Pengelolaan Hutan Untuk Menjamin Kelestarian

tersebut dapat mendorong terjadinya inisiatif dan kreatifitas untuk keuntungan organisasi atau dapat menghalangi aktifitas. Pada semua organisasi terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap bentuk perilaku organisasi dan efektifitasnya, yaitu : a. Manusia yang saling berinteraksi b. Struktur, merupakan penyaluran dan pengaturan interaksi dan usaha c. Tujuan, keinginan organisasi untuk berhasil. d. Pengelolaan management, menentukan dan mengawas aktifitas organisasi dalam mencapai tujuan. Sumberdaya baik alam, manusia, maupun kapital yang terdapat pada organisasi membutuhkan kombinasi dan penggunaan efektif untuk menghasilkan kemungkinan hasil yang terbaik. Dilakukan proses penggabungan pengelolaan manusia, struktur dan tujuan, serta pengawasan terhadap sumberdaya. Hasil dari proses pengelolaan menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Di negara Eropa hutan milik lebih bersifat ekstensif dan berfragmentasi dibanding di tempat lain. Sebagai contoh, 77 wilayah hutan produksi di Norwegia merupakan milik individu, bermacam tipe dari hutan milik umum private common sekitar 10, dan milik publik sekitar 13. Dimana hutan invidu terdiri dari 118 perusahaan. Hutan di Swedia 50 merupakan hutan pribadi dan 24 milik dari perusahaan. Di Perancis lebih dari tigaperempat dan di Spanyol duapertiga wilayah hutannya merupakan hutan milik. Fungsi pemerintah dan departemen adalah mengawasi aktivitas hutan milik, dengan aturan dan tugas yang berbeda dengan hutan negara.

2.2.5. Pengelolaan Hutan Untuk Menjamin Kelestarian

Suhendang 2004 menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan membutuhkan sinergi yang baik antara fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial. Kelestarian merupakan proses mengelola hutan untuk mencapai satu atau lebih tujuan pengelolaan tertentu dalam menghasilkan barang dan jasa hutan, yang diperlukan secara berkelanjutan tanpa adanya pengurangan terhadap nilai dan produktivitas hutan di masa yang akan datang, dan tanpa adanya dampak yang tidak diharapkan terhadap lingkungan fisik dan sosial. Tabel 2. Standar kriteria aspek ekonomi, sosial, dan ekologi Aspek LEI ITTO FSC SLIM Ekonomi Produksi Kelestarian Sumberdaya Kelestarian Hasil Kelestarian Usaha Ketersediaan Produksi Hutan Ukuran unit pengelolaan Keuntungan dari hutan yang nyata. Banyaknya dan frekuensi pemanenan. Sosial Kejelasan sistem tenurial dan hutan komunitas Terjaminnya pengembangan ketahanan ekonomi komunitas Terbangunnya hubungan sosial yang setara dalam proses produksi Keadilan manfaat menurut kepentingan komunitas Aspek ekonomi, sosial dan kultural. Jumlah tenaga kerja Tipe kepemilikan dan tenurial lahan. Kegiatan sosial yang nyata. Ekologi Stabilitas ekosistem hutan dapat dipelihara ganggungan dapat diminimalisir dan dikelola Ekosistem langka dapat dipertahankan dan ganggungan terhadapnya dapat diminimalisir Keamanan Sumberdaya hutan Kesehatan dan kondisi ekosistem hutan Keanekaragaman Biologi Tanah dan Air Proporsi lahan untuk perlindungan Sumber : Lei, 2006 http:www.lei.or.idindonesianews_detail. FSC, http:www.gtz.dededokumenteen-d61-slimfs-initiative Kelestarian hutan dapat dicapai dengan menetapkan kriteria dan indikator yang dapat diterapkan dalam sebuah unit pengelolaan management unit dan perencanaan tingkat tinggi seperti di regional maupun nasional. Kriteria kelestarian untuk tingkat kesatuan pengelolaan hutan dan contoh indikatornya diterangkan di ITTO 1992 dalam Kuncahyo 2006 : a Kriteria keamanan sumber, contoh indikator yaitu ketetapan kawasan hutan tetap, rencana pengelolaan, kejelasan tata batas, tingkat penebnaagan, serta perjanjian masa konsensi hutan. b Kriteria keberlanjutan hasil kayu, contoh indikatornya yaitu aturan yang jelas dan resmi tentang pemanenan, produktivitas tanah jangka panjang, inventarisasi tegakan sebelum penebangan, jumlah pohon atau volume pohon yang boleh ditebang per hektar, monitoring tegakan sisa tebangan, pencatatan hasil hutan tahunan, areal produksi yang bersih, dan pencatatan areal tebangan hutan. c Kriteria konservasi flora dan fauna, contoh indikatornya yaitu perlindungan ekosistem dalam areal konsensi hutan dan unit pengelolaan, serta tingkat gangguan vegetasi setelah penebangan. d Kriteria manfaat sosial ekonomi, contoh indikatornya yaitu jumlah tenaga kerja yang diserap, macam pekerjaan, dan jumlah volume pekerjaan yang dapat dikaitkan dengan pengelolaan hutan. e Kriteria pengamanan dalam perencanaan dan pengaturan, contoh indikatornya yaitu konsultasi kemasyarakatan dan rencana pengelolaan hutan dengan memasukkan pemanfaatan hutan secara tradisional. Kriteria kelestarian untuk tingkat pengelolaan yang umum digunakan di Indonesia meliputi aspek ekonomi, sosial, dan ekologi disajikan pada Tabel 2. Varma et al 2000, melakukan pengukuran kelestarian hutan dengan menggunakan seleksi lewat kriteria dan indikator. Kriteria dan Indikator yang telah dibangun dan diteliti sebelumnya ITTO 1992, Helsinki Process 1995, Montreal Process 1995 sebagai berikut : a. Keadaan dari sumberdaya hutan b. Konservasi terhadap keanekaragaman biologi. c. Kesehatan hutan, vitalitas, dan integritas. d. Fungsi Produksi kayu dan produk lainnya e. Perlindungan tanah dan air f. Fungsi sosial-ekonomi .

2.3. Karakteristik Masyarakat Desa