Upaya Restorasi Pemulihan Kondisi Hutan di Kawasan TNGGP

kondisi hutan di suatu kawasan hutan konservasi. Dalam kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi, tidak hanya kondisi hutannya saja yang perlu dipulihkan seperti kondisi semula kondisi awal yang diketahui, melainkan juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan hutan konservasi tersebut. Oleh karena itu, agar kegiatan restorasi kawasan TNGGP dapat berhasil, maka kegiatan restorasi kawasan hutan tersebut perlu meliputi 2 hal berikut ini: 1 restorasi pemulihan kondisi hutan di kawasan TNGGP, 2 pemberdayaan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNGGP.

4.2.7.1. Upaya Restorasi Pemulihan Kondisi Hutan di Kawasan TNGGP

Upaya restorasi pemulihan kondisi hutan di kawasan TNGGP perlu dilakukan sesuai dengan prioritas lokasi restorasi kawasan TNGGP agar kegiatan restorasi dapat lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prioritas lokasi restorasi kawasan TNGGP yang mendapatkan prioritas tinggi pada umumnya terletak di bagian terluartepi kawasan TNGGP yang merupakan eks hutan produksi Perum Perhutani. Upaya restorasi kawasan TNGGP juga perlu dilakukan dengan memperhatikan tipe vegetasi hutanekosistem dan kondisi vegetasi penyusun tegakan hutan tersebut untuk menentukan jenis kegiatantindakan restorasi hutan yang perlu dilakukan serta menentukan jumlah dan jenis tumbuhan yang digunakan dalam kegiatan restorasi berdasarkan komposisi dan struktur vegetasi pada ekosistem acuan reference ecosystem. Ekosistem acuan yang dapat digunakan dalam rangka restorasi kawasan TNGGP adalah berupa ekosistem hutan alam di kawasan TNGGP yang kondisinya masih alamibelum mengalami gangguan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat 15 jenis tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai tipe vegetasi hutanekosistem sebagai jenis awal, yaitu: Altingia excelsa Noronha rasamala, Buchanania arborescens Bl. ki tanjung, Castanopsis javanica Bl. A.DC. riung anak, Ficus alba Burm.f. hamerang, Ficus ribes Reinw. Ex. Bl. Reinw. Ex Blume walen, Glochidion lucidum mareme, Lithocarpus teysmanii Bl. Rehd pasang kayang, Litsea monopetala Pers.huru manuk, Macropanax dispermum Bl. ki racun, Manglietia glauca Bl manglid, Persea excelsa Bl. Kost. huru leueur, Saurauia blumiana Benn. ki leho, Schima wallichii DC. Korth. puspa, Turpinia obtusa ki bangkong, dan Villebrunea rubescens Bl. Bl. nangsi. Ke- 15 jenis tumbuhan tersebut berpotensi tinggi untuk dapat digunakan dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP dan perlu dikembangkan teknik perbanyakannya. Dalam upaya restorasi kawasan TNGGP ini, kegiatan pemeliharaan dan pengamanan hasil restorasi hutan merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjamin keberhasilan kegiatan restorasi di kawasan TNGGP. Selain itu, pendekatan yang digunakan dalam melihat keberhasilan kegiatan restorasi hutan ini adalah bukan pada jumlah yang berhasil ditanam melainkan jumlah tumbuhan yang berhasil hidup, sehingga apabila terdapat tumbuhan hasil penanaman kegiatan restorasi hutan yang mati, maka tumbuhan yang mati tersebut harus segera disulamditanam ulang.

4.2.7.2. Upaya PemberdayaanPeningkatan Kesejahteraan Masyarakat