A. Pola Wanatani Agroforestri
Pola agroforestri pada hutan rakyat adalah menggabungkan tanaman kehutanan dengan pertanian, perkebunan, dan peternakan. Karakteristik hutan
rakyat agroforestri lebih umum ditemui di lapangan dibandingkan karakteristik lainnya. Di lokasi penelitian model agroforestri yang ditemui adalah tanaman
utama berumur 3 tahun dengan tajuk pohon belum menutupi lantai lahan, dan tanaman pertanian yang memerlukan sinar matahari seperti kacang-kacangan,
jagung dan tanaman hortikultura lainnya. Setelah tajuk pohon menutupi lahan, tanaman bawah diganti dengan tanaman yang tahan naungan seperti kapulaga dan
empon-emponan lainnya yang bernilai ekonomis bercampur dengan tanaman buah-buahan seperti kelapa, nangka, cengkeh dan lain-lain.
Berkurangnya luasan tanah pertanian akibat pertambahan penduduk membuat petani lokal berpikir ke arah pemenuhan kebutuhan dari keterbatasan
lahan yang dimilikinya. Sempitnya lahan yang dimiliki membuat petani memunculkan inovasi-inovasi baru agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi Prima
et al. 2005. Kepemilikan lahan petani dalam satu hamparan di Pulau Jawa umumnya sempit sehingga dengan pola agroforestri merupakan pola yang
menguntungkan dan aman buat petani. Dalam satu hamparan lahan memberikan hasil harian, bulanan dan tahunan. Petani yang bersifat subsisten lebih
mementingkan kelangsungan pendapatan dibanding besarnya pendapatan. Tanaman kayu-kayuan berbagi lahan dengan tanaman lainnya, sehingga
jumlahnya tidak terlalu besar dalam suatu hamparan lahan. Namun, tanaman kayu dengan pola agroforestri cenderung lebih cepat tumbuh dibanding pola
lainnya, karena mendapat pasokan pupuk yang sebenarnya ditujukan untuk tanaman pertanian yang ada di sekitar tanaman kayu-kayuan.
Di lapangan terdapat pula pola agroforestri yang terbentuk secara alam. Umumnya lahan ini sudah berupa hutan rakyat sejak lama dengan sistem warisan.
Tanaman yang tumbuh berasal dari benih yang jatuh dari tegakan yang sudah ada di lahan tersebut atau sengaja ditanam secara berangsur sesuai dengan
keterbukaan lahannya, yaitu berupa tanaman kayu-kayuan atau buah-buahan. Keterbukaan lahan dapat terjadi akibat metode penebangan yang umumnya
berupa borongan dengan sistem tebang pilih sesuai pilihan pemborong terhadap pohon yang ukurannya sudah laku terjual, sehingga ciri dari karekteristik ini tidak
memiliki pola dan jarak tanam yang teratur. Umur pasti dari tanaman sulit diketahui karena kebanyakan petani pemilik lahan tidak mengetahui secara tepat
umur tanamannya.
B. Pola Sejenis Monokultur