3.4.2. Analisis Pola Sebaran Spasial
Pengamatan pola spasial dilakukan di atas peta digital dengan bantuan data atribut luas hutan rakyat di setiap desa. Pengamatan pengelompokan dilakukan
dengan dua cara, yaitu pengamatan nilai atributnya berupa luas hutan rakyat, yang dianalisis dengan rasio keragaman. Cara kedua adalah mengamati pola sebaran
menggunakan sistem pendukung KappaDendrogram Jaya’sV1.6 yang
dijalankan pada perangkat lunak Arc View. Analisis data pola sebaran spasial menggunakan rasio antara keragaman
pengamatan dan nilai rata-rata pengamatan Ludwig Reynold 1986, Waite 2000, disebut indeks dispersi ID yang dapat dihitung dengan rumus :
Dimana : ID = Indeks dispersi
S
2
= keragaman pengamatan ha
2
= rata-rata pengamatan ha Apabila contoh mengikuti sebaran Poisson, maka keragaman contoh akan
sebanding dengan nilai rata-rata contoh dan selanjutnya nilai ID yang diharapkan selalu 1, yang menunjukkan bahwa populasi mengikuti sebaran acak random;
jika rasio 1 mendekati 0 menunjukkan distribusi seragam uniform, dan jika 1 menunjukkan distribusi mengelompok clumped. Selanjutnya dilakukan uji
statistik dengan uji chi-square : a
Jika n 30 maka: χ
2
= ID n-1 Dimana :
χ
2
= nilai chi-square ID = Indeks dispersi
n = jumlah pengamatan Keputusannya :
1 Jika Chi-sq chi-table 0,025, n-1 , maka pola sebarannya uniform 2 Jika Chi-sq chi-table 0,975, n-1 maka pola sebarannya clumped
3 Jika Chi-sq chi-table 0,025, n-1 dan Chi-sq chi-table 0,975, n-1, maka pola sebarannya adalah random. Bentuk garis batas yang
menyatakan pola sebaran spasial disajikan pada Gambar 7.
Derajat bebas Gambar 7 Nilai kritis uji chi-square
untuk indeks dispersi; α:0,05 dan n30 b
Jika n30 maka :
Dimana : d = normal distance
χ
2
= nilai chi-square n = jumlah contoh
Pengambilan keputusannya adalah sbb: 1 Jika d -1.96 maka sebarannya adalah seragam uniform
2 Jika d 1.96; maka sebarannya adalah mengelompok clumped 3 Jika d -1.96 dan d 1.9 maka sebaranya adalah acak random
3.4.3. Analisis Tipologi.