Kondisi Umum TNGHS HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum TNGHS

Taman Nasional Gunung Halimun TNGH merupakan salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia, ditunjuk tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282Kpts-II1992 luasnya 40.000 Ha yang sebelumnya merupakan Cagar Alam Gunung Halimun yang dilanjutkan dengan penetapan organisasi pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Unit Pelaksana Teknis UPT dengan nama Balai Taman Nasional Gunung Halimun terdiri dari tiga seksi wilayah yaitu Sukabumi, Bogor dan Lebak melalui SK No. 185Kpts-II1997. Secara administratif TNGH masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten yang berbatasan dengan 46 desa, 13 kecamatan dan 3 tiga kabupaten. Masing-masing 13 desa dan 5 lima kecamatan di Kabupaten Bogor, 14 desa dan 4 empat kecamatan di Kabupaten Sukabumi, dan 19 desa dan 4 empat kecamatan di Kabupaten Lebak. Daerah studi meliputi 3 tiga desa yang berada di wilayah kelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak. ketiga daerah studi tersebut yaitu: 1 Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat; 2 Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan 3 Desa Lebak Sangka, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Luas wilayah dan batas administrasi lokasi penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Peta Lokasi Studi 4.2. Sistem Tenurial Di kawasan TNGH dikenal beberapa sistem tenurial sistem kepemilikan lahan yang digunakan oleh masyarakat. Dalam penelitiannya Harada et al. 2001 mendokumentasi 9 Sembilan sistem tenurial yang berlaku pada masyarakat di sekitar kawasan TNGHS. Adapun kesembilan sistem tenurial tersebut adalah: 1 Warisan inheritance ialah tanah yang dikelola secara turun temurun. Hak pengelolaan dialihkan kepada ahli waris anak dengan membagi sama luas lahan baik untuk anak laki-laki maupun perempuan; 2 Mulung Reclamation atau memungut ialah menggunakan lahan yang sebelumnya pernah digarap orang lain tapi kemudian ditinggalkan. Tidak diperlukan ijin dari pengelola sebelumnya; 3 Ngaluaran tanaga sale based on labor ialah membeli hak atas tanah dengan membayar buruh untuk menggarap lahan atau menukarnya dengan ternak, tidak dengan uang; 4 Pamasihananpamere alienation atau pemberian ialah hak atas lahan berdasarkan hadiah dari pengelola sebelumnya; 5 Jual beli sale ialah sistem untuk mendapatkan hak atas tanah berdasarkan jual beli yang bersifat permanen atau semi permanen. Jual beli ini biasanya dilakukan harus dengan ijin dari pemilik awal; 6 Gade security atau gadai ialah memberikan hak atas lahan yang dimiliki untuk mendapatkan pinjaman. Hak harus dikembalikan jika pinjaman sudah dibayar. Lahan tidak boleh dipindahtangankan kepada orang lain. Jangka waktu pengembalian pinjaman biasanya tidak diberlakukan namun peminjam dapat mengelola lahan sesuai dengan keinginannya dan jangka waktu sampai hutang terbayar; 7 Maparo maro nengah rent with compensation atau menyewa dengan kompensasi ialah sistem pengelolaan atas lahan dengan cara bagi hasil antara pemilik lahan dengan penggarap. Jumlah atau besaran bagi hasil ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak; 8 Nginjeum numpang garap rent without compensation atau meminjam lahan garapan ialah sistem memberikan hak pengelolaan atas lahan untuk jangka waktu tertentu kepada orang lain tanpa kompensasi. Pengguna tidak boleh menanam atau menebang pohon; dan 9 Sewa contract atau kontrak ialah sistem memberikan hak pengelolaan atas lahan untuk jangka waktu tertentu kepada orang lain dengan kompensasi. Mengacu pada ke-9 jenis sistem tenurial ini dan berdasarkan hasil observasi lapangan, sistem tenurial yang dapat diidentifikasi di lokasi studi selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Sistem Tenurial di Lokasi Studi No Lokasi Penelitian Sistem Tenurial 1. Desa Pasir Madang Warisan, mulung, ngaluaran tanaga, jual beli, pamasihanan, sewa 2. Desa Sinaresmi Warisan, mulung, ngaluaran tanaga, pamasihanan, maparo 3. Desa Lebak Sangka Warisan, mulung, ngaluaran tanaga, jual beli, sewa, maparo

4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TNGHS