai dari bentuk
melingkar, segi empat seperti kolam sampai bentuk telapak kuda. Keragaman morfometri perairan situ ini menyebabkan besarnya variasi distribusi dan
produktivitas tumbuhan air, mikrobiota yang menempel pada tumbuhan tersebut serta partikel-partikel detritus pada setiap danau. Oleh karena itu,
sifat-sifat metabolisme danau dangkal sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya.
Pada danau dangkal yang pola stratifikasi suhunya tidak stabil maka jarang terjadi kondisi anaerobik pada kolom dalam atau dasar perairan.
Adanya kondisi aerobik mendukung berjalannya proses-proses biologi seperti nitrifikasi yang merupakan rangkaian proses dalam siklus unsur hara
dalam sistem perairan. Pada kondisi aerobik terjadi penguarian senyawaan yang berbahaya seperti amoniak, nitrit ataupun senyawaan kimia lainnya.
Disamping itu pada kondisi aerobik senyawaan unsur hara seperti fosfor yang mendorong penyuburan perairan diikat oleh senyawaaan kimia lainnya.
Profil distribusi oksigen pada perairan dangkal sangat bevariasi secara temporal dan spasial.
Situ cenderung menjadi tempat akumulasinya bahan-bahan organik yang berasal dari daratan sekitarnya dan nutrien serta sejumlah material
lainnya yang dibawa abran ke perairan danau. Masukan nutrien ke dalam perairan danau dangkal ini lebih tinggi di bandingkan dengan danau-danau
dalam Wetzel 2001. Kondisisi seperti ini yang mendukung cepatnya kesuburan perairan danau dangkal. Distribusi spasial dan temporal
kandungan nutrien dalam perairan danau dipengaruhi oleh proses-proses fisika dan biologi seperti misalnya pemanfaatan dan pertumbuhan oleh
tumbuhan, grazing oleh Zooplankton serta sedimentasi dalam kolom air Harris 2006. Hilangnya kandungan nutrien dalam perairan karena proses
sedimentasi di danau dangkal lebih kecil dibandingkan dengan danau-danau yang dalam.
10
Unsur hara terpenting dalam proses penyuburan perairan adalah unsur P fosfor yang merupakan unsur hara pembatas pertumbuhan tumbuhan.
Unsur inilah yang bersama-sama unsur N nirogen bila meningkat konsentrasinya ke dalam perairan situ menimbulkan penyuburan yang
berlebihan atau eutrofikasi. Eutrofikasi ini muncul dengan ciri-ciri yang mudah dikenali seperti ledakan pertumbuhan blooming tumbuhan tertentu,
baik yang berupa fitoplankton seperti Microcystis spp atau tumbuhan semacam Salvinia spp apu-apu atau Eichornia crassipes Eceng gondok.
Dampak dari eutrofikasi ini adalah penurunan kualitas air, biodiversitas ikan, pendangkalan estetika dsb yang pada akhirnya secara ekonomi
akan merugikan masyarakat sekitarnya. Untuk mengklasifikasikan tingkat
kesuburan perairan
dapat diidentifikasi
melalui besaran
kandungan unsur hara yakni nitrogen dan fosfor . Berdasarkan PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah RTRW Nasional, kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan sebagai kawasan yang termasuk kawasan perlindungan setempat. Kawasan
sekitar waduk dan situ adalah kawasan di sekeliling waduk dan situ yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsinya.
Kriteria kawasan lindung untuk kawasan sekitar danau telah ditetapkan dalam RTRW secara nasional yaitu daratan sepanjang tepian danau atau
waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat PP
No. 47 Pasal 34 ayat 3. Penetapan kawasan sekitar waduk sebagai kawasan perlindungan setempat adalah untuk melindungi danau atau waduk dari
berbagai usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau atau waduk. Keberadaan danau situ sangat penting dalam turut
menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, situ merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur
air, kehidupan akuatik, dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya muka air, sehingga kehadiran situ akan mempengaruhi iklim mikro dan
keseimbangan ekosistem sekitarnya. Sedangkan jika ditinjau dari sudut tata
11
air, situ berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya sebagai alat pemenuhan irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai
tangkapan air untuk pengendali banjir, serta penyuplai air tanah.
2.3 Konservasi Air