rendah prioritas restorasi lokasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan luas pemilikanpenguasaan lahan berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh
dari hasil pengelolaan lahan yang dikuasaidimilikinya tersebut. Masyarakat yang menguasaimemiliki lahan yang sempit cenderung memiliki pendapatan
yang lebih rendah dari kegiatannya mengelola lahan tersebut. Kondisi demikian dapat mengakibatkan masyarakat tersebut harus mencari
tambahan pendapatan melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang terdapat di sekitarnya, dalam hal ini kawasan hutan konservasi. Oleh karena itu,
maka pada lokasi tersebut perlu mendapatkan prioritas yang tinggi untuk dilakukan restorasi hutan. Restorasi kawasan hutan bukan berarti hanya
menanam pohon saja, tetapi juga harus sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Kegiatan restorasi kawasan hutan harus
dilakukan satu paket dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar community development.
4.1.3. Penentuan Acuan Restorasi
Penentuan acuan restorasi dapat didekati melalui kajian komposisi dan struktur jenis vegetasi pada hutan alam yang belum mengalami gangguan di
suatu kawasan hutan tertentu. Komposisi dan struktur vegetasi merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam kegiatan restorasi hutan.
Whitmore dalam Lugo dan Lowe, 1995, lebih jauh mengemukakan bahwa perubahan komposisi dan struktur hutan sangat dipengaruhi oleh adanya
gangguan baik yang bersifat alami maupun antropogenik. Restorasi hutan yang mengalami kerusakan harus dilakukan dengan tujuan utama untuk
mengembalikan komposisi dan struktur vegetasi mendekati kondisi semula sebelum terjadi kerusakan, sehingga ekosistem hutan tersebut dapat kembali
menjalankan fungsinya sebagai kawasan hutan konservasi. Secara lebih praktis, dimensi-dimensi acuan restorasi terdiri atas kekayaan
jenis flora asli dan parameter struktur horizontal vegetasi yang didapat dari ekosistem atau bioregion yang sama dengan ekosistem yang akan direstorasi.
Kekayaan jenis flora asli dapat berupa daftar jumlah jenis species list flora. Adapun parameter struktur horizontal vegetasi dapat berupa sebaran individu
dan kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada. Kelimpahan abundance tumbuhan yang ada dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan nilai kerapatan
density atau berat kering bahan atau bagian tumbuhan yang dihasilkan per satuan luas Fachrul, 2007.
4.1.4. Penentuan Prioritas Jenis Terpilih
Untuk dapat menentukan prioritas jenis terpilih dalam kegiatan restorasi kawasan hutan konservasi dapat dilakukan melalui pendekatan terhadap jenis-
jenis tumbuhan yang termasuk jenis acuan yang mampu hidup dan berkembang pada lokasi-lokasi yang perlu segera direstorasi. Oleh karena itu, maka selain
dilakukan analisis vegetasi pada hutan alam sebagai ekosistemtipe vegetasi hutan acuan restorasi, juga perlu dilakukan analisis vegetasi pada berbagai tipe
vegetasi hutan yang ada pada suatu kawasan hutan konservasi. Hasil dari kegiatan analisis vegetasi pada berbagai tipe vegetasi hutan tersebut dapat
menghasilkan matriks yang berisikan jenis-jenis tumbuhan yang mampu hidup dan berkembang di seluruh lokasi pada suatu kawasan hutan konservasi. Jenis-
jenis ini diharapkan mampu menjadi vegetasi awal dalam kegiatan restorasi pada suatu kawasan hutan konservasi.
4.2. Uji Coba Model 4.2.1. Lokasi Uji Coba Model di TNGGP