Blok Sebagai Batas Hutan Rakyat Dalam Satu Hamparan

sebaran spasial hutan rakyat di suatu kabupaten menyebar mengikuti tipe mengelompok clumped. Sebaran ini menandakan adanya faktor-faktor tertentu yang menyebabkan potensi kayu rakyat timbul di suatu wilayah. Tabel 7 Perhitungan pola sebaran spasial di Kabupaten Ciamis dan Gunungkidul Lokasi Rata- Rata µ Ragam σ 2 d Kesimpulan Pola Ciamis 107.5236 18 575.687 315.368 d 1.96 mengelompok clumped Gunungkidul 203.503 25 036.382 170.697 d 1.96 mengelompok clumped Pola sebaran spasial hutan rakyat di Kabupaten Ciamis ditunjukkan pada Gambar 12. Pola hutan rakyat terlihat mengelompok clumped menjadi 5 kelompok klaster, yang memiliki luas lebih besar dari 150 ha. Luas tersebut merupakan luas rata-rata hutan rakyat dengan potensi di atas 30 ha per desa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor pembatas perkembangan hutan rakyat di suatu wilayah. Tidak semua wilayah memiliki potensi yang sama terhadap perkembangan hutan rakyat. Hutan rakyat berkembang pada wilayah-wilayah yang memiliki faktor pendukung perkembangnnya.

4.1.1.2 Blok Sebagai Batas Hutan Rakyat Dalam Satu Hamparan

Hutan rakyat yang ditemukan di wilayah blok di suatu dusun umumnya berbentuk satu hamparan yang relatif luas. Satu dusun mempunyai paling sedikit satu blok sehamparan lahan darat dan lahan sawah. Batas lahan darat untuk satu dusun dapat berupa sawah, sungai, batas dusun atau desa lainnya. Proporsi lahan kering umumnya lebih luas dibanding sawah, tetapi untuk beberapa wilayah tertentu proporsi sawah lebih luas dibandingkan lahan kering. Contoh penggunaan lahan terdapat di Dusun Pogorsari Desa Lumbung Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis Gambar 13. Gambar 12 Pola sebaran spasial desa hutan rakyat di Kabupaten Ciamis Gambar 13 Contoh penggunaan lahan di Dusun Pogorsari Desa Lumbung Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis Satu blok terdiri atas beberapa kepemilikan lahan yang dulu dikenal dengan istilah persil. Dengan bertambahnya keturunan dalam satu keluarga, persil yang sebelumnya satu kepemilikan terpecah-pecah kepemilikan menjadi persil yang lebih kecil. Pecahan persil diberi kode huruf dibelakangnya, seperti 144 a, 144 b, 144 c, 144 d dan seterusnya Gambar 14. Gambar 14 Contoh bentuk peta blok desa yang masih menggunakan persil di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Nama blok = Kupa, Gombong dll, Nomor persil = d166, d156, dst. Kualitas lahan = III, IV, V, dst.. Gambar 15 Contoh bentuk peta blok desa hasil revisi terbaru dari BPN di Desa Sukaraharja Kecamatan Lumbung Kabupaten Ciamis Nomor kepemilikan = 4,5,...82, 83..dst Sejak tahun 2000-an di beberapa desa di Kabupaten Ciamis, seperti Desa Cikupa, Desa Sukaraharja, Desa Beber, dan lainnya, telah dilakukan pengukuran ulang terhadap batas blok dan batas kepemilikan lahan dari Badan Pertanahan Nasional BPN. Perubahan-perubahan istilah dari penamaan blok terdahulu terjadi setelah pengukuran ulang. Penomoran berlaku dengan angka dan kontinyu pada setiap lahan kepemilikan. Contoh pengukuran ulang tersebut dapat dilihat pada Gambar 15. Setiap kepemilikan lahan sudah memiliki nomor petak tersendiri dengan penjelasan luas dan nama terperinci dalam buku Daftar Himpunan Ketetapan Pajak dan Pembayaran DHKP. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan PBB karena tarif pajak antara lahan sawah S dan lahan darat D berbeda. Suatu dusun memiliki blok dengan luas dan jumlah blok dalam satu dusun dan desa beragam. Di Kabupaten Ciamis rata-rata per desa terdiri dari 5 blok dengan luasan rata-ratanya berkisar 125 ha. Sedangkan luas kepemilikan per orang setiap hamparan dalam tiap blok umumnya tidak luas dengan rata-rata luasan per kepemilikan 0.2 ha. Hasil wawancara terhadap 30 petani di Kabupaten Ciamis menunjukkan kebanyakan dari mereka memiliki areal lahan darat lebih dari satu lokasi, dan bisa terdapat di beberapa blok Lampiran 7. Disamping areal sawah sebagai lahan garapan utamanya, sebagian besar para petani memiliki areal lahan darat. Di Ciamis, para petani ada yang memiliki lahan darat di kawasan luar dusun atau desa tempat tinggal diberi istilah “Guntai”. Batas antar kepemilikan ditandai dengan jalan setapak, guludan tanah, terasering, atau dengan tanda tanaman tertentu, biasanya yang sering digunakan sebagai tanda batas di Ciamis adalah tanaman hanjuang Gambar 16. a. Jalan Setapak b. Tanaman Hanjuang Gambar 16 Tanda batas antar kepemilikan di hutan rakyat

4.1.1.3. Kajian Batas Wilayah Tanggung Jawab