jelas, bersifat komprehensif, dan dapat mengakomodasi setiap kemungkinan pengembangannya. Pola pengelolaan ini diperlukan, baik oleh pengelola
maupun pihak lain yang berminat mengembangkan segala aspek yang terkandung dalam kawasan konservasi Ditjen PHPA, Dephut, 1996.
Dephut 2004b menyatakan bahwa dalam perkembangannya telah terjadi pergeseran cara pandang paradigm shift pada bidang pengelolaan kawasan
yang dilindungi kawasan konservasi, antara lain: • Perubahan paradigma terhadap fungsi kawasan yang dilindungi di berbagai
negara, dari yang semula semata-mata kawasan perlindungan keanekaragaman hayati menjadi kawasan perlindungan keanekaragaman
hayati yang memiliki fungsi sosial ekonomi jangka panjang untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan.
• Beban pembiayaan pengelolaan yang semula ditanggung pemerintah menjadi beban bersama pemerintah dan penerima manfaat beneficiary pays
principle. Penentuan kebijakan dari top-down menjadi bottom-up participatory.
• Pengelolaan berbasis pemerintah state-based management menjadi pengelolaan berbasis multi-pihak multi-stakeholder based management
collaborative management atau berbasis masyarakat lokal local community- based.
• Pelayanan pemerintah
dari birokratis-normatif menjadi profesional-responsif-
fleksibel-netral. Tata pemerintahan dari sentralistis menjadi desentralistis serta peran pemerintah dari provider menjadi enabler dan facilitator.
2.3.4. Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 56Menhut-II2006, zonasi dalam kawasan taman nasional terdiri atas:
a. Zona inti
Merupakan bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang
mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.
b. Zona rimba, zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan Merupakan bagian taman nasional yang karena letak, kondisi, dan
potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.
c. Zona pemanfaatan
Merupakan bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan
kondisijasa lingkungan lainnya. d. Zona lain, antara lain:
1 Zona tradisional
Merupakan bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena
kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumberdaya alam. 2 Zona
rehabilitasi Merupakan bagian dari taman nasional yang karena mengalami
kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan.
3 Zona religi, budaya dan sejarah Merupakan bagian dari taman nasional yang di dalamnya terdapat situs
religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
4 Zona khusus Merupakan bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat
dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai
taman nasional, antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan listrik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03Menhut-II2007, dinyatakan bahwa organisasi pelaksana teknis pengelolaan taman nasional
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis taman nasional, yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Kelas I, yang disebut dengan Balai Besar Taman Nasional, terdiri atas Balai Besar Taman Nasional Tipe A 5
Balai Besar dan Balai Besar Taman Nasional Tipe B 3 Balai Besar. 2 Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Kelas II, yang disebut dengan Balai
Taman Nasional, terdiri atas Balai Taman Nasional Tipe A 21 Balai dan Balai Taman Nasional Tipe B 21 Balai.
Adapun tujuan pengelolaan taman nasional adalah sebagai berikut: 1 Melindungi wilayah alami dan pemandangan indah yang memiliki nilai tinggi
secara nasional atau internasional untuk tujuan spiritual, ilmu pengetahuan, pendidikan, rekreasi, dan pariwisata.
2 Melestarikan sealamiah mungkin perwakilan dari wilayah fisiografi, komunitas biotik, sumberdaya genetik dan spesies, untuk memelihara keseimbangan
ekologi, dan keanekaragaman hayati. 3 Mengelola penggunaan oleh pengunjung untuk kepentingan inspiratif,
pendidikan, budaya, dan rekreasi dengan tetap mempertahankan areal tersebut pada kondisi alamiah atau mendekati alamiah.
4 Menghilangkan dan mencegah eksploitasi atau okupansi yang bertentangan dengan tujuan penunjukannya.
5 Memelihara rasa menghargai terhadap ciri ekologi, geomorfologi,
kekeramatan, atau estetika yang menjadi pertimbangan penunjukannya. 6 Memperdulikan kebutuhan masyarakat lokal, termasuk penggunaan
sumberdaya alam secara subsisten, sepanjang tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tujuan pengelolaan Setyadi, et al., 2006.
Saat ini, dari 50 taman nasional yang terdapat di Indonesia, 3 taman nasional diantaranya telah ditetapkan memiliki kawasan perluasan, yaitu: 1
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 2 Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan 3 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Selain itu, 3
taman nasional lainnya merupakan taman nasional yang baru dibentuk, yaitu: 1 Taman Nasional Gunung Ciremai, 2 Taman Nasional Gunung Merbabu, dan 3
Taman Nasional Gunung Merapi. Kawasan perluasan ketiga taman nasional dan kawasan ketiga taman nasional yang baru dibentuk tersebut sebelumnya berada
di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003, Perum Perhutani
diberi kewenangan mengelola seluruh hutan negara yang berupa kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Jawa Barat, dan Banten, kecuali kawasan hutan konservasi. Dengan adanya perluasan kawasan taman nasional dan kawasan taman nasional yang baru
dibentuk, maka kawasan hutan yang menjadi kawasan taman nasional tersebut yang semula berfungsi sebagai kawasan hutan lindung, hutan produksi tetap,
dan hutan produksi terbatas, kini beralih fungsi menjadi hutan konservasi. Selain itu, terjadi pula perubahan kewenangan pengelolaan kawasan hutan dari Perum
Perhutani kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan Dephut. Secara resmi ketiga kawasan
perluasan taman nasional dan ketiga kawasan taman nasional yang baru dibentuk tersebut telah diserahterimakan dari Perum Perhutani kepada Ditjen
PHKA, Dephut pada tanggal 29 Januari 2009 PIK, Dephut, 2009.
2.4. Persepsi