Turpinia obtusa ki bangkong, dan Villebrunea rubescens Bl. Bl. nangsi. Ke-
15 jenis tumbuhan tersebut berpotensi tinggi untuk dapat digunakan dalam kegiatan restorasi kawasan hutan TNGGP dan perlu dikembangkan teknik
perbanyakannya. Dalam upaya restorasi kawasan TNGGP ini, kegiatan pemeliharaan dan
pengamanan hasil restorasi hutan merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjamin keberhasilan kegiatan restorasi di kawasan TNGGP. Selain itu,
pendekatan yang digunakan dalam melihat keberhasilan kegiatan restorasi hutan ini adalah bukan pada jumlah yang berhasil ditanam melainkan jumlah tumbuhan
yang berhasil hidup, sehingga apabila terdapat tumbuhan hasil penanaman kegiatan restorasi hutan yang mati, maka tumbuhan yang mati tersebut harus
segera disulamditanam ulang.
4.2.7.2. Upaya PemberdayaanPeningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Sekitar Kawasan TNGGP Masyarakat sekitar kawasan TNGGP pada umumnya memiliki kondisi
sosial ekonomi yang berpotensi tinggi dalam memanfaatkan sumberdaya alam ataupun menggarap lahan kawasan TNGGP untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Potensi tersebut perlu diarahkan atau diubah agar menjadi potensi yang bersifat positif dalam upaya restorasi kawasan TNGGP.
Berdasarkan uraian tersebut, masyarakat sekitar kawasan TNGGP perlu dilibatkan secara aktif dalam kegiatan restorasi kawasan TNGGP mulai dari
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, hingga pengamanan hasil restorasi hutan.
Berkaitan dengan upaya pemberdayaanpeningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNGGP, kegiatan restorasi kawasan TNGGP harus
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Melalui kegiatan restorasi hutan tersebut, masyarakat sekitar dapat memperoleh pendapatan dari
penyediaan bibit untuk kegiatan restorasi dan tenaga kerja dalam kegiatan restorasi, misalnya: tenaga kerja penanaman, tenaga kerja pemeliharaan, dan
tenaga kerja pengamanan hasil restorasi. Selain peningkatan kesejahteraan melalui pendapatan secara langsung
dari keikutsertaan dalam kegiatan restorasi kawasan TNGGP, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dalam jangka panjang perlu
pula dilakukan pemberdayaanpeningkatan perekonomian masyarakat sekitar melalui pengembangan berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan
masyarakat sekitar sekaligus sebagai upaya untuk memberikan alternatif matapencaharian pengganti agar tidak lagi memanfaatkanmenggarap kawasan
TNGGP. Namun demikian, dalam mencari alternatif matapencaharian pengganti bagi masyarakat sekitar, sebaiknya tidak terlalu jauh atau tidak terlalu bertolak
belakang dengan keahlianketerampilan masyarakat sekitar yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Selain itu, dalam mencari alternatif matapencaharian
pengganti bagi masyarakat sekitar, juga perlu memperhatikan kondisi dan potensi yang terdapat di lingkungan sekitar masyarakat tersebut berada dan
cukup realistis untuk dapat dilaksanakan saat ini. Beberapa kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif
matapencaharian pengganti masyarakat sekitar kawasan TNGGP adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan kebun bibit di lahan desa Desa-desa yang terdapat di sekitar kawasan TNGGP pada umumnya
memiliki lahan desa yang dikelola oleh desa tersebut. Keberadaan lahan desa di sekitar kawasan TNGGP dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
kebun bibit bagi jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam kegiatan restorasi kawasan TNGGP maupun kegiatan restorasi di kawasan hutan
lainnya. Pihak BB TNGGP dapat berperan untuk membina kegiatan usaha pengembangan kebun bibit tersebut melalui pendampingan dan memberikan
pelatihan teknik-teknik perbanyakan bibit untuk memperoleh bibit yang berkualitas.
2. Intensifikasi lahan pekarangan untuk kegiatan pertanian Masyarakat sekitar kawasan TNGGP, meskipun tidak memiliki lahan
pertanian pada umumnya masih memiliki lahan pekarangan di sekitar rumahnya. Lahan pekarangan tersebut, meskipun sempit, seringkali tidak
digunakan oleh masyarakat secara intensif. Untuk mengoptimalkan lahan pekarangan tersebut bagi kegiatan pertanian perlu adanya suatu bimbingan
dari pihak-pihak terkait agar lahan-lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat sekitar dapat dimanfaatkan secara intensif bagi kegiatan
pertanian. Masyarakat sekitar dapat membentuk koperasi untuk membantu pengumpulan dan pemasaran hasil-hasil pertanian yang dihasilkan dari
pemanfaatan lahan pekarangan mereka secara intensif. Dengan adanya intensifikasi lahan pekarangan masyarakat sekitar untuk kegiatan pertanian,
maka diharapkan lahan-lahan garapan masyarakat di kawasan hutan
TNGGP secara perlahan-lahan dapat ditinggalkan dan direstorasi menjadi hutan kembali sesuai kondisi semula.
3. Pengembangan usaha bunga hiasbunga potong Pengembangan usaha bunga hiasbunga potong juga dapat dilakukan di
lahan pekarangan masyarakat yang terletak di daerah yang dingin. Untuk pengembangan usaha bunga hiasbunga potong oleh masyarakat sekitar
kawasan TNGGP ini, pihak BB TNGGP perlu membuat kesepakatan MoU dengan perusahaan bunga potongbunga hias yang berusaha di sekitar
kawasan hutan TNGGP agar perusahaan tersebut mau menampung bunga hiasbunga potong yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar sebagai wujud
kepedulian perusahaan tersebut dalam pengembangan perekonomian masyarakat sekitarnya sekaligus sebagai wujud kepedulian perusahaan
tersebut dalam menjaga kelestarian kawasan TNGGP. Untuk menjaga kualitas bunga potongbunga hias yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar,
perusahaan bunga potongbunga hias tersebut perlu memberikan pelatihan dan pembinaan kepada masyarakat sekitar.
4.3. Implikasi Model
Model kebijakan restorasi kawasan hutan konservasi yang dihasilkan melalui penelitian ini memiliki beberapa implikasi sebagai berikut:
1. Karena variabel penilaian yang dipakai untuk seluruh kriteria bersifat umum, maka model kebijakan restorasi kawasan hutan konservasi hasil penelitian ini
berlaku untuk seluruh kawasan hutan konservasi. 2. Model prioritas kegiatantindakan restorasi kawasan hutan konservasi yang
dikembangkandibangun untuk kawasan TNGGP dapat diterapkan untuk kawasan hutan konservasi lainnya yang memiliki atau akan melakukan
perluasan kawasan, terutama bagi 2 taman nasional yang saat ini memiliki kawasan perluasan, yaitu: Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, termasuk 3 kawasan taman nasional yang baru dibentuk yang memiliki permasalahan sosial ekonomi
yang sama dengan kawasan perluasan TNGGP, yaitu: Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Merapi, dan Taman Nasional Gunung
Merbabu.