Definisi Tipologi Penelitian-Penelitian tentang Tipologi

Ludwig Reynold 1986; Waite 2000. Hutchinson 1953 adalah ekologis yang pertama kali menaruh perhatian akan pentingnya pola-pola spasial dalam suatu komunitas dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang paling berperan pada pola-pola spasial suatu organisme. Beberapa faktor tersebut adalah: 1 Faktor vektorial yang timbul dari gaya eksternal lingkungan seperti angin, pergerakan air dan intensitas cahaya. 2 Faktor reproduksi yang berkaitan dengan model reproduksi dari suatu organisme seperti kloning dan regenerasi dari keturunan. 3 Faktor sosial karena tingkah laku penghuni seperti tingkah laku teritorial. 4 Faktor koaktif yang dihasilkan dari interaksi intraspesifik seperti kompetisi. 5 Faktor stokastik yang dihasilkan dari variasi yang acak pada beberapa faktor di atas. Proses-proses yang memberi kontribusi terhadap pola-pola spasial dapat berhubungan baik dengan faktor dari dalam atau instrinsik seperti reproduksi, sosial dan koaktif atau faktor luar ekstrinsikvektorial.

2.5. Tipologi

2.5.1. Definisi Tipologi

Pengertian tipologi banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu, dan definisi dari berbagai sumber. Definisi-definisi tersebut dapat dirangkum dari beberapa kamus, yaitu : a Menurut Oxford English Dictionary Soanes Stevenson 2008: 1 “classification according to general type especially in archaelogy, pscychology, or social science”. 2 “the study and interpretation of types and symbols, originally especially in the bible”. b Menurut Webster’n New Word College Dictionary Neufeldt Guralnits 1986: 1 “the study of types, symbols, or symbolism” 2 “Symbolic meaning or representation; symbolism” c Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa 2008 : “Ilmu watak tentamg bagian manusia dalam golongan-golongan menurut corak watak masing- masing” d Menurut Macmillan Dictionary Wilkinson 1959 : “a system a arranging thins in groups, or the use of such a system” e Menurut The American Heritage Science Pickett 2005: 1 “The study or systematic classification of types that have characteristics or traits in common ”. 2 “A theory or doctrine of types, as in scriptural studies”. Penelitian ini menggunakan pengertian tipologi, yaitu suatu pengklasifikasian atau pengelompokan obyek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar menjadi tipe-tipe tertentu. Pengertian ini dimodifikasi dari Oxford English Dictionary Soanes Stevenson 2008 dan beberapa sumber kamus yang telah disampaikan.

2.5.2. Penelitian-Penelitian tentang Tipologi

Rahmalia 2003 meneliti tentang tipologi pengembangan desa-desa pesisir Kota Bandar Lampung. Dalam penelitian ini dilakukan pengelompokan desa-desa berdasarkan empatpuluh tiga variabel penjelas. Data variabel diperoleh dari Potensi Desa PODES dan hasil survei lapangan. Seleksi variabel dilakukan melalui teknik analisis komponen utama. Metode pengelompokan menggunakan analis kelompok cluster analysis dan memilih faktor yang paling mencirikan tipologi wilayah menggunakan analisis fungsi diskriminan. Pada penelitian ini menghasilkan tiga tipologi, yaitu tipe I dengan merupakan desa-desa maju dengan tingkat kesejahteraan penduduk yang sangat tinggi dan tingkat assesibilitas juga tinggi, tipe II mempunyai karakteristik tingkat kesejahteraan penduduk relatif rendah tetapi tingkat assesibitas cukup tinggi, dan tipe III merupakan desa-desa yang tingkat kesejahteraannya sedang dan asesibilitasnya relatif rendah. Aziza 2008, melakukan tipologi pengembangan wilayah kecamatan berdasarkan potensi pengembangan padi. Variabel-variabel ditentukan dengan pendekatan berbagai aspek yang terkait dengan sistem produksi padi, yaitu aspek yang berkaitan dengan input yang digunakan dan saranaprasaranan penunjang. Seleksi variabel dilakukan melalui teknik analisis komponen utama. Analisis cluster dilakukan berdasarkan komposit dari analisis komponen utama. Penelitian ini menghasilkan pengelompokan wilayah menjadi tiga tipe, yaitu tipe wilayah berkembang, tipe wilayah cukup berkembang dan tipe wilayah belum berkembang. Hasil SWOT diperoleh strategi kebijakan arahan pengembangan padi di Kabupaten Bone, yaitu memanfaatkan potensi wilayah yang sesuai, meningkatkan pola kemitraan dengan petani, membangun sarana dan prasarana, meningkatkan penerapan teknologi dan sistem informasi, dan mengolah beras menjadi produk pangan yang bernilai tinggi. Hazeu et al. 2010 membangun tipologi biofisik berdasarkan data mengenai kandungan karbon organik topsoil di wilayah Eropa. Dasar tipologi ini adalah stratifikasi lingkungan Eropa, yaitu pada karakteristik iklim dan ketinggian. Zona lingkungan kemudian dikombinasikan dengan karbon organik tanah lapisan atas data untuk menutupi berbagai lingkungan agribisnis keragaman Eropa. Pada penelitian ini dapat dibangun tiga zona dengan potensi pertanian yang berbeda, yaitu zona cocok untuk pertanian, zona tidak cocok untuk pertanian dan zona kurang cocok untuk pertanian. Juhadi 2010 mengkaji pola, struktur, dan dampak spasial pemanfaatan lahan pertanian di daerah perbukitan-pegunungan DAS Serang bagian hulu. Data dikumpulkan melalui pengamatan lapangan, wawancara, uji lapangan, analisis peta digital, serta citra SPOT dengan satuan analisis bentuk lahan dan rumahtangga petani. Hasil penelitian menunjukan enam pola pemanfaatan lahan untuk persawahan dan tiga tipologi kualitas pemanfaatan lahan. Tipologi yang dihasilkan adalah tipe kualitas pemanfaatan lahan pertanian rendah 23.81, tipe pemanfaatan lahan pertanian sedang 57.14, dan tipe kategori tinggi 19.05.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Pada saat ini pengelolaan hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat merupakan salah satu tantangan terhadap pengelolaan hutan rakyat karena berkurangnya persediaan kayu di hutan alam dan tanaman. Tantangan yang lain adalah semakin mendesaknya kebutuhan atas lahan untuk kepentingan lain di luar kehutanan sehingga menyebabkan kerentanan perubahan fungsi hutan rakyat. Hutan rakyat secara ekonomis dianggap masih kalah bersaing dengan penggunaan lahan lain seperti pertanian, dan fungsi lainnya Namun, hutan rakyat dapat dijadikan alternatif pelengkap untuk menjaga kekurangan lahan bervegetasi demi kepentingan ekologis di suatu wilayah akibat kerusakan pada hutan negara. Oleh karena itu perlu dikaji suatu bentuk pengelolaan yang dapat menjamin kelestarian hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat memerlukan sistem pengelolaan yang dapat menjamin kelestarian hutan rakyat dalam menghadapi tantangan ke depan yang semakin berat. Hutan rakyat memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan pengelolaan hutan pada umumnya. Pengelolaan hutan pada umumnya memiliki berbagai karakteristik seperti, pengelolaan berdasarkan pendekatan ekosistem, bersifat multifungsi ekologi, ekonomi, dan sosial, diutamakan hasil kayunya untuk hutan produksi, masa pengelolaan yang tidak terhingga infinite, dan intensitas pengelolaannya lebih mengandalkan alam. Karakteristik demikian memerlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi oleh suatu wilayah yang dikelola sebagai hutan. Hutan rakyat secara spasial memiliki karakteristik yang umumnya tersebar tidak dalam suatu hamparan yang kompak. Luas kepemilikan relatif kecil sehingga untuk mencapai luasan yang besar maka perlu penggabungan beberapa kepemilikan lahan. Pengelolaan hutan rakyat pada umumnya dilakukan oleh masyarakat secara individual pada tingkat keluarga pada lahan miliknya. Hal tersebut menyebabkan hutan rakyat tidak mengelompok pada suatu areal tertentu tetapi tersebar berdasarkan letak, luas pemilikan lahan dan keragaman pola usaha tani yang akan berpengaruh terhadap jumlah pohon pada setiap kepemilikan.