Vegetasi Tingkat Permudaan di Hutan Alam TNGGP

3,2917, dan nilai indeks kemerataan jenis J’ sebesar 0,8252. Jika menggunakan kriteria Barbour et al. 1987 maka indeks keanekaragaman jenis sebesar 3,2917 tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks diversitas tersebut menggambarkan keanekaragaman jenis pohon yang berada pada tipe vegetasi Hutan Alam TNGGP. Nilai kemerataan suatu jenis ditentukan oleh distribusi setiap jenis pada masing-masing plot secara merata. Semakin merata suatu jenis dalam suatu ekosistemtipe vegetasi hutan, maka semakin tinggi nilai kemerataannya. Demikian juga sebaliknya, semakin tidak merata suatu jenis dalam suatu ekosistemtipe vegetasi hutan, maka semakin rendah nilai kemerataannya.

4.2.4.2. Vegetasi Tingkat Permudaan di Hutan Alam TNGGP

Ketersediaan tingkat permudaan yang mencukupi merupakan salah satu prasyarat keberlangsungan regenerasi alami suatu ekosistem. Hasil analisis vegetasi permudaan semai, pancang, dan tiang pada tipe vegetasi Hutan Alam disajikan pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Indeks Nilai Penting tertinggi vegetasi tingkat semai, pancang, dan tiang pada tipe vegetasi Hutan Alam di kawasan TNGGP No. Nama Latin Nama Lokal KR FR DR INP Tingkat Semai: 1 Schima wallichii DC. Korth. Puspa 18,4397 13,9726 0 32,4123 2 Symplocos cochinchinensis Lour. S. Moore Jirak 14,7754 9,5890 24,3645 3 Plectronia didyma Kurz Ki kopi 6,9740 5,7534 0 12,7274 4 Acronychia laurifolia Bl. Ki jeruk 4,6099 5,2055 9,8154 5 Beilschrriedia wightii Benth. Huru 3,9007 4,3836 8,2843 Tingkat Pancang: 1 Plectronia didyma Kurz Ki kopi 15,6627 9,2199 5,7961 30,6786 2 Antidesma tetandrum Bl. Ki seueur 7,6923 5,1418 9,8935 22,7277 3 Schima wallichii DC. Korth. Puspa 5,2827 5,8511 9,2742 20,4079 4 Symplocos cochinchinensis Lour. S. Moore Jirak 8,9898 5,6738 4,5313 19,1948 5 Macropanax dispermum Bl. Ki racun 3,8925 3,9007 8,9731 16,7663 Tingkat Tiang: 1 Schima wallichii DC. Korth. Puspa 15,6627 13,4884 15,4910 44,6420 2 Macropanax dispermum Bl. Ki racun 10,0402 8,8372 9,3142 28,1916 3 Polyosma integrifolia Bl. Ki Jebug 7,2289 6,5116 6,5227 20,2633 4 Antidesma tetandrum Bl. Ki seueur 6,0241 6,0465 5,4837 17,5544 5 Manglietia glauca Bl Manglid 5,6225 5,5814 5,6645 16,8684 Keterangan: KR = Kerapatan Relatif, FR = Frekuensi Relatif, DR = Dominansi Relatif, INP = Indeks Nilai Penting Nilai kerapatan tingkat semai pada tipe vegetasi Hutan Alam adalah sebesar 28.200 individuha. Adapun nilai kerapatan tertinggi suatu jenis tumbuhan tingkat semai pada tipe vegetasi Hutan Alam dimiliki oleh Schima wallichii DC. Korth. sebesar 5.200 individuha. Perbedaan nilai kerapatan masing-masing jenis disebabkan karena adanya perbedaan ketersediaan pohon sumber benih, kemampuan reproduksi, penyebaran, dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Secara umum, jenis-jenis tumbuhan yang jumlahnya banyak juga tersebar pada masing-masing tipe vegetasi hutan, hal ini ditunjukkan dengan nilai frekuensi yang berkorelasi dengan nilai kerapatan. Pada masing-masing tipe vegetasi hutan dijumpai jenis tumbuhan dengan kerapatan tertinggi juga mempunyai nilai frekuensi yang tertinggi. Distribusi jenis tumbuhan pada suatu ekosistem tersebut dibatasi oleh kondisi lingkungan, sehingga keberhasilan setiap jenis tumbuhan untuk mengokupasi suatu area menggambarkan kemampuannya beradaptasi secara optimal terhadap seluruh faktor biotik dan abiotik pada ekosistem tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 11 dapat diketahui bahwa INP tertinggi vegetasi tingkat semai pada tipe vegetasi Hutan Alam di kawasan TNGGP dimiliki oleh jenis Schima wallichii DC. Korth. 32,4123, Symplocos cochinchinensis Lour. S. Moore 24,3645, Plectronia didyma Kurz 12,7274, Acronychia laurifolia Bl. 9,8154, dan Beilschrriedia wightii Benth. 8,2843. Indeks nilai penting pada tingkat semai merupakan hasil penjumlahan nilai relatif dua parameter kerapatan relatif dan frekuensi relatif yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya sangat tergantung pada kedua parameter tersebut. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa secara umum jenis yang mempunyai kerapatan tertinggi juga mempunyai nilai frekuensi tertinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis tersebutlah yang mempunyai INP tertinggi, yaitu Schima wallichii DC. Korth. pada tipe vegetasi Hutan Alam. Besarnya INP jenis tersebut menunjukkan tingkat peranan jenis yang bersangkutan pada ekosistem tersebut. Keberlanjutan pertumbuhan vegetasi dari tingkat semai ke tingkat pertumbuhan berikutnya yaitu pancang, tiang, dan selanjutnya hingga tumbuh menjadi pohon besar sangat dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi jenis tumbuhan tersebut. Secara umum, jenis-jenis tumbuhan pada tingkat semai yang mempunyai INP tertinggi akan tumbuh menjadi tumbuhan pada tingkat pancang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan dijumpainya jenis-jenis tumbuhan tersebut pada tingkat pancang meskipun terjadi perbedaan tingkat INP pada tingkat semai dan tingkat pancang. Jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai INP tertinggi pada tingkat semai belum tentu mempunyai INP tertinggi pada tingkat pancang. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 11 juga dapat diketahui bahwa INP tertinggi vegetasi tingkat pancang pada tipe vegetasi Hutan Alam terdiri atas jenis Plectronia didyma Kurz 30,6786, Antidesma tetandrum Bl. 22,7277, Schima wallichii DC. Korth. 20,4079, Symplocos cochinchinensis Lour. S. Moore 19,1948, dan Macropanax dispermum Bl. 16,7663. Jenis tumbuhan yang mempunyai INP tinggi tidak selamanya mempunyai tingkat dominansi yang tinggi. Tingkat dominansi menggambarkan tingkat penutupan areal oleh jenis-jenis tumbuhan tersebut, nilai dominansi diperoleh dari fungsi kerapatan jenis dan diameter batang. Pada suatu jenis tumbuhan yang mempunyai kerapatan tinggi tetapi mempunyai tingkat dominansi yang rendah menunjukkan bahwa rata-rata diameter jenis tersebut kecil tetapi jumlahnya banyak. Sedangkan pada jenis tumbuhan tertentu seperti Antidesma tetandrum Bl. dijumpai mempunyai kerapatan lebih rendah tetapi mempunyai tingkat dominansi yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut mempunyai rata-rata diameter yang lebih besar tetapi jumlahnya lebih sedikit pada lokasi tersebut. Tingkat pertumbuhan berikutnya setelah tingkat pancang adalah tingkat tiang. Beberapa peneliti juga sudah mengklasifikasikan tingkat ini sebagai pohon tetapi berupa pohon kecil. Kemampuan jenis tumbuhan tertentu hingga dapat tumbuh mencapai tingkat tiang menggambarkan semakin tingginya daya adaptabiliti jenis tumbuhan tersebut pada suatu tipe vegetasi hutan. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 11 juga dapat diketahui bahwa INP tertinggi vegetasi tingkat tiang pada tipe vegetasi Hutan Alam di kawasan TNGGP terdiri atas jenis Schima wallichii DC. Korth. 44,6420, Macropanax dispermum Bl. 28,1916, Polyosma integrifolia Bl. 20,2633, Antidesma tetandrum Bl. 17,5544, dan Manglietia glauca Bl 16,8684. Jenis Schima wallichii DC. Korth. secara konsisten mempunyai INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon pada tipe vegetasi Hutan Alam di kawasan TNGGP. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 12 dapat diketahui mengenai gambaran keanekaragaman jenis tumbuhan dan kemerataan jenis tumbuhan untuk tingkat permudaan pada tipe vegetasi Hutan Alam di kawasan TNGGP. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada tipe vegetasi Hutan Alam memiliki nilai sebesar 3,3084 pada tingkat semai, 3,5350 pada tingkat pancang, dan 3,2984 pada tingkat tiang. Adapun kemerataan jenis tumbuhan pada tipe vegetasi Hutan Alam memiliki nilai sebesar 0,8294 pada tingkat semai, 0,8321 pada tingkat pancang, dan 0,8665 pada tingkat tiang. Tabel 12 Jumlah jenis, indeks keanekaragaman jenis, dan indeks kemerataan jenis tingkat permudaan pada tipe vegetasi Hutan Alam TNGGP Tingkat Pertumbuhan Parameter Jumlah Jenis ∑ Keanekaragaman Jenis H’ Kemerataan Jenis J’ Semai 54 3,3084 0,8294 Pancang 70 3,5350 0,8321 Tiang 45 3,2984 0,8665

4.2.5. Penentuan Prioritas Jenis Terpilih di TNGGP