Identifikasi Faktor-Faktor Pendukung Keberadaan Hutan Rakyat

Derajat bebas Gambar 7 Nilai kritis uji chi-square untuk indeks dispersi; α:0,05 dan n30 b Jika n30 maka : Dimana : d = normal distance χ 2 = nilai chi-square n = jumlah contoh Pengambilan keputusannya adalah sbb: 1 Jika d -1.96 maka sebarannya adalah seragam uniform 2 Jika d 1.96; maka sebarannya adalah mengelompok clumped 3 Jika d -1.96 dan d 1.9 maka sebaranya adalah acak random

3.4.3. Analisis Tipologi.

Identifikasi wilayah hutan rakyat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu identifikasi faktor-faktor pendukung keberadaan hutan rakyat dan penentuan faktor dominan.

3.4.3.1 Identifikasi Faktor-Faktor Pendukung Keberadaan Hutan Rakyat

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan hutan rakyat di suatu lokasi dianalisis dengan unit analisisnya adalah desa. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang terkait dengan hutan rakyat Suharjito 2000; Awang et al. 2001, ditemukan beberapa faktor-faktor sebagai berikut : Nilai chi -square a. Jarak proximity desa hutan rakyat ke jalan besar Jarak desa hutan ke jalan besar didefinisikan sebagai jarak lurus km dari batas desa terhadap jalan besar terdekat. Jalan besar yang dimaksud adalah jalan kolektor, yaitu jalan yang menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal atau kawasan-kawasan berskala kecil Gambar 8a. a Jalan kolektor dan Batas wilayah desa b Batas kawasan hutan dan Batas wilayah desa Gambar 8 Contoh cara perhotungan jarak lurus a Antar kawasan hutan dengan batas desa b Antar jalan kolektor dengan batas desa b. Jarak proximity desa hutan ke kawasan hutan negara terdekat. Jarak ini adalah jarak lurus km dari batas desa terhadap kawasan batas hutan negara terdekat. Kedekatan terhadap kawasan hutan negara memiliki peluang untuk berkembangnya hutan rakyat baik secara alam maupun budaya Gambar 8b. c. Rasio Kelerengan lahan slope ratio Menurut Jaffar dalam Awang et al. 2001, salah satu areal yang menjadi sasaran pembangunan hutan rakyat adalah areal kritis dengan keadaaan lapangan berjurang dan bertebing. Rasio kelerengan lahan didefinisikan sebagai perbandingan rasio antar luas areal dengan kelas kemiringan lereng lahan lebih besar atau sama dengan 15 terhadap total luas desa. Kelas-kelas kemiringan lereng dalam suatu wilayah dapat dilihat pada Tabel 3. Rasio kelerengan lahan dihitung dengan rumus sebagai berikut : desa total Luas 15 kelerengan areal Luas Lahan Kelerengan Tabel 3 Klasifikasi kelas lereng No. Kelas lereng Interval 1 Datar – 8 2 Landai 8 – 15 3 Agak Curam 15 – 25 4 Curam 25 – 40 5 Sangat Curam 40 Sumber : SK. Mentan No.837KptsUmII1980 d. Rasio Penggunaan lahan bukan sawah non sawah Rasio penggunaan lahan bukan sawah didefinisikan sebagai perbandingan rasio areal lahan pertanian non sawah dengan luas total desa. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa hutan rakyat di Jawa umumnya dibudidayakan di areal-areal lahan kering daerah atas upland areas. e. Kerapatan jalan Kerapatan jalan didefinisikan sebagai rasio antara panjang jalan m dengan luas desa ha. Rumusnya dapat dilihat sebagai berikut. ha desa Luas m jalan Panjang Jalan Kerapatan f. Dominansi Kemampuan Lahan Hutan rakyat di Jawa umumnya dimulai di wilayah lahan kritis yang tidak subur, sehingga perlu dilihat tingkat kemampuan lahan suatu wilayah. Kemampuan lahan yang didefinisikan dalam penelitian ini diduga dari beberapa faktor, yaitu: kelerengan, kepekaan erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas, dan drainase di suatu wilayah desa. Data-data tersebut diperoleh dari data peta digital tanah, topografi, dan penggunaan lahan. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan No Faktor penghambatpem batas Kelas Kemampuan Lahan I II III IV V VI VII VIII 1 Lereng permukaan A B C D A E F G 2 Kepekaan erosi E5,E4 E3 E2,E1 E1 3 Kedalaman tanah S5 S3,S4 S2 S2 S1 4 Tekstur tanah T5,T4, T3 T5,T4, T3 T5,T4, T3 T5,T4, T3,T2 T5,T4, T3,T2 T5,T4, T3,T2 T1 5 Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3, P4 P2,P3 , P4 P1 P3 6 Drainase D1 D2 D3 D4 D5 D0 Sumber : Arsyad, 1989 Catatan : = dapat mempunyai sembarang sifat = tidak berlaku Setiap faktor dibagi dalam beberapa kelas yang memiliki nilai bobot masing-masing, yang selanjutnya nilai tersebut dikumulatifkan Tabel 4. Nilai kumulatif tersebut dikelaskan menjadi 8 kelas kemampuan lahan dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai kemampuan lahan di suatu desa KL adalah : Dimana : L i = Luas kemampuan lahan kelas ke- i i=1, 2,3....8 NT i = Nilai Tengah kelas ke- i i=1, 2,3....8 g. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk diperoleh dari rasio antara jumlah penduduk di setiap desa orang dengan luas administratif desa ha. Umumnya hutan rakyat terdapat pada wilayah-wilayah yang masih kurang padat penduduknya. h. Rasio umur produktif Rasio umur produktif didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk berusia produktif 15 – 64 tahun dengan luas total desa. Pengelolaan hutan rakyat masih dianggap kegiatan sampingan yang bersifat tidak intensif, sehingga wilayah yang berkembang hutan rakyatnya diasumsikan pada wilayah yang jumlah umur produktif sedikit dan didominasi umur non produktif. i. Rasio rumah permanen Rasio rumah permanen merupakan pendekatan terhadap informasi pendapatan penduduk. Untuk data pendapatan dilakukan dengan pendekatan terhadap kondisi perumahan, yaitu dari rasio antara jumlah rumah permanen dengan total rumah di desa bersangkutan. Kondisi rumah semakin permanen mengasumsikan naiknya pendapatan penduduk. Semakin besar rasio maka diasumsikan pendapatan penduduk setempat semakin tinggi. Tabel 5 Peubah-peubah tipologi hutan rakyat No. Indikator Peubah-Peubah 1. Karakteristik Bio-Fisik a Jarak ke jalan besar b Kemampuan Lahan c Kelerengan wilayah d Penggunaan Lahan land use e Jaringan jalan f Jarak ke kawasan hutan hutan negara 2. Karakteristik Sosial dan Ekonomi g Kepadatan penduduk h Tingkat rumah permanen i Umur produktif penduduk Secara keseluruhan ada 9 sembilan peubah yang diuji untuk mengetahui peubah yang berpengaruh terhadap pembagian tipologi. Peubah-peubah tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

3.4.3.2. Penentuan Faktor Dominan