cenderung rendah di bagian terdalamtengah kawasan hutan dan cenderung tinggi di bagian terluartepi kawasan hutan.
Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi penutupan lahan di bagian terdalamtengah kawasan TNGGP cenderung lebih baik apabila dibandingkan
dengan kondisi penutupan lahan di bagian terluartepi kawasan TNGGP. Pada bagian terluartepi kawasan TNGGP, terutama pada kawasan perluasan TNGGP
eks kawasan hutan produksi Perum Perhutani, pada umumnya banyak mengalami gangguan sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitar
yang memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekitarnya.
Gambar 26 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria penutupan lahan di kawasan TNGGP
4.2.3.2. Kondisi Kriteria Lainnya di Kawasan TNGGP
Selain kriteria berupa penutupan lahan, terdapat 9 sembilan kriteria lainnya dalam menentukan lokasibagian kawasan TNGGP yang perlu segera
direstorasi, yaitu: kekayaan jenis tumbuhan, sebaran satwaliar langka atau dilindungi, lereng slope, elevasiketinggian, jenis tanah, intensitas hujan, luas
kerusakan kawasan hutan konservasi, kepadatan penduduk di desa-desa sekitar
kawasan hutan konservasi, dan luas pemilikanpenguasaan lahan rata-rata masyarakat di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pemberian skala intensitas sesuai kondisi variabel penilaian pada 9 sembilan kriteria tersebut,
maka dapat diketahui bahwa peta skala intensitas variabel penilaian pada 9 sembilan kriteria tersebut dalam menentukan lokasibagian kawasan TNGGP
yang perlu segera direstorasi adalah sebagai berikut: 1. Kekayaan jenis tumbuhan
Hasil penelitian Gambar 27 menunjukkan bahwa kawasan hutan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria
kekayaan jenis tumbuhan yang cenderung rendah di bagian terdalamtengah kawasan hutan dan cenderung tinggi di bagian terluartepi kawasan hutan.
Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi kekayaan jenis tumbuhan di bagian terdalamtengah kawasan hutan TNGGP cenderung lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan kekayaan jenis tumbuhan di bagian terluartepi kawasan hutan TNGGP. Secara umum, pada bagian terluartepi kawasan
hutan TNGGP kekayaan jenis tumbuhannya lebih rendah dikarenakan kawasan tersebut sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi eks
Perum Perhutani yang memiliki jenis-jenis tumbuhan yang sedikit. 2. Sebaran satwaliar langka atau dilindungi
Hasil penelitian Gambar 28 menunjukkan bahwa kawasan hutan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria
sebaran satwaliar langka atau dilindungi yang cenderung rendah di bagian terdalamtengah kawasan hutan, kecuali di bagian puncak gunung skala
intensitas variabel penilaiannya cenderung tinggi. Sedangkan skala intensitas variabel penilaian pada kriteria sebaran satwaliar langka atau
dilindungi di bagian terluartepi kawasan hutan TNGGP cenderung tinggi. Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi sebaran satwaliar langka atau
dilindungi di bagian terdalamtengah kawasan hutan TNGGP, kecuali di bagian puncak gunung, cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
sebaran satwaliar langka atau dilindungi di bagian terluartepi kawasan hutan TNGGP.
Gambar 27 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria kekayaan jenis tumbuhan di kawasan TNGGP
Gambar 28 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria sebaran satwaliar langka atau dilindungi di kawasan TNGGP
3. Lereng slope
Hasil penelitian Gambar 29 menunjukkan bahwa kawasan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria lereng
slope yang cenderung tinggi di semua bagian kawasan hutan dan hanya sedikit bagian kawasan hutan yang memiliki skala intensitas variabel
penilaian pada kriteria lereng slope yang rendah, yaitu pada umumnya terdapat di bagian terluartepi kawasan hutan. Hal tersebut memberikan arti
bahwa kondisi lereng slope di semua bagian kawasan hutan TNGGP cenderung memiliki lereng yang curam dan hanya sedikit saja bagian
kawasan hutan TNGGP yang memiliki lereng yang landai, yaitu pada umumnya terdapat di bagian terluartepi kawasan hutan.
Gambar 29 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria lereng slope di kawasan TNGGP
4. Elevasiketinggian Hasil penelitian Gambar 30 menunjukkan bahwa kawasan hutan TNGGP
pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria elevasi ketinggian yang cenderung tinggi di bagian utara dan timur kawasan
hutan yang mendekati puncak gunung dan cenderung rendah di bagian barat
dan selatan kawasan hutan yang menjauhi puncak gunung. Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi elevasiketinggian di bagian utara dan timur
kawasan hutan TNGGP cenderung memiliki elevasiketinggian yang tinggi dan kondisi elevasiketinggian di bagian barat dan selatan kawasan hutan
TNGGP cenderung memiliki elevasiketinggian yang rendah.
Gambar 30 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria elevasi ketinggian di kawasan TNGGP
5. Jenis tanah
Hasil penelitian Gambar 31 menunjukkan bahwa kawasan hutan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria jenis
tanah yang cenderung tinggi di bagian timur kawasan hutan, terutama yang mendekati puncak gunung dan cenderung rendah di bagian barat kawasan
hutan. Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi jenis tanah di bagian timur kawasan hutan TNGGP, terutama yang mendekati puncak gunung
cenderung memiliki jenis tanah yang peka dan jenis tanah di bagian barat kawasan hutan TNGGP cenderung memiliki jenis tanah yang kurang peka.
Gambar 31 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria jenis tanah di kawasan TNGGP
6. Intensitas hujan
Hasil penelitian Gambar 32 menunjukkan bahwa kawasan hutan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria
intensitas hujan yang cenderung tinggi di bagian timur dan selatan kawasan hutan dan cenderung rendah di bagian utara kawasan hutan. Hal tersebut
memberikan arti bahwa kondisi intensitas hujan di bagian timur dan selatan kawasan hutan TNGGP cenderung memiliki intensitas hujan yang tinggi dan
intensitas hujan di bagian utara kawasan hutan TNGGP cenderung memiliki intensitas hujan yang lebih rendah.
7. Luas kerusakan kawasan hutan konservasi Hasil penelitian Gambar 33 menunjukkan bahwa kawasan TNGGP pada
umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria luas kerusakan kawasan hutan konservasi yang cenderung tinggi di bagian
terluartepi kawasan hutan dan cenderung rendah di bagian terdalamtengah kawasan hutan. Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi luas kerusakan
kawasan hutan konservasi di bagian terluartepi kawasan TNGGP cenderung
memiliki luas kerusakan kawasan hutan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan kondisi luas kerusakan kawasan hutan di bagian
terdalamtengah kawasan TNGGP.
Gambar 32 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria intensitas hujan di kawasan TNGGP
8. Kepadatan penduduk di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi Hasil penelitian Gambar 34 menunjukkan bahwa kawasan TNGGP pada
umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria kepadatan penduduk di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi yang cenderung
tinggi di bagian utara, timur, dan selatan kawasan hutan wilayah Bogor dan Cianjur dan cenderung lebih rendah di bagian barat kawasan hutan wilayah
Sukabumi. Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi kepadatan penduduk di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi di bagian utara,
timur, dan selatan kawasan TNGGP wilayah Bogor dan Cianjur cenderung memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
kondisi kepadatan penduduk di bagian barat kawasan TNGGP wilayah Sukabumi.
Gambar 33 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria luas kerusakan hutan di kawasan TNGGP
Gambar 34 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria kepadatan penduduk di desa-desa sekitar kawasan TNGGP
9. Luas pemilikanpenguasaan lahan rata-rata masyarakat di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi
Hasil penelitian Gambar 35 menunjukkan bahwa kawasan TNGGP pada umumnya memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria luas
pemilikanpenguasaan lahan rata-rata masyarakat di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi yang cenderung tinggi di bagian utara, timur, dan
selatan kawasan hutan wilayah Bogor dan Cianjur dan cenderung lebih rendah di bagian barat kawasan hutan wilayah Sukabumi. Hal tersebut
memberikan arti bahwa kondisi luas pemilikanpenguasaan lahan rata-rata masyarakat di desa-desa sekitar kawasan hutan konservasi di bagian utara,
timur, dan selatan kawasan hutan TNGGP wilayah Bogor dan Cianjur cenderung memiliki luas pemilikanpenguasaan lahan rata-rata yang lebih
kecil apabila dibandingkan dengan kondisi luas pemilikanpenguasaan lahan rata-rata di bagian barat kawasan hutan TNGGP wilayah Sukabumi.
Gambar 35 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria luas pemilikan penguasaan lahan rata-rata masyarakat di desa-desa sekitar
kawasan TNGGP
4.2.3.3. LokasiBagian TNGGP yang Perlu Segera Direstorasi