Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP

kawasan hutan konservasi harus sesuaitidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidahprinsip-prinsip konservasi, termasuk dalam pelaksanaan kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi. Urutan prioritas berikutnya adalah tebang pilih restorasi buatan. Alternatif kegiatantindakan restorasi tersebut pada umumnya dilakukan terhadap kawasan hutan miskin jenis terutama yang terdiri dari jenis-jenis tumbuhan eksotik. Urutan prioritas terakhir adalah tebang habis skala besar restorasi buatan. Alternatif kegiatantindakan restorasi tersebut memiliki prioritas terendah dikarenakan beresiko besar dalam kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi dan berpotensi menimbulkan preseden buruk bagi kondisi lingkungan di sekitarnya. Berkaitan dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi, alternatif kegiatantindakan restorasi yang melibatkan masyarakat lebih mendapatkan prioritas apabila dibandingkan dengan alternatif kegiatantindakan restorasi yang tidak melibatkan masyarakat. Hal tersebut dapat dimengerti karena keberhasilan suatu kegiatan di kawasan hutan konservasi sangat tergantung dari dukungan dan partisipasi aktif masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan hutan konservasi tersebut, termasuk juga kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi pada kawasan hutan TNGGP.

4.2.6.1. Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa masyarakat sekitar di kedua desa yang menjadi lokasi sampel penelitian, yaitu Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar pada umumnya telah mengetahui tentang beralih fungsinya kawasan hutan eks Perum Perhutani menjadi bagian dari kawasan TNGGP kawasan perluasan TNGGP Tabel 21. Tabel 21 Pengetahuan beralih fungsinya kawasan hutan eks Perum Perhutani menjadi bagian dari kawasan TNGGP kawasan perluasan TNGGP Jawaban Desa Total Ciputri Cihanyawar Jumlah Jumlah Jumlah Tahu 27 90,00 30 100,00 57 95,00 Tidak Tahu 3 10,00 0,00 3 5,00 Informasi tentang telah beralih fungsinya kawasan hutan eks Perum Perhutani menjadi bagian dari kawasan TNGGP pada umumnya diperoleh masyarakat sekitar dari petugas Balai Besar TNGGP ataupun petugas Perum Perhutani dan dari media massa. Namun demikian, pengetahuan masyarakat tentang telah terjadinya alih fungsi kawasan hutan tersebut tidak serta merta menghentikan aktivitas yang biasa masyarakat sekitar lakukan di kawasan hutan tersebut. Kondisi demikian dikarenakan masyarakat sekitar masih memiliki ketergantungan terhadap keberadaan kawasan hutan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sebagian besar masyarakat sekitar yang biasa menggarap kawasan hutan tersebut hingga saat ini masih belum memiliki matapencaharian lain sebagai pengganti matapencaharian yang biasa mereka lakukan di kawasan hutan tersebut. Berkaitan dengan kondisi kawasan TNGGP, terutama di kawasan perluasan TNGGP apabila dibandingkan kondisinya pada saat 8 tahun yang lalu ketika kawasan tersebut baru beralih fungsi dari kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan konservasi, masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar menyatakan bahwa kondisinya lebih baik saat ini, yaitu masing-masing sebanyak 76,67 dan 63,33; kondisinya sama saja, yaitu masing-masing sebanyak 6,67 dan 20; dan kondisinya lebih buruk saat ini, yaitu masing-masing sebanyak 16,67 dan 16,67 Gambar 42. Gambar 42 Histogram perbandingan kondisi kawasan TNGGP, terutama di kawasan perluasan TNGGP, 8 tahun yang lalu Masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang berpendapat bahwa kondisi kawasan hutan TNGGP, terutama kawasan perluasan TNGGP lebih baik kondisinya saat ini memiliki alasan bahwa kondisi tersebut dapat tercapai karena adanya program penanaman pohon yang dilakukan oleh pihak Balai Besar TNGGP masing-masing sebanyak 76,67 dan 46,67 dan hutan terlihat lebih hijau masing-masing sebanyak 0 dan 16,67. Masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang berpendapat bahwa kondisi kawasan hutan TNGGP, terutama kawasan perluasan TNGGP sama saja kondisinya memiliki alasan bahwa hingga saat ini kondisi di kawasan hutan tersebut belum terlihat adanya perubahan masing-masing sebanyak 13,33 dan 26,67. Sedangkan masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang berpendapat bahwa kondisi kawasan TNGGP, terutama kawasan perluasan TNGGP lebih buruk kondisinya saat ini memiliki alasan bahwa kondisi tersebut dapat terjadi karena banyak tanaman yang rusak masing-masing sebanyak 10,00 dan 6,67 dan kawasan hutan tersebut lebih terbuka masing-masing sebanyak 0 dan 3,33 Tabel 22. Tabel 22 Alasan perbandingan kondisi hutan TNGGP 8 tahun yang lalu Jawaban Desa Total Ciputri Cihanyawar Jumlah Jumlah Jumlah Adanya program penanaman 23 76,67 14 46,67 37 61,67 Belum terlihat perubahan 4 13,33 8 26,67 12 20,00 Hutan lebih hijau 0,00 5 16,67 5 8,33 Banyak tanaman yang rusak 3 10,00 2 6,67 5 8,33 Kawasan lebih terbuka 0,00 1 3,33 1 1,67 Masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar sebagian besar berpendapat bahwa kegiatan restorasi pemulihan kawasan hutan TNGGP dapat bermanfaat untuk memperbaiki kondisi hutan masing- masing sebanyak 86,67 dan 56,67, menjaga ketersediaan air bersih masing-masing sebanyak 76,67 dan 70, dan mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor masing-masing sebanyak 60 dan 30 Tabel 23. Tabel 23 Manfaat restorasi pemulihan kawasan hutan TNGGP Jawaban Desa Ciputri Desa Cihanyawar Total Jumlah Jumlah Jumlah Menjaga ketersediaan air bersih 23 76,67 21 70,00 44 73,33 Memperbaiki kondisi hutan 26 86,67 17 56,67 43 71,67 Mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor 18 60,00 9 30,00 27 45,00 Menyediakan udara yang bersih dan lingkungan yang asri 5 16,67 3 10,00 8 13,33 Mencegah terjadinya banjir 4 13,33 2 6,67 6 10,00 Manfaat lainnya 2 6,67 2 6,67 4 6,67 Tidak ada manfaat 1 3,33 0 0,00 1 1,67 Adapun karakteristik pohon yang cocok dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP menurut pendapat sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar adalah jenis pohon yang cepat tumbuh masing-masing sebanyak 73,33 dan 66,67, jenis pohon yang mampu beradaptasi masing-masing sebanyak 46,67 dan 63,33, dan jenis pohon aslilokal masing-masing sebanyak 36,67 dan 20 Tabel 24. Tabel 24 Karakteristik pohon yang cocok dalam kegiatan restorasi Jawaban Desa Ciputri Desa Cihanyawar Total Jumlah Jumlah Jumlah Jenis pohon yang cepat tumbuh 22 73,33 20 66,67 42 70,00 Jenis pohon yang mampu beradaptasi 14 46,67 19 63,33 33 55,00 Jenis pohon aslilokal 11 36,67 6 20,00 17 28,33 Jenis pohon yang membutuhkan sedikit nutrisi 2 6,67 3 10,00 5 8,33 Jenis pohon yang mudah diperbanyak dan dipelihara 1 3,33 4 13,33 5 8,33 Jenis pohon yang membutuhkan biaya rendah dalam penanaman dan pemeliharaan 0 0,00 1 3,33 1 1,67 Selain itu, masyarakat di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang menjadi responden juga berpendapat bahwa agar kegiatan restorasi kawasan TNGGP dapat berjalan baik dan lancar, maka diperlukan adanya aturan-aturan yang mengatur mengenai pemilihan jenis tumbuhan, penanaman pola tanam, pemeliharaan, penentuan lokasi restorasi, pemberdayaan masyarakat, serta pembagian hak dan tanggung jawab para pihak yang terlibat kegiatan restorasi kawasan TNGGP. 4.2.6.2. Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP Hasil penelitian Tabel 25 menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang menjadi responden, masing-masing sebanyak 80 dan 83,33 pernah ikut serta dalam kegiatan restorasi pemulihan kawasan hutan TNGGP. Tabel 25 Keikutsertaan dalam upaya restorasi pemulihan kawasan TNGGP Jawaban Desa Total Ciputri Cihanyawar Jumlah Jumlah Jumlah Ya 24 80,00 25 83,33 49 81,67 Tidak 6 20,00 5 16,67 11 18,33 Bentuk-bentuk kegiatan yang pernah diikutidilakukan dalam rangka restorasi pemulihan kawasan hutan TNGGP oleh masyarakat Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar pada umumnya adalah kegiatan adopsi pohon masing-masing sebanyak 76,67 dan 66,67 dan kegiatan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan Gerhan masing-masing sebanyak 3,33 dan 30. Kegiatan adopsi pohon merupakan kegiatan yang disponsoridiselenggarakan oleh Balai Besar TNGGP, CI-Indonesia Program, dan Green Radio. Sedangkan kegiatan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan Gerhan disponsoridiselenggarakan oleh Balai Besar TNGGP dan BPDAS. Jenis-jenis tumbuhan yang ditanam melalui kegiatan ini adalah rasamala, puspa, saninten, pasang, jamuju, huru, suren, manglid, dan ki sireum. Hasil penelitian Tabel 26 menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar pada umumnya menginginkan agar sistem pengelolaan dalam kegiatan restorasi kawasan TNGGP dilaksanakan secara bersamakolaborasi antara pihak Balai Besar TNGGP dengan masyarakat sekitar, yaitu masing-masing sebesar 90 dan 86,67. Tabel 26 Sistem pengelolaan dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP Jawaban Desa Ciputri Desa Cihanyawar Total Jumlah Jumlah Jumlah Dilaksanakan secara bersamakolaborasi antara pihak Balai Besar TNGGP dan masyarakat 27 90,00 26 86,67 53 88,33 Dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat 0 0,00 3 10,00 3 5,00 Tidak menjawabtidak tahu 3 10,00 0,00 3 5,00 Dilaksanakan sepenuhnya oleh Balai Besar TNGGP 0 0,00 1 3,33 1 1,67 Adanya keinginan masyarakat sekitar agar sistem pengelolaan dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP dilaksanakan secara bersama kolaborasi antara pihak Balai Besar TNGGP dengan masyarakat sekitar menunjukkan bahwa telah terdapat kesadaran masyarakat sekitar untuk turut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP. Terdapatnya partisipasi masyarakat sekitar dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP sangat penting dalam menjamin keberhasilan kegiatan restorasi di kawasan hutan tersebut. ITTO 2002 dan Kobayashi 2004 menyatakan bahwa keberhasilan kegiatan restorasi ekologi dan rehabilitasi hutan yang terdegradasi hanya akan tercapai apabila masyarakat lokal berperan serta dalam kegiatan tersebut dan masyarakat pengguna hutan memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek, serta manfaat lain di masa datang. Keberhasilan restorasi menurut Walters 1997 antara lain ditandai dengan indikator sebagai berikut: 6 Restorasi dipandang oleh masyarakat lokal dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka. 7 Restorasi disusun sesuai dengan pola pemanfaatan sumberdaya dan lahan oleh masyarakat. 8 Pengetahuan lokal dan keahlian yang terkait dengan restorasi berhasil didokumentasikan oleh proyek. 9 Kelompok masyarakatorganisasi lokal secara efektif dimobilisasi untuk mendukung dan mengimplementasikan kegiatan restorasi. 10 Kebijakan yang terkait dan faktor politik mendukung upaya restorasi. Berkaitan dengan kegiatan perekonomian ataupun pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar berkeinginan jika memungkinkan dalam kegiatan restorasi ataupun penanaman pohon di kawasan hutan TNGGP masih diperbolehkan menanam tanaman semusim di sela-sela pohon tersebut dengan jenis sayur-mayur maupun jenis palawija. Keinginan masyarakat tersebut dapat dimengerti karena sebelumnya masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar tersebut memanfaatkan lahan di kawasan hutan TNGGP yang merupakan eks hutan produksi Perum Perhutani melalui pola tumpang sari, yaitu masing-masing sebanyak 90 dan 66,67 responden. Hasil penelitian Tabel 27 menunjukkan bahwa masyarakat yang menjadi responden di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar sebenarnya mau meninggalkan lahan garapannya atau tidak memanfaatkan sumberdaya alam di kawasan hutan TNGGP yang biasa digarapnyadimanfaatkannya asalkan diberikan kompensasi untuk menggantikanmengalihkan matapencahariannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, yaitu berupa: diberikannya ganti rugi berupa uang masing-masing sebanyak 3,33 dan 0, disediakannya matapencaharian baru masing-masing sebanyak 0 dan 20, diberikannya lahan garapan baru di luar kawasan hutan TNGGP masing-masing sebanyak 63,33 dan 30, diberikannya bantuan modal usaha masing-masing sebanyak 3,33 dan 13,33, diberikannya bantuan sarana produksi pertanian peralatan, pupuk, bibit, pemasaran, dan bimbingan teknis pertanian masing-masing sebanyak 26,67 dan 26,67, dan kompensasi lainnya yang diberikan pemerintah masing-masing 20 dan 20. Melalui kegiatan restorasi kawasan TNGGP ini, masyarakat di Desa Ciputri dan Desa Cihanyawar yang menjadi responden berharap agar kawasan hutan TNGGP kembali hijau masing-masing sebanyak 90 dan 76,67, masyarakat menjadi sejahtera masing-masing sebanyak 60 dan 56,67, dan air bersih tetap berlimpah masing-masing sebanyak 23,33 dan 20. Tabel 27 Kompensasi untuk tidak menggarapmemanfaatkan SDA di kawasan hutan TNGGP Jawaban Desa Total Ciputri Cihanyawar Jumlah Jumlah Jumlah Diberikan lahan garapan baru di luar kawasan TNGGP 19 63,33 9 30,00 28 46,67 Diberikan bantuan sarana produksi pertanian peralatan, pupuk, bibit, pemasaran dan bimbingan teknis pertanian 8 26,67 8 26,67 16 26,67 Kompensasi lainnya 6 20,00 6 20,00 12 20,00 Disediakan matapencaharian baru 0,00 6 20,00 6 10,00 Diberikan bantuan modal usaha 1 3,33 4 13,33 5 8,33 Diberikan ganti rugi berupa uang 1 3,33 0,00 1 1,67

4.2.7. Rekomendasi Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP