berupa borongan dengan sistem tebang pilih sesuai pilihan pemborong terhadap pohon yang ukurannya sudah laku terjual, sehingga ciri dari karekteristik ini tidak
memiliki pola dan jarak tanam yang teratur. Umur pasti dari tanaman sulit diketahui karena kebanyakan petani pemilik lahan tidak mengetahui secara tepat
umur tanamannya.
B. Pola Sejenis Monokultur
Karakteristik hutan rakyat berikutnya adalah pola sejenis yang memiliki struktur dan komposisi yang relatif seragam dari segi jenis dan umur yang relatif
sama. Pada awal penanaman dilakukan serempak dalam satu hamparan, sehingga ciri yang paling nyata adalah jarak tanam antar pohon yang relatif teratur. Alasan
pemilik lahan untuk melakukan penanaman homogen berdasarkan pertimbangan kesediaan waktu, tenaga, modal, dan assesibilitas lahan. Pemodal besar biasanya
lebih memilih hutan rakyat dengan tipe seragam monokultur murni dengan penanaman serempak tanpa tanaman pertanian atau buah-buahan lainnya. Selain
itu, pola monokultur bisa menjadi pilihan karena kondisi lahan yang terlalu jauh dari pemilik lahan atau penggarap dengan assesibilitas yang sulit, sehingga untuk
menanam tanaman pertanian yang bersifat intensif dan memerlukan pemeliharaan
rutin terlalu membuang waktu dan tenaga.
Dengan tidak adanya tanaman pertanian, petani sering memanfaatkan lahan seefisien mungkin dengan menanam tanaman kayu-kayuan dengan jarak
1x1 m atau malah kurang dari itu. Petani beranggapan dengan menanam semakin rapat, maka hasil akan semakin besar. Umumnya jumlah tanaman kayu di pola
monokultur lebih banyak per satuan luas dengan pertumbuhan diameter pohon yang lambat.
C. Pola Campuran Polikultur
Hutan rakyat yang berkarakteristik campuran terdiri dari berbagai jenis pohon, sehingga umumnya dalam satu areal memiliki diameter dan tinggi pohon
yang beragam. Dibanding pola monokultur, pola ini memiliki dua kelebihan, yaitu lebih tahan terhadap serangan hama penyakit dan dapat lebih fleksibel dalam
menanggapi fluktuasi harga pasar kayu yang berubah. Keuntungan lain, adalah panen kayu bisa digilir dari tanaman kayu yang cepat tumbuh seperti jenis sengon,
gmelina, dan tisuk. Kemudian baru pada panen berikutnya jenis yang perkembangannya lambat seperti mahoni dan jati.
a Pola Agroforestri b Pola Monokultur
c Pola Polikultur Gambar 18 Karakteristik pola tanam hutan rakyat di Kabupaten Ciamis
4.1.2.2. Distribusi Diameter Tegakan dan Jumlah Pohon di Hutan Rakyat