Untuk responden pakar adalah aktor utama main stakeholders yang terdiri dari pemerintah pusat yang diwakili oleh Balai Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, Pemerintah daerah yang diwakili oleh Pemda Kabupaten Bogor, swasta yang diwakili oleh pengusaha daerah, penelitipendidik kemudian institusi
masyarakat lokal yang diwakili oleh kelompok-kelompok keagamaan dan
kepemudaan Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Responden Pakar
No Responden Pakar
Jumlah
1 KK yang menjadi anggota
lembagaorganisasi tokoh agama, kepemudaan,LSM,BPM,LPM
90 sampel mencakup 3 desa 2
Pemda Dinas Pertanian dan Kehutanan 3 orang
3 Japan International Cooperation
Agency JICA 1 orang
4 Balai Taman Nasional GHS
1 orang 5
Peneliti Pendidik 1 orang
3.4. Metode Analisis
Data dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik
sistem sumberdaya,
karakteristik kelompok,
pengaturan kelembagaan, lingkungan eksternal, dan analisis spasial keruangan. Metode
analisis yang digunakan untuk mengetahui sikap dan karakteristik responden adalah menggunakan Chi-Square dan Indeks.
Kebutuhan manusia pada umumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, demikian pula setiap aktivitas yang dilakukan dalam membangun membutuhkan
ruang. Kegiatan pembangunan sangat dibatasi oleh ruang dan waktu dalam mengimbangi meningkatnya laju pertumbuhan. Dalam upaya mengatasi konflik
pemanfaatan ruang, perlu dilakukan perencanaan penataan ruang. Hal lainnya yang mendasari, adalah ketersediaan data kondisi fisik dan sosial ekonomi dari
sumberdaya yang ada. Perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan didukung oleh analisis kesesuaian secara komprehensif untuk menetapkan
rancangan program yang akan diakomodasikan dalam pembangunan wilayah. Tahap analisis spasial pada penelitian ini yaitu meng-overlay peta RTRW
3 tiga wilayah Kabupaten Bogor, Lebak dan Sukabumi dengan peta zonasi
kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS. Data peta dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis ArcView
dengan memanfaatkan tools Clips. Proses analisis data peta yaitu dengan cara menyusun peta poligon gabungan merge 3 tiga RTRW dengan peta poligon
zonasi TNGHS dengan Metode Clips dihasilkan peta hasil analisis sinkronisasi dan kesesuaian batas kawasan TNGHS dengan tataruang 3 tiga Kabupaten.
Ilustrasi metode SIG dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Ilustrasi Proses Analisis SIG dengan Metode Clips
Tahap selanjutnya setelah proses overlay peta spasial yaitu menganalisis data atribut peta hasil analisis atau peta hasil sinkronisasi tataruang wilayah
Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak dengan wilayah kelola TNGHS.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum TNGHS
Taman Nasional Gunung Halimun TNGH merupakan salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia, ditunjuk tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282Kpts-II1992 luasnya 40.000 Ha yang sebelumnya merupakan Cagar Alam Gunung Halimun yang dilanjutkan dengan
penetapan organisasi pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Unit Pelaksana Teknis UPT dengan nama Balai Taman Nasional Gunung Halimun
terdiri dari tiga seksi wilayah yaitu Sukabumi, Bogor dan Lebak melalui SK No. 185Kpts-II1997.
Secara administratif TNGH masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten yang berbatasan dengan 46 desa, 13 kecamatan dan 3 tiga
kabupaten. Masing-masing 13 desa dan 5 lima kecamatan di Kabupaten Bogor, 14 desa dan 4 empat kecamatan di Kabupaten Sukabumi, dan 19 desa dan 4
empat kecamatan di Kabupaten Lebak. Daerah studi meliputi 3 tiga desa yang berada di wilayah kelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak. ketiga daerah
studi tersebut yaitu: 1 Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat; 2 Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan 3 Desa Lebak Sangka, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Luas wilayah dan batas administrasi
lokasi penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 5.