interpretasi citra landsat, sedangkan untuk memperoleh data lainnya dilakukan melalui pengumpulan data sekunderstudi literatur.
4.2.3.1. Penutupan Lahan di Kawasan TNGGP
Penutupan lahan merupakan kenampakan yang ada di permukaan bumi Lillesand et al., 1990. Adapun penutupan lahan di kawasan TNGGP pada
tahun 2010 berdasarkan citra landsat TM 7 dan hasil interpretasi citra landsat tersebut dapat dilihat pada Gambar 24 – Gambar 25 berikut ini.
Gambar 24 Citra landsat kawasan TNGGP tahun 2010 Hasil penelitian Tabel 7 menunjukkan bahwa penutupan lahan yang
dominan di kawasan TNGGP pada tahun 2010 adalah berupa hutan sekunder, yaitu seluas 9.752 ha atau 40. Tipe ini merupakan tipe penutupan yang
dominan di kawasan ini. Kawasan TNGGP memiliki penutupan hutan primer dengan kondisi yang
cukup baik. Hutan primer di kawasan ini memiliki luasan sekitar 25 dari total luas kawasan TNGGP. Hutan primer di TNGGP menempati wilayah pegunungan
1.500 – 2.400 m dpl hingga wilayah sub-alpin 2.400 - 3.019 m dpl.
Gambar 25 Penutupan lahan hasil interpretasi citra landsat di kawasan hutan
TNGGP tahun 2010 Tabel 7 Luas penutupan lahan kawasan TNGGP tahun 2010 dalam ha
Penutupan Lahan Tahun 2010
Belukar 1.090
Hutan primer 6.267
Hutan sekunder 9.752
Hutan tanaman 4.055
Pertanian campur semak 503
Perkebunan 1.046
Pemukiman 116
Pertanian lahan kering 272
Sawah 734
Lahan terbuka 24
Badan air 12
Awan 465
Total 24.336
Sumber: Citra satelit Landsat 7 tahun 2010
Di sekitar bagian terluar kawasan TNGGP tersebar hutan tanaman eks Perum Perhutani yang terdiri dari jenis pinus dan damar. Kedua jenis tumbuhan
ini merupakan tumbuhan jenis eksotik yang ditanam pada saat kawasan tersebut masih dikelola oleh Perum Perhutani sebagai hutan produksi. Persentase hutan
tanaman di kawasan TNGGP pada tahun 2010 mencapai 16,6 dari total wilayah dengan sebaran meliputi bagian barat, tenggara, dan timur kawasan
TNGGP. Belukar menempati posisi tipe penutupan lahan keempat terluas di
kawasan TNGGP. Belukar di kawasan ini memiliki luasan hingga 4,5 dari total luas kawasan TNGGP. Karena struktur vegetasi yang hampir sama, vegetasi
eidelweis di TNGGP diidentifikasi oleh citra landsat sebagai belukar, lokasi vegetasi khas ini dijumpai di bagian puncak kawasan TNGGP. Di luar tipe
vegetasi alami, belukar merupakan indikator yang menunjukkan terganggunya suatu kawasan hutan. Pada kawasan TNGGP ini tipe belukar banyak
bersanding dengan tipe pertanian lahan kering dan pertanian campur semak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebaran belukar dipengaruhi oleh tekanan
penduduk dan kebutuhan akan lahan pertanian. Peningkatan kepadatan penduduk di sekitar kawasan hutan TNGGP,
memberikan dampak tidak langsung berupa peningkatan kebutuhan lahan-lahan pertanian masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan matapencaharian utama
masyarakat sekitar kawasan hutan TNGGP pada umumnya masih didominasi jenis matapencaharian berupa pertanian dan perkebunan. Peningkatan
kebutuhan lahan pertanian memberikan tekanan tersendiri bagi kawasan hutan TNGGP dan perlahan tapi pasti perluasan lahan pertanian di luar kawasan hutan
TNGGP terus terjadi seiring dengan peningkatan jumlah pemukiman di daerah tersebut.
Untuk mengukur keakuratan hasil interpretasi citra landsat tersebut telah dilakukan uji akurasi klasifikasi dengan nilai akurasi sebesar 88,71. Nilai uji
akurasi klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa hasil interpretasi citra landsat cukup akurat karena memiliki nilai
≥ 85. Secara lengkap hasil uji akurasi klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil penelitian menunjukkan Gambar 26 bahwa berdasarkan pemberian skala intensitas sesuai kondisi variabel penilaian pada kriteria penutupan lahan
dalam menentukan lokasibagian kawasan TNGGP yang perlu segera direstorasi, maka dapat diketahui bahwa kawasan TNGGP pada umumnya
memiliki skala intensitas variabel penilaian pada kriteria penutupan lahan yang
cenderung rendah di bagian terdalamtengah kawasan hutan dan cenderung tinggi di bagian terluartepi kawasan hutan.
Hal tersebut memberikan arti bahwa kondisi penutupan lahan di bagian terdalamtengah kawasan TNGGP cenderung lebih baik apabila dibandingkan
dengan kondisi penutupan lahan di bagian terluartepi kawasan TNGGP. Pada bagian terluartepi kawasan TNGGP, terutama pada kawasan perluasan TNGGP
eks kawasan hutan produksi Perum Perhutani, pada umumnya banyak mengalami gangguan sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitar
yang memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekitarnya.
Gambar 26 Peta skala intensitas variabel penilaian pada kriteria penutupan lahan di kawasan TNGGP
4.2.3.2. Kondisi Kriteria Lainnya di Kawasan TNGGP