13
dapat dibangun berseri cascade series. Pengembangan bangunan konservasi air selain untuk mengatasi kelangkaan air, dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan masa tanam, luas tanam, indeks pertanaman, dan produktivitas. Untuk memanfaatkan air hasil
konservasi air secara optimal, maka diperlukan teknologi irigasi yang memadai sesuai dengan kondisi spesifik lokasi.
Situ di kawasan Jabodetabek memiliki peranan yang sangat penting, maka pengelolaan situ di kawasan ini memerlukan perhatian yang lebih baik.
Selain sebagai habitat dan penyeimbang lingkungan di sekitarnya, meskipun perannya kurang begitu besar, situ dan rawa ini dapat menampung sementara
luapan air pada saat musim hujan. Perubahan yang terjadi pada situ maupun rawa seperti sengaja ditutup atau diuruk untuk diubah peruntukkannya atau
karena sebab- sebab yang lain akan menyebabkan perubahan ekologi di sekitar kawasan tersebut. Kondisi ini dapat berpengaruh lebih serius bila
perubahannya sudah sulit untuk dikendalikan. Dengan hilangnya berbagai situ dan rawa serta mengecilnya luas situ-rawa maka dapat dipastikan bahwa
daya menambah imbuhan an taran juga semakin rendah. Meningkatnya kebutuhan akan air tanah di daerah hilir sebagai akibat dari meningkatnya
kebutuhan industri serta masyarakat dapat dipastikan meningkatnya devisit air tanah di daerah hilir Jabodetabek. Defisit air imbuhan air tanah tersebut
secara bertahap dan sistematis harus dikurangi Roemantyo, 2007.
2.4 Daerah Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air
bumi yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air
hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun
kawasan yang bersangkutan. Kawasan ini dapat berupa kawasan budidaya hutan, perkebunan dan pertanian lahan kering. Pembangunan dapat dilakukan
melalui disintensif antara lain tidak membangun infrastuktur pada kawasan ini
14
dan pembatasan KDB Koefisien Dasar Bangunan. Beberapa definisi serta cara mengidentifikasi daerah resapan air tanah ini:
1. Daerah resapan adalah daerah tempat masuknya air kedalam zona jenuh
air sehingga membentuk suatu garis khayal yang disebut sebagai muka air tanah water table dan berasosiasi dengan mengalirnya air dalam kondisi
jenuh tersebut kearah daerah luahan. 2.
Dalam terminologi penggambaran jejaring aliran air tanah flow net maka posisi jejaring aliran ini akan bergerak menjauhi muka airtanah.
3. Daerah ini dapat didefinisikan memiliki komposisi garam dan mineral
yang lebih sedikit dibandingkan komposisi dalam daerah luahan dalam satu sistem aliran air tanah yang sama.
4. Daerah ini dapat ditentukan dengan melihat distribusi dari tumbuh-
tumbuhan. 5.
Daerah ini dapat ditentukan dengan melihat penurunan tekanan air berlawanan dengan daerah luahan yang akan mengalami kenaikan tekanan
air kondisi ini dapat diaplikasikan pada saat mengukur tekanan air pada suatu lubang bor secara vertikal
Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanah ke dalam zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanah yang
mengalir ke daerah yang lebih rendah. Daerah ini memiliki kandungan komposisi mineral dan komposisi garam yang lebih rendah dari daerah luahannya dalam satu
aliran air tanah yang sama dan mengalami penurunan tekanan air yang berlawanan dengan kenaikan tekanan air di daerah luahannya dalam satu
aliran air tanah yang sama. Daerah resapan air juga terdapat perbedaan distribusi tumbuh-tumbuhan.
Berdasarkan bentang alamnya, daerah resapan lebih mendominansi wilayah cekungan dan secara alami memiliki ciri-ciri kondisi tanah dengan
kemampuan resapan yang cukup tinggi, curah hujan rata-rata lebih dari 1.000 mm per tahun, lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 116
mm, mempunyai kemampuan meresap air dengan kecepatanlebih dari 1 meter per hari, kedalaman air tanah lebih dari 10 meter dari permukaan tanah,
15
kemiringan lereng kurang dari 15 , dan kedudukan mukaair tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah dalam. kemampuan peresapan air
dipengaruhi oleh struktur dan tektur tanahnya yang kandungan pasir dalam tanah tersebut sangat menentukan. Semakin tinggi kandungan pasir dalam
tanah, maka kepadatan tanah akan semakin rendah yang berarti akan memicu peresapan air kedalam tanah termasuk mempengaruhi laju
peresapanair tersebut. Perbedaan tinggi atau rendahnya air tanah pada musim kemarau dan penghujan adalah sebagai bukti adanya sirkulasi air kearah
dalam.Aliran sirkulasi air ke arah dalam berkaitan erat dengan suplai air ke persediaan air bawah tanah. Pentingnya daerahyang memiliki curuh hujan
tinggi adalah agar intensitas air yang dapatmasuk ke dalam tanah cukup besar. Sedangkan fungsi penutupan dengan vegetasi yang memiliki sistem perakaran
dalam adalah sebagai bio-filter dari sifat-sifat kimia yang dibawa oleh air dan tanah itusendiri serta untuk mengendalikan laju limpahan air.
Berdasarkan karakteristik litologinya, daerah resapan potensial secara spesifik ditandai oleh jalur-jalur biru yang merupakan satuan batuan, terbentuk
akibat evolusi bumi pada zaman tersier 200 juta tahun lalu, dan dikenal sebagai alur-alur endapan alluvial sungai purba. Endapan ini memiliki
ketebalan ± 10 meter, terdiri atas batuan pasir, lempung, dan lanau, yang sangat poros terhadap pekolasi air. Alur-alur biru sungai purba berdasarkan
bentang alamnya, lebih mendominansi wilayah cekungan lembah, dan secara alami memiliki ciri :
a kondisi tanahnya yang poros porositas dan premabilitas tinggi, b berkemampuan dalam meresapkan air infiltrasi kedalam tanah, serta
c perbedaan air tanah dangkal yang relatif mencolok pada musim kemarau dan penghujan.
Dengan demikian, pemahaman makna daerah resapan dalam hamparan bentang alam, paling tidak ada lima unsur utama sebagai penciri yang harus
dipenuhi yaitu : a kondisi tanahnya poros,
b kemampuan dalam meresapkan air,
16
c memiliki perbedaan tinggi air tanah dangkal, d berada pada wilayah dengan curah hujan cukup tinggi 2500 mmtahun,
e berpenutupan vegetasi dengan sistem perakaran dalam serta memiliki strata pelapisan tajuk dan tumbuhan bawah.
Sebagai daerah yang memiliki sifat resapan air yang tinggi, daerah resapan air berkemampuan untuk menampung debit air hujan yang turun di
daerah tersebut. Daerah resapan air secara tidak langsung juga berdampak pada pengendalian banjir untuk daerah yang berada lebihrendah darinya
karena air hujan tidak turun ke daerah yang lebihrendah namun diserap sebagai air tanah. Air yang di serap ini kemudian akan menjadi cadangan air
di musim kering serta supply air untuk daerah yang berada di bawahnya. Agar pemanfaatan multiguna situ dapat berlangsung dalam waktu lama
perlu diperhatikan pula kondisi daerah resapan air dari situ, karena sangat berpengaruh pada keberadaan situ, ketersediaan air dan kualitas air yang
masuk ke situ. Perkembangan daerah permukiman yang cepat di Jabodetabek akan berakibat buruk pada situ-situ yang ada. Menurut Sugiarto 2009,
perkembangan daerah pemukiman di daerah resapan air situ akan berakibat : debit banjir akan lebih besar hingga mungkin mempercepat kerusakan sarana
dan prasarana operasional pemanfaatan situ, mata air yang ada dalam situ mengecil alirannya, hingga muka air situ turun pada musim kemarau
akibatnya manfaat situ menjadi tidak maksimal lagi, sisa galian tanah akibat pengembangan pemukiman akan terbawa aliran masuk ke situ menjadi
sedimen yang akan mempercepat pendangkalan situ, dan limbah daerah permukiman yang berupa sampah dan air limbah permukiman akan
memperburuk kualitas air situ.
18
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD,
Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware berupa laptop dan GPS.
3.3 Batasan Studi
Batasan studi penelitian ini sampai pada tahap perencanaan tata ruang Situ Rawa Kelapa Dua Wetan. Perencanaan ini memiliki tujuan untuk
mengembalikan fungsi awal Situ Rawa Kelapa Dua Wetan sebagai daerah resapan air dan penyangga banjir untuk wilayah Jakarta Timur dimana situ ini
telah mengalami pendangkalan dan pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga di sekitar situ sehingga mempengaruhi ekosistem perairan dari
situ itu sendiri. Perencanaan
lanskap yang
dilakukan juga
bertujuan untuk
mengakomodasi aktivitas masyarakat sekitar maupun pengunjung situ seperti memancing dan budidaya ikan air tawar sesuai dengan daya dukung dari
tapak. Batasan tapak secara administratif merupakan batas jalan terluar dari
Kelurahan Kelapa Dua Wetan yang berbatasan dengan Kelurahan Cipayung, Munjul, dan Cibubur. Batas perencanaan pada tiga RW di Kelurahan Kelapa
Dua Wetan yang paling dekat dan diduga berpengaruh pada kondisi Situ Rawa Kelapa Dua Wetan, yaitu RW 04, RW 08, dan RW 14 dengan luas total 30,67
Ha.
19
Gambar 3. Batas perencanaan tapak.