Hubungan antara Pendapatan Masyarakat dengan Sikap Masyarakat

PEKA dan ABSOLUTE serta CHEVRON dan PT. PLN untuk mengadakan kegiatan restorasi di koridor yang dapat dipandang sebagai langkah awal yang sangat strategis dan mempunyai manfaat seperti dua sisi mata uang yang seimbang yaitu kelestarian dan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu TNGHS juga akan melakukan perekrutan tenaga kerja bagian polisi hutan yang saat ini masih kekurangan sekitar 100 tenaga polisi hutan. Hasil pengujian lain didapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pengembangan ternak dalam kawasan taman nasional. Masyarakat yang berumur 30 tahun ke bawah cenderung menyetujui pengembangan ternak dalam kawasan taman nasional, sedangkan yang berumur di atas 30 tahun cenderung tidak menyetujui pengembangan ternak dalam kawasan taman nasional. Hubungan antara umur dengan sikap masyarakat terhadap taman nasional selengkapnya disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Hubungan antara Umur dengan Sikap Masyarakat terhadap Taman Nasional Sikap masyarakat terhadap Taman Nasional Umur Indeks Hubungan Chi-Square Peluang 1. Kebebasan berburu satwa di dalam kawasan Taman Nasional 20-30 0,86 18,522 0,001 31-40 0,78 41-50 0,71 51-60 0,68 61 0,67 2. Penebangan pohon yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional 20-30 0,71 16,338 0,038 31-40 0,67 41-50 0,64 51-60 0,67 61 0,67 3. Pengembangan ternak di dalam kawasan Taman Nasional 20-30 0,81 15,712 0,047 31-40 0,76 41-50 0,71 51-60 0,68 61 0,61 = signifikan pada selang kepercayaan 95

4.9. Hubungan antara Pendapatan Masyarakat dengan Sikap Masyarakat

terhadap Taman Nasional Gunung Halimun Salak Untuk karakteristik pendapatan masyarakat, hasil pengujian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan masyarakat dengan penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional. Masyarakat yang berpendapatan Rp 152.847,- ke bawah kategori miskin cenderung menyetujui penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional. Untuk penguasaan lahan, terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan lahan dengan penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional. Masyarakat yang penguasaan lahannya sempit cenderung menyetujui penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Untuk kasus penyerobotan lahan sebenarnya bukan hanya milik orang-orang miskin saja, banyak kasus penyerobotan lahan di kawasan TNGHS melibatkan orang-orang kaya yang memiliki vila-vila di daerah kawasan tersebut. Hubungan antara pendapatan dengan sikap masyarakat terhadap taman nasional selengkapnya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hubungan antara Pendapatan dengan Sikap Masyarakat terhadap Taman Nasional Sikap masyarakat terhadap Taman Nasional Level Indeks Hubungan Chi- Square Peluang 1. Penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan Taman Nasional untuk digunakan sebagai lahan pertanian Miskin 0,70 11,262 0,024 Tidak miskin 0,67 2. Penebangan pohon yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Miskin 0,68 11,990 0,017 Tidak miskin 0,64 = signifikan pada selang kepercayaan 95 4.10. Hubungan antara Kepemilikan Lahan dengan Sikap Masyarakat terhadap Taman Nasional Gunung Halimun Salak Untuk lama kepemilikan lahan yang dikuasai masyarakat, terdapat hubungan yang signifikan antara lama kepemilikan lahan dengan sikap masyarakat terhadap keuntungan yang diberikan taman nasional kepada masyarakat. Masyarakat yang lama kepemilikan lahannya lebih dari 10 tahun cenderung proporsi menyetujui dan tidak menyetujui terhadap keuntungan yang diberikan taman nasional kepada masyarakat lebih besar dibandingkan yang lama kepemilikan lahannya di bawah 10 tahun. Hubungan antara lama kepemilikan lahan dengan sikap masyarakat terhadap taman nasional selengkapnya disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hubungan antara Lama Kepemilikan Lahan dengan Sikap Masyarakat terhadap Taman Nasional Sikap masyarakat terhadap Taman Nasional Level Indeks Hubungan Chi- Square Peluang 1. Taman Nasional memberikan keuntungan kepada masyarakat 10 tahun 0,96 16,130 0,041 5-10 tahun 0,83 3-5 tahun 1,00 1-3 tahun 0,67 1 tahun 1,00 = signifikan pada selang kepercayaan 95 Untuk penguasaan lahan, terdapat hubungan yang signifikan antara penguasaan lahan dengan penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional. Masyarakat yang penguasaan lahannya sempit cenderung proporsi menyetujui dan tidak menyetujui penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan taman nasional untuk digunakan sebagai lahan pertanian lebih kecil dibandingkan yang penguasaan lahannya luas. Hasil pengujian yang lain juga didapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguasaan lahan dengan keikutsertaan dalam kegiatan pelestarian kawasan taman nasional. Masyarakat yang penguasaan lahannya sempit cenderung proporsi menyetujui dan tidak menyetujui keikutsertaan dalam kegiatan pelestarian kawasan taman nasional lebih besar dibandingkan yang penguasaan lahannya luas. Hubungan antara luas penguasaan lahan dengan sikap masyarakat terhadap taman nasional selengkapnya disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan antara Luas Penguasaan Lahan dengan Sikap Masyarakat terhadap Taman Nasional Sikap masyarakat terhadap Taman Nasional Level Indeks Hubungan Chi-Square Peluang 1. Penyerobotan lahan yang berada dalam kawasan Taman Nasional untuk digunakan sebagai lahan pertanian Sempit 0,68 10,390 0,034 Sedang 0,68 Luas 0,73 2. Ikut serta dalam kegiatan pelestarian TNGHSS misalnya penanaman pohon Sempit 0,98 8,147 0,017 Sedang 1,00 Luas 0,93 = signifikan pada selang kepercayaan 95 4.11. Analisis Spasial Tataruang Wilayah Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak dengan Wilayah Kelola TNGHS Analisis spasial tata ruang wilayah tiga kabupaten di sekitar TNGHS diuraikan berikut ini. Zonasi TNGHS disajikan pada Gambar 21 dan Tabel 21 Hasil perhitungan luas Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yaitu 113.357 Hektar. Tabel 21. Luas Zona Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menurut TNGHS NO ZONASI TNGHS Luas Total ha 1 Budaya 6,6 2 Enclave 6.840,9 3 Khusus 16.076,2 4 Pemanfaatan 833,6 5 Rehabilitasi 32.025,0 6 Zona Inti 30.015,3 7 Zona Rimba 27.559,4 Total 113.357,0 Berdasarkan Perda Kabupaten Bogor No. 192008 tentang Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, Kabupaten Bogor dibagi menjadi 18 zona tataruang yaitu sebagai berikut: 1. Hutan Konservasi 2. Hutan Lindung 3. Hutan Produksi 4. Hutan Produksi Terbatas 5. Kawasan Industri 6. Kawasan Lindung 7. Zona Industri 8. Lahan Basah 9. Lahan Kering 10. Tanaman Tahunan 11. Perkebunan 12. Permukiman Perdesaan 1 13. Permukiman Perdesaan 2 14. Permukiman Perkotaan 1 15. Permukiman Perkotaan 2 92 Gambar 21. Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS 16. Permukiman Perkotaan 3 17. DanauSetu 18. Waduk Hasil overlay GIS peta RTRW Kabupaten Bogor dengan peta Kawasan TNGHS dihasilkan sebanyak 3 tiga zona tataruang yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional seluas 35.209,9 Hektar dengan rincian diuraikan dalam Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Luas Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Bogor di dalam Kawasan TNGHS NO RTRW DALAM LINGKUP KAWASAN TNGHS Luas Total Ha 1 Hutan Konservasi 33.814,5 2 Hutan Lindung 1.322,5 3 Tanaman Tahunan 72,9 Total 35.209,9 Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2007-2017, Kabupaten Sukabumi dibagi menjadi 12 zona tataruang yaitu sebagai berikut: 1. Hutan Konservasi 2. Hutan Lindung 3. KB-Hutan Produksi Terbatas 4. KB-Hutan Produksi 5. KB-Hutan Cadangan 6. KB-Enclave 7. KB-Kaw Peruntukan Pertanian Lahan Kering 8. KB-Kaw. Permukiman Perdesaan 9. KB-Kaw. Peruntukan Perkebunan 10. KB-Kaw. Peruntukan Pertanian Lahan Basah 11. KB-Permukiman Perkotaan 12. KB-Tubuh Air Hasil overlay GIS peta RTRW Kabupaten Sukabumi dengan peta Kawasan TNGHS dihasilkan sebanyak 9 sembilan zona tataruang yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional seluas 29.193,3 Hektar dengan rincian diuraikan dalam Tabel 23. Tabel 23. Luas Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Sukabumi di dalam Kawasan TNGHS NO RTRW DALAM LINGKUP KAWASAN TNGHS Luas Total Ha 1 Hutan Lindung 558,7 2 Enclave 784,3 3 Hutan Konservasi 26.171,6 4 Hutan Produksi 49,5 5 Hutan Produksi Terbatas 1.292,1 6 Permukiman Perdesaan 18,6 7 Peruntukan Perkebunan 115,9 8 Peruntukan Pertanian Lahan Basah 151,7 9 Peruntukan Pertanian Lahan Kering 50,9 Total 29.193,3 Berdasarkan Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Lebak dibagi menjadi 13 zona tataruang yaitu sebagai berikut: 1. Taman Nasional 2. Hutan Lindung 3. Daerah Rawan Bencana 4. Daerah Resapan Air 5. Pertanian Lahan Kering dan Peternakan 6. Pertanian Lahan Basah 7. Kawasan Baduy 8. Kawasan Industri 9. Kawasan Pemerintahan 10. Kawasan Pengembangan Perkotaan 11. Kawasan Tambang 12. Kawasan Zona Khusus Militer 13. WadukDAM Hasil overlay GIS peta RTRW Kabupaten Lebak dengan peta Kawasan TNGHS dihasilkan sebanyak 5 lima zona tata ruang yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional seluas 48.953,8 Hektar dengan rincian diuraikan dalam Tabel 24. Tabel 24. Luas Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Lebak di dalam Kawasan TNGHS NO RTRW DALAM LINGKUP KAWASAN TNGHS Luas Total Ha 1 Daerah Resapan Air 13.331,6 2 Hutan Lindung 26.249,4 3 Kawasan Tambang 6.445,8 4 Pertanian Lahan Kering dan Peternakan 423,5 5 Taman Nasional 2.503,6 Total 48.953,8 Berdasarkan uraian di atas, luasan ketidaksesuaian antara zonasi tataruang 3 tiga wilayah kabupaten dengan zonasi Kawasan TNGHS dapat digambarkan seperti yang disajikan pada Gambar 23. Wilayah administratif Kabupaten Lebak merupakan wilayah yang terluas yang termasuk dalam lingkup kawasan TNGHS, namun juga merupakan wilayah yang terluas terdapat ketidaksesuaian zonasi antara zonasi tataruang wilayah dengan zonasi Kawasan TNGHS. Luas ketidaksesuaian zonasi di wilayah administratif Kabupaten Lebak adalah seluas 46.450,2 ha atau sekitar 43,30 dari luas Kawasan TNGHS di wilayah administratif Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak. Luas ketidaksesuaian zonasi di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor masing-masing seluas 1.395,3 ha 1,2 dan 3.023,7 ha 2,7. 96 Gambar 22. Peta Potensi Konflik di Wilayah Kelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS 97 Gambar 23. Grafik Luas Tingkat Kesesuaian Tataruang Wilayah Tiga Kabupaten dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Tingkat kesesuaian sistem pengelolaan rencana tataruang di Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak dengan sistem pengelolaan Kawasan TNGHS menunjukkan seluas 62.489,7 ha termasuk dalam kategori sesuai dan 50.869,3 ha termasuk dalam kategori tidak sesuai. Lahan yang termasuk ke dalam kategori tidak sesuai yang merupakan sumber konflik tersebar di Kabupaten Bogor seluas 1.395,3 ha, di Kabupaten Sukabumi seluas 3.023,7 Ha, dan di Kabupaten Lebak seluas 46.450,2 ha. Tingkat Kesesuaian Sistem Pengelolaan Rencana Tataruang tiga Wilayah Kabupaten dengan Pengelolaan Kawasan TNGHS selengkapnya disajikan pada Tabel 25. Permasalahan penting yang harus segera diatasi adalah rendahnya aksetabilitas pengakuan terhadap eksistensi tata ruang kawasan hutan. Akibatnya perubahan fungsi dan status kawasan hutan menjadi tidak terkendali tumpang tindih pemanfaatan lahan di kawasan hutan, dan terjadi ketidakpastian dalam pengelolaan hutan. Rendahnya pengakuan terhadap eksistensi tata ruang kawasan hutan juga menyebabkan secara faktual kawasan hutan menjadi kurang diakui dan memicu terjadinya akses terbuka open access kawasan hutan yang pada gilirannya menyebabkan terjadi bencana alam banjir, longsor, kekeringan, kebakaran. Kurang kuatnya eksistensi tata ruang kawasan hutan juga mengakibatkan tidak adanya kepastian usaha dan lebih dari itu, juga rawan terhadap konflik antar sektor. Pada akhirnya rendahnya pengakuan terhadap eksistensi tata ruang kawasan hutan dapat mengancam kelestarian sumberdaya hutan secara keseluruhan. 98 Tabel 25. Tingkat Kesesuaian Zonasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak dalam Wilayah Kelola TNGHS Berdasarkan Aspek Legal Kebijakan Pola Ruang No Kabupaten Zonasi RTRW Tingkat Kesesuaian Zonasi Luas Total Ha Sesuai Ha Tidak Sesuai Ha 1 Lebak Daerah Resapan Air 13.331,6 13.331,6 Hutan Lindung 26.249,4 26.249,4 Kawasan Tambang 6.445,8 6.445,8 Pertanian Lahan Kering dan Peternakan 423,5 423,5 Taman Nasional 2.503,6 2.503,6 Subtotal 2.503,6 46.450,2 48.953,8 2 Bogor Hutan Konservasi 33.814,5 33.814,5 Hutan Lindung 1.322,5 1.322,5 Perkebunan dan Tanaman Tahunan 72,9 72,9 Subtotal 33.814,5 1.395,3 35.209,9 3 Sukabumi Hutan Lindung 558,7 558,7 Enclave 784,3 784,3 Hutan Konservasi 26.171,6 26.171,6 Hutan Produksi 49,5 49,5 Hutan Produksi Terbatas 1.292,1 1.292,1 Permukiman Perdesaan 18,6 18,6 Peruntukan Perkebunan 115,9 115,9 Peruntukan Pertanian Lahan Basah 151,7 151,7 Peruntukan Pertanian Lahan Kering 50,9 50,9 Subtotal 26.171,6 3.023,7 29.193,3 Total 62.489,7 50.869,3 113.357,0 Zona Kawasan Lindung pada RTRW Kabupaten Bogor seluas 1.322,5 ha tidak sesuai dengan zonasi TNGHS. Wilayah yang diperuntukkan sebagai zona perkebunan atau tanaman tahunan seluas 72,9 ha termasuk kategori tidak sesuai dengan zonasi Kawasan TNGHS. Zona yang diperuntukan sebagai Kawasan Budidaya KB Hutan Produksi Terbatas merupakan zona terluas pada RTRW Kabupaten Sukabumi yang tidak sesuai dengan zonasi TNGHS, yaitu seluas 1.292,1 ha. Begitu juga dengan wilayah yang telah ditetapkan sebagai Hutan Lindung pada RTRW Kabupaten Sukabumi seluas 558,7 ha tidak sesuai dengan zonasi TNGHS. Zona-zona RTRW Kabupaten Sukabumi yang lainnya yang tidak sesuai dengan TNGHS seluruhnya mencapai luas 386,6 ha di luar luas lahan enclave. Bila dilihat dari aspek fungsinya, maka yang sesuai dalam wilayah administratif Kabupaten Lebak seluas 42.084,6 ha 86, Kabupaten Bogor seluas 35.137 ha 99,8, dan Kabupaten Sukabumi seluas 26.730,3 ha 91,6. Sehingga kondisi ideal berdasarkan fungsi adalah bahwa seluruh wilayah taman 99 nasional – dalam RTRWK dimasukkan dalam kawasan lindung dengan status kawasan pelestarian alam KPA. Kategori kesesuaian zonasi pengelolaan Kawasan TNGHS dengan Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak menurut kecamatan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Kategori Kesesuaian Zonasi Pengelolaan Kawasan TNGHS dengan Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak Menurut Kecamatan No Kabupaten Kecamatan Tingkat Kesesuaian Zonasi Ha Luas Total Ha Sesuai Ha Tidak Sesuai Ha 1 Lebak Bayah 31,4 31,4 Cibeber 634,1 26.321,9 26.956,0 Cijaku 1.125,6 1.125,6 Cipanas 1.831,4 7.724,0 9.555,5 Muncang 38,1 8.463,1 8.501,2 Panggarangan 2.717,5 2.717,5 Sajira 66,6 66,6 2.503,6 46.450,2 48.953,8 2 Bogor Cigombong 319,3 72,9 392,2 Cigudeg 278,2 278,2 Cijeruk 884,8 884,8 Jasinga 1.297,2 1.297,2 Leuwiliang 3.218,8 3.218,8 Nanggung 9.154,9 981,7 10.136,6 Pamijahan 6.354,3 6.354,3 Sukajaya 10.029,3 340,7 10.370,0 Tamansari 1.091,2 1.091,2 Tenjolaya 1.186,7 1.184,7 33.814,5 1.395,3 35.209,9 3 Sukabumi Cicurug 761,4 761,4 Cidahu 1.111,6 113,6 1.225,2 Cikidang 2.980,1 1.245,9 4.226,0 Cisolok 10.505,1 1.403,2 11.908,3 Kabandungan 8.681,4 8.681,4 Kalapanunggal 900,8 900,8 Parakansalak 1.231,3 1.231,3 Pelabuhanratu 261,0 261,0 26.171,6 3.023,7 29.193,3 Total 62.489,7 50.869,3 113.357,0 Kecamatan Cibeber menunjukkan ketidaksesuaian antara zonasi kawasan TNGHS dengan zona tataruang wilayah Kabupaten Lebak yang terluas, yaitu 26.321,9 ha atau sebesar 97,48 dari luasan total zonasi kawasan TNGHS yang masuk dalam wilayah Kecamatan Cibeber, sementara itu ketidaksesuaian zonasi yang terendah berada di Kecamatan Bayah. Wilayah kecamatan di Kabupaten Bogor ketidaksesuaian zonasi terluas ditunjukkan pada wilayah Kecamatan 100 Nanggung dengan luas 981,7 ha atau sebesar 1,38 dari luasan total zonasi kawasan TNGHS yang masuk dalam wilayah Kecamatan Nanggung. Sedangkan Wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi ketidaksesuaian zonasi terluas ditunjukkan pada wilayah Kecamatan Cisolok dengan luas 1.403,2,7 ha atau sebesar 11,78 dari luasan total zonasi kawasan TNGHS yang masuk dalam wilayah Kecamatan Cisolok. Kawasan Budidaya KB Hutan Produksi Terbatas, KB-Enclave, KB- Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah, KB-Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering, KB-Kawasan Peruntukan Perkebunan, KB-Hutan Produksi, dan KB-Kawasan Permukiman Perdesaan merupakan zona tataruang wilayah Kabupaten Sukabumi yang mengalami ketidaksesuaian dengan zonasi Kawasan TNGH. Ketidaksesuaian antara Zonasi Kawasan TNGHS dengan Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Sukabumi selengkapnya disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Rincian Zonasi Kawasan TNGHS pada Kategori Tidak Sesuai Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Aspek Legal Kebijakan Pola Ruang NO Kategori ZONASI RTRW ZONASI TNGHS Luas ha A SESUAI 26.169,6 B TIDAK SESUAI Hutan Lindung Zona Rimba 386,8 Rehabilitasi 171,9 558,7 Enclave Zona Rimba 59,2 Khusus 618,8 Rehabilitasi 1,0 Enclave 107,3 786,3 Hutan Produksi Zona Rimba 27,6 Rehabilitasi 21,9 49,5 Hutan Produksi Terbatas Zona Rimba 1.017,6 Rehabilitasi 272,5 1.292,1 Permukiman Perdesaan Rehabilitasi 18,6 18,6 Peruntukan Perkebunan Khusus 24,2 Rehabilitasi 91,7 115,9 Peruntukan Pertanian Lahan Basah Khusus 6,3 Rehabilitasi 145,4 151,7 Peruntukan Pertanian Lahan Kering Rehabilitasi 50,9 3.023,7 Total 29.193,3 101 Ketidaksesuaian zonasi terluas terdapat pada Zona Rimba pada Kawasan TNGHS dengan Zona Kawasan Budidaya Hutan Produksi Terbatas pada zona tata ruang wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu seluas 1.017,6 ha. Zonasi Kawasan TNGHS pada kategori tidak sesuai zona tataruang wilayah Kabupaten Lebak selengkapnya disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Rincian Zonasi Kawasan TNGHS pada Kategori Tidak Sesuai Zona Tataruang Wilayah Kabupaten Lebak Berdasarkan Aspek Legal Kebijakan Pola Ruang NO Kategori ZONASI RTRW ZONASI TNGHS Luas ha A SESUAI 2.503,6 B TIDAK SESUAI Daerah Resapan Air Zona Inti 251,0 Zona Rimba 1.835,1 Khusus 4.341,3 Rehabilitasi 3.567,9 Budaya 1,9 Enclave 3.334,4 13.331,6 Hutan Lindung Zona Inti 7.998,1 Zona Rimba 8.648,7 Khusus 4.339,4 Rehabilitasi 5.015,4 Budaya 0,3 Enclave 247,5 26.249,4 Kawasan Tambang Zona Rimba 727,0 Khusus 1.641,2 Rehabilitasi 4.069,5 Enclave 8,1 6.445,8 Pertanian Lahan Kering dan Peternakan Khusus 263,8 Rehabilitasi 159,7 423,5 46.450,2 Total 48.953,8 Zonasi tataruang wilayah Kabupaten Lebak dan zonasi TNGHS terdapat ketidaksesuaian seluas 46.450,2 ha atau sekitar 94,88 dari luas 48.953,8 ha. Ketidaksesuaian Zona Kawasan Tambang terhadap zonasi TNGHS teridentifikasi seluas 6.445,8 ha. 102

4.12. Konflik Pemanfaatan Lahan