Tipologi Desa dan Karakteristiknya

menyatakan bahwa batas kolinieritas tersebut masih dapat ditolerir untuk nilai korelasi dibawah 0,5. Pada Tabel 16 dapat diketahui hasil evaluasi akurasi pada kedelapan kombinasi terpilih. Hasil evaluasi akurasi menunjukkan, nilai akurasi rata-rata umum dan akurasi Kappa terbesar terdapat pada perlakuan kombinasi PC1234 dengan 2 kelompok dengan nilai masing-masing 64 dan 27. Kombinasi kedua yang terbaik adalah kombinasi 2 peubah dengan 2 kelompok dengan nilai akurasi umum sebesar 63 dan akurasi Kappa sebesar 26. Kombinasi tersebut yang paling akurat dalam menduga kelompok desa berdasarkan luas hutan rakyat. Tabel 16 Nilai akurasi rata-rata umum dan akurasi Kappa No. Kombinasi jumlah peubah Akurasi Rata-rata umum Kappa 1. 2 Peubah-2 kelompok 63,393 26,363 2. 2 Pebah- 3 kelompok 46,429 17,482 3. 4 Peubah-2 kelompok 60,714 21,026 4. PC1234-2 kelompok 63,988 27,633 5 PC1234-3 kelompok 40,179 13,932 6 PC123-2 kelompok 50,595 1,650 7 PC123- 3 kelompok 40,476 14,271 8 PC123- 4 kelompok 27,083 6,015 Secara konsisten berdasarkan uji keragaman dan uji akurasi, diperoleh 2 peubah yang dominan yaitu rasio kelerengan lahan dan kerapatan jalan. Kedua peubah ini dapat menjadi kunci dalam membagi wilayah hutan rakyat agar relatif seragam. Hal tersebut merupakan informasi awal dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat dalam membentuk wadah unit pengelolaan.

4.2.2.3. Tipologi Desa dan Karakteristiknya

Pada proses akurasi terdapat dua kombinasi yang memiliki akurasi yang baik, yaitu kombinasi dengan mengunakan PC1234 dengan nilai akurasi sebesar 64 dan kombinasi dengan 2 peubah rasio kelerengan dan kerapatan jalan dengan nilai akurasi sebesar 63. Sebaran pengelompokan desa tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Berdasarkan kombinasi PC1234 terlihat dugaan wilayah Kabupaten Ciamis memiliki 70 daerah yang memiliki potensi pengembangan hutan rakyat yang besar. Sedangkan berdasarkan kombinasi 2 peubah menduga sebanyak 74 wilayah Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang memiliki potensi pengembangan yang besar. Potensi pengembangan hutan rakyat dilihat dari besarnya luasan hutan rakyat di dalam suatu desa. Luas hutan rakyat yang besar merupakan salah suatu peluang untuk mencapai pengelolaan hutan rakyat yang menguntungkan dan efisien. Tabel 17 Karakteristik desa setiap tipologi Tipe Karakteristik desa Kesimpulan Jumlah Desa Kombinasi PC1234 2 Peubah I Merupakan wilayah-wilayah desa dimana penggunaan lahannya tidak didominasi hutan rakyat. Terdapat kondisi-kondisi yang kurang memungkinkan untuk berkembangnya hutan rakyat secara biofisik ditambah aspek sosial ekonomi. Wilayah desa yang kurang berpotensi pengembangan hutan rakyat. 101 87 II Merupakan wilayah-wilayah desa yang memiliki potensi hutan rakyat yang besar. Faktor-faktor biofisik dan ditambah dengan sosial ekonominya mendukung untuk berkembangnya pengelolaaa hutan rakyat di desa ini. Wilayah desa yang berpotensi besar pengembangan hutan rakyat. 235 249 Pada Gambar 26 dapat dilihat bahwa sebaran yang dihasilkan dengan kombinasi PC1234 terlihat lebih kompak dan sehamparan dibanding sebaran yang dihasilkan kombinasi 2 peubah. Untuk membentuk satu unit pengelolaan lebih mudah ketika wilayah yang akan digabungkan berdekatan secara spasial. Tetapi jika unit pengelolaan tersebut berupa desa tentunya dapat berdiri sendiri secara individual ketika potensinya besar . a Nilai standar pengelompokan 2 tipologi b Pengelompokan hutan rakyat berdasarkan kombinasi PC1234 c Pengelompokan hutan rakyat berdasarkan kombinasi 2 peubah Gambar 26 Pengelompokan berdasarkan dua tipologi Berdasarkan hasil dugaan jumlah desa berpotensi tinggi, hasil dalam penelitian ini lebih besar dari nilai acuan standar sebenarnya. Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perbedaaan ini, salah satunya karena kondisi biofisik dan sosial ekonomi suatu desa yang mendukung untuk berkembangnya hutan rakyat. Pada saat ini yang berkembang di beberapa desa yang berpotensi tinggi adalah tanaman non kehutanan seperti kelapa, cengkeh, dan lainnya. Di wilayah Selatan Kabupaten Ciamis banyak ditemui perkebunan kelapa. Dari kasus desa yang diambil sebagai contoh yaitu Desa Beber Kecamatan Cimaragas luas hutan rakyat adalah 15 ha. Dari dua kondisi biofisik, yaitu rasio kelerengan lahan dan kerapatan jalan sebenarnya mendukung untuk berkembangnya hutan rakyat ditunjukkan dengan dugaan yang masuk ke tipe II, tetapi secara fakta data standar masuk tipe I. Namun, berdasarkan kombinasi PC1234 yang dapat menduga sesuai standar acuan, kemungkinan ada faktor-faktor lain di luar rasio kelerengan lahan dan kerapatan jalan yang menghambat perkembangan hutan rakyat di desa tersebut. Dari pengamatan di lapangan, Desa Beber memang masih didominasi oleh perkebunan salak. Tetapi saat ini karena harga salak anjlok, maka banyak lahan yang dikonversi menjadi hutan rakyat. Sehingga ke depan bisa memungkinkan wilayah ini berpotensi masuk menjadi tipe II. Tabel 18 Perbandingan tipologi standar dengan tipologi hasil dugaan kombinasi peubah Desa Kecamatan Luas Hutan Rakyat Ha Berdasarkan Nilai Standar Berdasarkan Kombinasi Peubah PC1234 Berdasarkan Kombinasi 2 Peubah Cipaku Banjarsari 287 Tipe II Tipe II Tipe II Beber Cimaragas 15 Tipe I Tipe I Tipe II Sukaharja Lumbung 55 Tipe I Tipe II Tipe I Pada Tabel 18 terlihat bahwa hasil dugaan berdasarkan kombinasi peubah untuk luas hutan rakyat yang sangat luas seperti di Desa Cipaku sangat konsisten. Sedangkan untuk wilayah luas hutan rakyat yang rendah, maka terjadi ketidak konsistenan antara kombinasi peubah PC1234 dan kombinasi 2 peubah. Dengan menggunakan rasio antara luas hutan rakyat dengan luas desa maka yang terbesar proporsinya adalah Desa Sukaharja dengan proporsi 33 dari wilayahnya merupakan wilayah hutan rakyat. Selanjutnya Desa Cikupa memiliki proporsi 22 dan terendah adalah Desa Beber dengan proporsi hanya 0,02. Dibandingkan dengan dugaan berdasarkan kombinasi yang diuji ternyata kombinasi yang menggunakan perubah PC1234 lebih konsisten dalam menduga tipologi tersebut.

4.3. Implikasi dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

Tipologi desa hutan rakyat merupakan informasi awal yang dapat digunakan untuk kegiatan perencanaan jangka panjang. Perencanaan hutan memerlukan data dan informasi menyeluruh tentang wilayah yang akan diterapkan suatu kebijakan. Pendekatan tipologi diperlukan bagi pihak yang berkepentingan, yaitu pembuat kebijakan dan petani hutan rakyat. Desa-desa dalam suatu wilayah dapat dikelompokan berdasarkan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Kondisi tersebut diperlukan dalam menerapkan regulasi berupa peraturan atau kebijakan yang sesuai dengan kondisi wilayah desa tersebut. Dalam ilmu manajemen hutan dikenal istilah preskripsi, yaitu serangkaian kegiatan yang diimplementasikan dalam suatu tegakan untuk mencapai hasil tertentu. Menurut Davis Johnson 1987, terdapat beberapa elemen yang merupakan dasar untuk menentukan preskripsi, yaitu: klasifikasi lahan land classification, pengaturan jadual kegiatan activity schedule, dan prediksi pertumbuhan dan hasil quantitiative growth and yield projection. Ketiga elemen preskripsi di atas diperlukan untuk mengelola dan merencanakan sebuah hutan dengan berbagai cara kuantitiatif. Analisis tipologi dalam kegiatan perencanaan pengelolaan hutan dapat membantu kegiatan klasifikasi lahan di suatu wilayah. Pada penelitian ini, tipologi desa hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dibagi 2 tipe desa hutan rakyat, yaitu tipe I merupakan wilayah-wilayah desa dimana penggunaan lahannya tidak didominasi hutan rakyat. Pada tipe I terdapat kondisi-kondisi yang kurang memungkinkan untuk berkembangnya hutan rakyat dari aspek biofisik dan aspek sosial ekonomi. Sedangkan tipe II merupakan wilayah-wilayah desa yang memiliki potensi hutan rakyat yang besar. Pada tipe II terdapat faktor-faktor biofisik dan sosial ekonominya mendukung untuk berkembangnya pengelolaaa hutan rakyat di desa yang termasuk tipe ini. Peubah-peubah biofisik dan sosial ekonomi yang dibuat sebagai landasan tipologi dalam penelitian ini mencakup karakteristik fisik seperti :