gmelina, dan tisuk. Kemudian baru pada panen berikutnya jenis yang perkembangannya lambat seperti mahoni dan jati.
a Pola Agroforestri b Pola Monokultur
c Pola Polikultur Gambar 18 Karakteristik pola tanam hutan rakyat di Kabupaten Ciamis
4.1.2.2. Distribusi Diameter Tegakan dan Jumlah Pohon di Hutan Rakyat
Pada Gambar 19 dapat dilihat ada beberapa bentuk distribusi diameter hutan rakyat yang ditemui di lapangan. Bentuk yang banyak ditemui menyerupai
bentuk lonceng dengan condong skewness ke kanan, dengan lebar lonceng yang beragam tergantung banyaknya kelas diameter yang ada di lapangan. Semakin
melebar lonceng menunjukkan semakin banyak ketersediaan kelas diameter tersebut di lapangan. Sebaliknya semakin menyempit maka hanya sedikit ukuran
kelas diameter di lapangan. Kecenderungan yang terjadi di lapangan adalah bentuk distribusi lonceng menyempit seperti pada Gambar 19b. Kecondongan ke
kanan menunjukkan bahwa kelas diameter dominan adalah kelas diameter yang berukuran lebih kecil.
Berdasarkan distribusi diameter di setiap plot, ternyata tidak ada kecenderungan bentuk distribusi tertentu untuk satu karakteristik pola
tanam hutan rakyat. Distribusi diameter lebih dipengaruhi umur tanam dan riwayat penebangan sebelumnya.
a. Bentuk lonceng b. Bentuk lonceng sedikit condong ke kanan
c. Bentuk lonceng condong ke kanan d. Bentuk eksponensial negatif Gambar 19 Bentuk distribusi diameter yang ditemui di lapangan
Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa dari tiga pola hutan rakyat yang ditemui di lapangan, ternyata yang paling banyak jumlah pohon rata-rata per ha
terdapat pada pola monokultur. Sedangkan yang paling sedikit adalah pola agroforestri. Pola agroforestri mengkombinasikan tanaman kehutanan dengan
tanaman pertanian dan atau perkebunan, sehingga dalam lahan lahan yang sama harus berbagi tempat. Pola ini menghasilkan kayu tidak sebanyak tanaman yang
hanya diperuntukkan untuk tanaman kayu-kayuan saja. Berdasarkan sebaran kelas diameter pada Gambar 20, semua pola hutan
rakyat memiliki jumlah pohon paling banyak pada ukuran diameter 0-30 cm. Begitu kelas diameter di atas 30 cm langsung menurun tajam jumlahnya. Hal
tersebut menandakan bahwa ukuran di atas 30 cm sudah banyak ditebang untuk
50 100
150 200
250 300
~5 5
~1 1
~1 5
1 5
~2 2
~2 5
2 5
~3 3
~3 5
3 5
~4 4
~4 5
4 5
~5 5
Jum lah
P oh
on H
a
Kelas Diameter cm
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
0~ 5
5~ 10
10~ 15
15~ 20
20~ 25
25~ 30
30~ 35
35~ 40
40~ 45
45~ 50
50
Jum lah
P ohon
1 H a
Kelas Diameter cm
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
Jum lah
P ohon
1 H a
Kelas Diameter cm
500 1000
1500 2000
2500
~5 5~
10 10~
15 15~
20 20~
25 25~
30 30~
35 35~
40 40~
45 45~
50 50
Jum lah
P ohon
1 H a
Kelas Diameter cm
dijual kayunya. Berdasarkan informasi dari petani, pedagang, dan penyuluh lapangan, pohon sudah dapat dijual jika diameter pohon sudah mencapai 10 cm ke
atas untuk semua jenis pohon, dan pohon yang berkualitas tinggi adalah yang berukuran di atas 30 cm. Hal ini yang menyebabkan petani dan pemilik lahan
umumnya menebang pohon pada umur 4-5 tahun untuk jenis sengon. Tabel 10 Jumlah pohon rata-rata per ha berdasarkan pola hutan rakyat dari 30
plot contoh
Kelas Diameter Jumlah Pohon Rata-Rata Per ha
Agroforestri Monokultur
Polikultur
− 5 477
1288 1600
5 −10
375 4356
687 10
− 15 228
2648 733
15 − 20
116 36
293 20
− 25 37
100 80
25 − 30
18 252
20 30
− 35 5
92 60
35 − 40
5 84
13 40
− 45 7
45 − 50
1 7
50 1
Metode penebangan berpengaruh pada bentuk struktur tegakan berikutnya. Hampir tidak pernah ditemui penebangan di hutan rakyat dengan cara tebang
habis clear cutting melainkan kebanyakan menggunakan tebang pilih selective cutting. Pemilihan pohon yang ditebang dimulai dari pohon-pohon yang
berdiameter yang besar. Setelah pemanenan, petani mulai menanam kembali tanaman baru di sela-sela tanaman yang tertinggal atau pohon baru timbul dari
trubusan dari tunggak bekas pohon yang ditebang. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan membentuk struktur tegakan mendekati stuktur hutan
alam dengan variasi diameter dan jenis. Kelas diameter pohon di Desa Sukaraharja memiliki sebaran yang lebih
lebar dibanding kedua desa lainnya Lampiran 8. Data tersebut menunjukkan terdapat keinginan yang kuat untuk menunda tebangan sampai diameter yang
cukup besar di desa tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kesejahteraan di Desa Sukaraharja yang lebih tinggi dibanding dengan 2 lokasi desa lainnya.
Gambar 20 Perbandingan jumlah pohon rata-rata per ha pada tiap pola tanam dan kelas diameter.
4.1.3. Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat
Hutan rakyat menghasilkan kayu sebagai produk utamanya, mempunyai beberapa tahapan kegiatan pengelolaan. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari
kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasarannya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan rakyat dapat
dirinci sebagai berikut :
4.1.3.1 Penanaman Hutan Rakyat
Pada awalnya petani belum memikirkan dan merencanakan kegiatan penanaman pepohonan dalam kebun mereka. Pohon-pohon tersebut kebanyakan
tumbuh secara alami di lahan mereka. Benih tersebar dari pohon induk yang telah ada. Kegiatan penanaman hanya dilakukan ketika ada bantuan program-program
penghijauan dari pemerintah, seperti Program Penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an, Pekan Raya Penghijauan I diadakan pada tahun 1964 , serta
100 200
300 400
500 600
~5 5
~1 1
~1 5
1 5
~2 2
~2 5
2 5
~3 3
~3 5
3 5
~4 4
~4 5
4 5
~5 5
Jum lah
P ohon
R at
a_ rat
a
pe r
H a
Kelas Diameter cm
Agroforestri
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
~5 5
~1 1
~1 5
1 5
~2 2
~2 5
2 5
~3 3
~3 5
3 5
~4 4
~4 5
4 5
~5 5
Jum lah
P ohon
R at
a -R
at a
pe r
H a
Kelas Diameter cm
Monokultur
500 1000
1500 2000
~5 5
~1 1
~1 5
1 5
~2 2
~2 5
2 5
~3 3
~3 5
3 5
~4 4
~4 5
4 5
~5 5
Ju m
lah P
oh on
R ata
-R ata
p e
r Ha
Kelas Diameter cm
Polikultur