c. Taman nasional TN, merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Jumlah taman nasional saat ini adalah sebanyak 50
unit dengan luas 16.383.993,34 ha. d. Taman wisata alam TWA, merupakan kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Jumlah taman wisata alam saat ini adalah sebanyak 123 unit dengan luas 1.028.912,29 ha.
e. Taman hutan raya THR, merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan danatau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau
bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan
rekreasi. Jumlah taman hutan raya saat ini adalah sebanyak 21 unit dengan luas 331.634,91 ha.
f. Taman buru TB, merupakan kawasan hutan konservasi yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakannya perburuan secara teratur. Jumlah taman
buru saat ini adalah sebanyak 14 unit dengan luas 224.816,04 ha. UU RI No. 411999 Pasal 7; UU RI No. 51990 Pasal 1; Ditjen PHPA,
Dephut, 1996; Ditjen PHKA, Dephut, 2008.
2.3.2. Fungsi dan Manfaat Kawasan Konservasi
Secara umum, kawasan konservasi memiliki fungsi sebagai: 1 kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2 kawasan pengawetan keragaman
jenis tumbuhan dan satwa, dan 3 kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya Ditjen PHPA, Dephut, 1996.
MacKinnon et al. 1993 menyatakan bahwa kawasan konservasi dapat memberi manfaat yang berharga bagi masyarakat di wilayah tersebut melalui
cara: 1 Menstabilkan fungsi hidrologi
2 Melindungi tanah 3 Menjaga stabilitas iklim
4 Pelestarian sumberdaya pulih renewable yang dapat dipanen 5 Perlindungan sumberdaya plasma nutfah
6 Pengawetan untuk perkembangbiakan ternak, cadangan populasi, dan keanekaragaman biologis
7 Pengembangan kepariwisataan 8 Menyediakan fasilitas rekreasi
9 Menciptakan kesempatan kerja 10 Menyediakan fasilitas bagi penelitian dan pemantauan
11 Menyediakan fasilitas pendidikan 12 Memelihara kualitas lingkungan hidup
13 Keuntungan dari perlakuan khusus 14 Pelestarian nilai budaya dan tradisional
15 Keseimbangan alam lingkungan 16 Nilai warisan dan kebanggaan regional
Sejalan dengan hal tersebut, Wiratno et al. 2004 juga menyatakan bahwa banyak manfaat yang disediakan kawasan konservasi, antara lain: 1 manfaat
rekreasi; 2 perlindungan daerah aliran sungai, yang meliputi pengendalian erosi, reduksi banjir setempat, pengaturan aliran sungai; 3 proses-proses
ekologis, yang meliputi fiksasi dan siklus nutrisi, formasi tanah, sirkulasi dan pembersihan udara dan air, dukungan bagi kehidupan global; 4 keragaman
hayati, meliputi sumber genetik, perlindungan spesies, keragaman ekosistem, proses-proses evolusioner; 5 pendidikan dan penelitian; 6 manfaat-manfaat
konsumtif; 7 manfaat-manfaat nonkonsumtif, yang meliputi estetika, spiritual, kulturalsejarah, nilai keberadaan; dan 8 nilai masa depan, yang meliputi nilai
guna pilihan.
2.3.3. Pengelolaan Kawasan Konservasi
MacKinnon et al. 1993 menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya hayati di kawasan alami yang dilindungi kawasan konservasi meliputi seluruh
proses yang berjalan dalam ekosistem. Ini memerlukan pemahaman prinsip- prinsip ekologi, suatu apresiasi terhadap proses ekologi yang berjalan dalam
kawasan yang dilindungi, dan penerimaan konsep bahwa pengelolaan kawasan yang dilindungi merupakan suatu bentuk khusus dari penggunaan tanah.
Pengelolaan yang diperlukan akan ditentukan oleh tujuan yang ditetapkan bagi kawasan tertentu. Dalam banyak hal, suatu pengelolaan yang aktif diperlukan
untuk mencapai atau memelihara tujuan tersebut. Didasarkan pada beragamnya fungsi kawasan dengan kekhasan dan
keunikannya masing-masing dan total cakupan areal yang relatif luas, dalam mengelola kawasan konservasi diperlukan adanya suatu pola pengelolaan yang
jelas, bersifat komprehensif, dan dapat mengakomodasi setiap kemungkinan pengembangannya. Pola pengelolaan ini diperlukan, baik oleh pengelola
maupun pihak lain yang berminat mengembangkan segala aspek yang terkandung dalam kawasan konservasi Ditjen PHPA, Dephut, 1996.
Dephut 2004b menyatakan bahwa dalam perkembangannya telah terjadi pergeseran cara pandang paradigm shift pada bidang pengelolaan kawasan
yang dilindungi kawasan konservasi, antara lain: • Perubahan paradigma terhadap fungsi kawasan yang dilindungi di berbagai
negara, dari yang semula semata-mata kawasan perlindungan keanekaragaman hayati menjadi kawasan perlindungan keanekaragaman
hayati yang memiliki fungsi sosial ekonomi jangka panjang untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan.
• Beban pembiayaan pengelolaan yang semula ditanggung pemerintah menjadi beban bersama pemerintah dan penerima manfaat beneficiary pays
principle. Penentuan kebijakan dari top-down menjadi bottom-up participatory.
• Pengelolaan berbasis pemerintah state-based management menjadi pengelolaan berbasis multi-pihak multi-stakeholder based management
collaborative management atau berbasis masyarakat lokal local community- based.
• Pelayanan pemerintah
dari birokratis-normatif menjadi profesional-responsif-
fleksibel-netral. Tata pemerintahan dari sentralistis menjadi desentralistis serta peran pemerintah dari provider menjadi enabler dan facilitator.
2.3.4. Taman Nasional