Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk melihat konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Index CI dan Consistency Ratio CR
dengan formula sebagai berikut:
1 max
- -
= n
n CI
l
dimana: CI = Consistency Index
l
max
= eigen value maksimum n = jumlah aktivitas atau pilihan
RI CI
CR =
dimana: CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
RI = Random Index Indeks acak Random Index untuk matriks ordo 1 sampai dengan 15
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Indeks acak Random Index
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
14 15
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Pada umumnya, untuk jumlah perbandingan berjumlah sembilan elemen atau kurang, maka penilaian dianggap konsisten apabila Consistency Ratio
CR ≤ 0,1 Purnomo, 2005; Marimin, 2005. Kegiatan analisis data dalam
AHP dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice 2000.
3.4.6.1. Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP
a. Metode Pengumpulan Data:
Untuk memperoleh data persepsi masyarakat sekitar terhadap kegiatan restorasi kawasan TNGGP dilakukan melalui wawancara interview dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan TNGGP yang tinggal di dua desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu masyarakat yang tinggal di Desa
Ciputri dan Desa Cihanyawar. Data persepsi yang dikumpulkan meliputi: pengetahuan terhadap kawasan perluasan TNGGP, manfaat kegiatan
restorasi, pemilihan jenis tumbuhan dalam kegiatan restorasi, dan aturan- aturan yang diperlukan dalam kegiatan restorasi Lampiran 22.
b. Metode Analisis Data:
Data yang diperoleh dari hasil wawancara interview dengan menggunakan kuesioner berupa persepsi masyarakat sekitar yang menjadi responden
terhadap kegiatan restorasi kawasan TNGGP ditabulasikan dan dijelaskan secara deskriptif.
3.4.6.2. Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Kegiatan Restorasi Kawasan TNGGP
a. Metode Pengumpulan Data:
Metode pengumpulan data yang digunakan sama seperti metode pengumpulan data pada subbab 3.4.6.1. Data partisipasi yang dikumpulkan
meliputi: keikutsertaan yang pernah dilakukan dalam kegiatan restorasi, sponsorpenyelenggara kegiatan restorasi, sistem pengelolaan dalam kegiatan
restorasi yang diinginkan, dan harapan yang diinginkan dari kegiatan restorasi.
b. Metode Analisis Data:
Metode analisis data yang digunakan sama seperti metode analisis data pada subbab 3.4.6.1.
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan UU RI No. 41 Tahun 1999, Pasal 1.
2 Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
UU RI No. 41 Tahun 1999, Pasal 1. 3 Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya UU RI No. 41 Tahun 1999, Pasal 1.
4 Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah UU RI No. 41 Tahun 1999, Pasal 1.
5 Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan UU RI No. 41 Tahun 1999, Pasal 1.
6 Kawasan konservasi adalah suatu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan
pelestarian alam taman nasional, taman wisata alam, dan taman hutan raya, dan taman buru.
7 Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan Keppres RI No. 32 Tahun 1990,
Pasal 1. 8 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi PP RI No. 28 Tahun 2011, Pasal 1 9 Keanekaragaman hayati adalah keseluruhan genus, spesies, dan ekosistem
di dalam suatu wilayah WRI – IUCN – UNEP, 1995. 10 Ekosistem sumberdaya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik
antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nirhayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi UU RI No. 5 Tahun 1990, Pasal 1.
11 Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami UU RI No. 5 Tahun 1990, Pasal 1.
12 Satwaliar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia UU RI No. 5 Tahun 1990, Pasal 1. 13
Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya UU RI No. 5 Tahun
1990, Pasal 1. 14
Tumbuh-tumbuhan adalah makhluk yang mempunyai kemampuan menangkap, mengikat, dan mengubah energi sinar matahari menjadi energi
bentuk lain yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri dan makhluk lainnya Fachrul, 2007.
15 Flora adalah kumpulan jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah Fachrul, 2007.
16 Vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai
populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam satu wilayah atau ekosistem serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu Fachrul, 2007.
17 Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan Soerianegara
dan Indrawan, 1998. 18 Komposisi jenis tumbuhan adalah daftar floristik dari jenis tumbuhan yang
ada dalam suatu komunitas Fachrul, 2007. 19
Struktur ekosistem hutan adalah hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi
yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk, serta kesinambungan jenis Fachrul, 2007.
20 Kerapatan adalah banyaknya individu tumbuhan yang dinyatakan per satuan luas Fachrul, 2007.
21 Frekuensi adalah parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola
distribusi tumbuhan Fachrul, 2007. 22 Dominansi adalah parameter vegetasi yang dapat menunjukkan suatu jenis
tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran, maupun
pertumbuhannya yang dominan Fachrul, 2007. 23
Indeks Nilai Penting INP atau Important Value Index adalah indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis
tumbuhan dalam ekosistemnya Fachrul, 2007. 24 Indeks keanekaragaman index of diversity adalah parameter vegetasi yang
berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik
terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas komunitas Fachrul, 2007.
25 Spesies fokal adalah spesies yang mendorong dibentuknya kawasan yang dilindungi Indrawan et al., 2007.
26 Spesies indikator adalah spesies yang berkaitan erat dengan komunitas hayati yang rentan maupun proses ekosistem yang unik Indrawan et al.,
2007.
27 Spesies payung umbrella species adalah spesies yang mempengaruhi keberadaan spesies lainnya Indrawan et al., 2007.
28 Spesies eksotik exotic species adalah spesies yang terdapat di luar distribusi alaminya Indrawan et al., 2007.
29 Spesies anthropogenik anthropogenic species adalah spesies yang
penyebarannya dibawadibantu oleh manusia. 30
Metode penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian Eriyatno et al., 2007.
31 Goal atau tujuan adalah keinginan yang paling abstrak dari suatu pengelolaan, umumnya dinyatakan sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai
oleh pengelolaan dalam jangka waktu yang tak terbatas Setyadi, et al., 2006.
32 Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan
ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra http:id.wikipedia.orgwikiData,
2009. 33 Variabel adalah unit relasional dari analisis yang bisa memikul salah satu
kumpulan nilai yang ditunjuk Black et al., 1992. 34 Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu
tujuan tertentu Eriyatno et al., 2007. 35 Teknik adalah cara yang spesifik dalam menyelesaikan masalah tertentu
yang ditemui dalam melaksanakan prosedur Eriyatno et al., 2007. 36 Analytical Hierarchy Process AHP adalah metode yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan suatu masalah disederhanakan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dalam
pengambilan keputusan yang efektif atas masalah tersebut Marimin, 2005. 37 Prinsip adalah landasan kebenaran atau hukum sebagai dasar pemikiran
atau tindakan Purnomo, 2005. 38 Kriteria adalah standar untuk penilaian sesuatu Purnomo, 2005.
39 Indikator adalah parameter kualitatif dan atau kuantitatif yang dapat diukur dalam kaitannya dengan kriteria. Indikator merupakan komponen khusus
dari suatu kriteria yang dapat diukur dan diuji keabsahannya, dimana melalui indikator dapat diketahui, apakah suatu unit manajemen telah mencapai atau
tidak kriteria-kriteria pengelolaan Setyadi, et al., 2006.
40 Parameter adalah datum hasil pengukuran atribut Purnomo, 2005. 41 Tegakan pohon eksotik adalah hutan yang didominasi oleh pohon-pohon
jenis eksotik pinus, damar. 42 Tegakan pohon asli adalah hutan yang didominasi oleh pohon-pohon jenis
asli rasamala, puspa, saninten, pasang, manglid, huru 43
Restorasi Alami adalah kondisi hutan yang dibiarkan tanpa ada tindakanpengelolaan hingga tercapai suksesi secara alami
44 Restorasi Buatan adalah kondisi hutan yang dipulihkan melalui penanaman pohon jenis asli native species
45 Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem berbasis komputer yang terdiri atas perangkat keras komputer hardware, perangkat lunak software,
data geografis, dan sumberdaya manusia brainware yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, menganalisis, dan menampilkan
informasi yang bereferensi geografis Laboratorium Fisik Remote Sensing dan SIG, 2008.
46 Penutupan lahan adalah istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi Lillesand et al., 1990.
47 Layer adalah satu set logis dari data tematik yang biasanya diorganisir dengan subyek Laboratorium Fisik Remote Sensing dan SIG, 2008.
48 Coverage adalah layer peta yang diperoleh dari hasil dijitasi atau otomatisasi. Coverage ini didefinisikan juga sebagai sekumpulan data dijital yang mewakili
satu tema tertentu pada suatu peta. Misalnya coverage sungai, jalan, topografi, penutupan lahan, dan sebagainya baik yang berupa poligon, titik,
maupun garis atau kombinasinya Laboratorium Fisik Remote Sensing dan SIG, 2008.
49 Clip adalah ekstraksi spasial dari feature dari suatu coverage yang berada dalam batas poligon clip Laboratorium Fisik Remote Sensing dan SIG,
2008. 50
Overlay spasial adalah operasi menggabungkan feature dari dua layercoverage ke dalam layer baru serta menggabungkan secara relasional
tabel atribut feature-nya Laboratorium Fisik Remote Sensing dan SIG, 2008. 51 Klasifikasi tidak terbimbing unsupervised classification adalah klasifikasi
yang proses pembentukan kelas-kelasnya sebagian besar dikerjakan oleh komputer Jaya, 2007.
52 Klasifikasi terbimbing supervised classification adalah klasifikasi yang
dilakukan dengan arahan analisis supervised. Kriteria pengelompokkan kelas ditetapkan berdasarkan penciri kelas class signature yang diperoleh
analis melalui pembuatan training area Jaya, 2007. 53 Klasifikasi berbasis obyek object oriented clasification adalah klasifikasi
yang dilakukan melalui pendekatan analisis citra yang mengkombinasikan informasi spektral dan informasi spasial. Pendekatan ini menggolongkan
piksel menjadi obyek sesuai dengan sifat citra dan mengklasifikasikan citra dengan memperlakukan setiap citra sebagai satu kesatuan Suryadi, 2009.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembangunan Model 4.1.1. Perumusan Kriteria Kawasan Hutan Konservasi yang Perlu Segera
Direstorasi Rumusan kriteria kawasan hutan konservasi yang perlu segera direstorasi
meliputi 2 dua aspek yang dipertimbangkan, yaitu: aspek tingkat kepentingan importance suatu kawasan hutan konservasi dan aspek tingkat kemendesakan
urgency suatu kawasan hutan konservasi untuk direstorasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 7 tujuh kriteria hipotetik kawasan hutan
konservasi yang perlu segera direstorasi berdasarkan aspek tingkat kepentingan diperoleh 17 kriteria dari rekapitulasi kriteria hasil wawancara pakar yang
selanjutnya dirumuskan menjadi 8 delapan kriteria Lampiran 5. Adapun berdasarkan hasil pembobotan terhadap 8 delapan kriteria
tersebut oleh pengambil kebijakan dapat diketahui bahwa bobot kriteria untuk menentukan prioritas kawasan hutan konservasi yang perlu segera direstorasi
berdasarkan aspek tingkat kepentingan importance suatu kawasan hutan konservasi Gambar 10 terdiri atas: keberadaan jenis langka dan dilindungi
bobot: 0,310, keanekaragaman tipe ekosistem bobot: 0,181, potensi keanekaragaman jenis bobot: 0,142, ekosistem penting sebagai penyedia air
dan pengendalian banjir bobot: 0,127, pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari oleh stakeholders bobot: 0,122, lansekap atau ciri geofisik sebagai obyek
wisata alam bobot: 0,050, tempat peninggalan budaya bobot: 0,035, dan logistik bagi penelitian dan pendidikan bobot: 0,033.
Gambar 10 Bobot kriteria dalam menentukan proritas kawasan hutan konservasi yang perlu segera direstorasi berdasarkan aspek
tingkat kepentingan suatu kawasan hutan konservasi