Restorasi Ekologi TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restorasi Ekologi

Basuni 2009 menyatakan bahwa berdasarkan pengertian konservasi dalam pengertian luas, maka kegiatan restorasi tidak dapat dipisahkan dari preservasi. Lebih lanjut, Basuni 2009 membedakan kedua istilah tersebut sebagai berikut: 1 Restorasi, yaitu tindakan yang berusaha mengubah struktur obyek konservasi untuk menggambarkan keadaan terdahulu yang diketahui; contohnya, mengubah hutan tanaman Pinus tumbuhan asing di suatu kawasan hutan konservasi menjadi hutan tanaman Rasamala yang merupakan tumbuhan asli di kawasan hutan konservasi yang bersangkutan. 2 Preservasi, yaitu tindakan tertentu yang bertujuan untuk menjaga selama mungkin fitur-fitur kawasan hutan konservasi yang terlihat jelas seperti keadaannya semula asli, utuh; suatu tujuan yang biasa dicapai dengan memodifikasi beberapa fitur kawasan hutan konservasi yang semula tidak terlihat. Preservasi ini dapat berupa: a. Preservasi langsung, dilakukan dengan mengubah fitur kawasan hutan konservasi; aktivitas dengan waktu terbatas misal, menambah atau mengurangi populasi untuk mencapai populasi minimum viable; pengurangan atau penambahan populasi sampai tingkat daya dukung kawasan hutan konservasi. b. Preservasi lingkungan, dilakukan dengan mengubah lingkungan kawasan hutan konservasi atau fitur-fiturnya; aktivitas yang tidak dibatasi oleh waktu membersihkan tumbuhan asli yang langka atau dilindungi dari lilitan tumbuhan liana asing, pengendalian predator, mencegah timbulnya wabah penyakit, pembinaan daerah penyangga. c. Preservasi informasional, bekerja dengan merekam atau meniru mereproduksi kawasan hutan konservasi dan atau beberapa fiturnya: foto, citra, data atributspasial; membuat replikatiruan misalnya membangun taman plasma nutfah Taman Nasional X, tujuannya adalah untuk menyediakan informasi dan pengalaman bagi masyarakat tanpa resiko adanya gangguan pada kawasan hutan konservasi yang asli. Restorasi ekologi berkaitan erat dengan kondisi kawasan hutan yang terdegradasi. ITTO 2002 menyatakan bahwa terminologi degradasi hutan mengacu pada penurunan kapasitas hutan untuk memproduksi barang dan jasa. Hutan yang terdegradasi menyebabkan penurunan suplai barang dan jasa serta keanekaragaman hayati yang terbatas. Hutan yang terdegradasi mengalami kehilangan struktur, fungsi, komposisi spesies, dan produktivitas normal yang diharapkan dari hutan tersebut. Berkaitan dengan pemulihanperbaikan ekologi hutan yang terdegradasi, terdapat tiga istilah yang seringkali menimbulkan kebingungan dalam penggunaannya, yaitu reklamasi, rehabilitasi, dan restorasi. Lamb et al. 2003 membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut: • Reklamasi adalah pemulihan produktivitas pada area terdegradasi yang sebagian besar menggunakan pohon jenis eksotik exotic spesies. Jenis- jenis monokultur juga sering digunakan. Keanekaragaman hayati asli tidak dipulihkan, tetapi fungsi perlindungan dan fungsi jasa-jasa ekologi dipulihkan kembali. • Rehabilitasi adalah pemulihan kembali produktivitas tetapi tidak keseluruhan jenis tumbuhan dan satwa asli ada. Untuk kepentinganalasan ekologi dan ekonomi hutan yang baru dapat terdiri atas jenis yang tidak asli. Pada saatnya fungsi asli perlindungan hutan dan jasa ekologis akan kembali pulih. • Restorasi ekologi adalah pemulihan kembali struktur, produktivitas, dan keanekaragaman jenis asli dari hutan yang ada. Pada saatnya proses dan fungsi ekologi akan kembali sama seperti aslinyakondisi hutan pada awalnya. Ketiga istilah tersebut reklamasi, rehabilitasi, dan ekologi restorasi diilustrasikan oleh Lamb et al. 2003 seperti tersaji pada Gambar 2. Gambar 2 Reklamasi, rehabilitasi, dan restorasi ekologi: A = kondisi hutan yang dicapai melalui restorasi ekologi, B1 = hutan yang terdegradasi, B2 = hutan yang terdegradasi lebih jauh apabila dibiarkan tanpa perlakuan, D = hutan yang kembali terdegradasi akibat adanya gangguan, E1 = kondisi hutan yang dicapai melalui reklamasi, E2 = kondisi hutan yang dicapai melalui reklamasi dengan adanya pengolahan tanah atau pemupukan, F = kondisi hutan yang dicapai melalui rehabilitasi diadopsi dari Lamb et al., 2003 Sejalan dengan hal tersebut, Indrawan et al. 2007 menyatakan bahwa terdapat empat macam pendekatan yang sering digunakan untuk menangani ekosistem yang terdegradasi, yaitu: 1 Tanpa tindakan no action, yaitu restorasi tidak dilakukan mengingat biaya pemulihan yang terlalu mahal, atau mungkin upaya restorasi sebelumnya gagal, ataupun berdasarkan pengalaman diperkirakan ekosistem dapat pulih kembali dengan sendirinya. 2 Rehabilitasi, yaitu ekosistem yang rusak diganti dengan ekosistem yang produktif, baik dengan menggunakan beberapa spesies maupun banyak jenis biota. 3 Restorasi parsial sebagian, yaitu yang diperbaiki adalah sebagian fungsi ekosistem dan beberapa spesies asli yang dominan mungkin dapat dikembalikan. 4 Restorasi lengkap, yaitu restorasi suatu daerah hingga mencapai struktur dan komposisi spesies semula, maupun berbagai proses ekosistem terkait. Restorasi ekologi didefinisikan oleh beberapa pihak sebagai berikut: • Proses yang secara sengaja mengubah keadaan lingkungan suatu lokasi untuk membentuk kembali suatu ekosistem tertentu yang bersifat asli dan bernilai sejarah Indrawan et al., 2007. • Suatu proses untuk membantu pemulihan suatu ekosistem yang telah terdegradasi, mengalami kerusakan, atau mengalami kehancuran. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang disengaja untuk menginisiasi atau mempercepat proses ekologi SER – IUCN, 2004. • Upaya untuk mengembalikan unsur biotik flora dan fauna serta unsur abiotik tanah, iklim, dan topografi pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai keseimbangan hayati. Restorasi ekologi ekosistem ini dilakukan melalui penanaman, pengayaan, permudaan alam, dan atau pengamanan ekosistem Dephut, 2004a. Lebih lanjut, Indrawan et al. 2007 menyatakan bahwa tujuan restorasi ekologi adalah untuk mengembalikan struktur, fungsi, keanekaragaman, serta dinamika dari ekosistem terkait. Pengetahuan tentang komposisi, struktur, dan fungsi dari hutan alami, begitu juga nilai rata-rata dan variasi kisaran, sangat diperlukan untuk menetapkan tujuan restorasi dan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu kegiatan restorasi Kuuluvainen et al., 2002. Oleh karena itu, maka dalam kegiatan restorasi ekologi diperlukan adanya suatu ekosistem acuan yang dapat digunakan untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan restorasi. Tujuan restorasi ekologi dapat ditentukan hanya melalui penetapan kondisi-kondisi acuan Kamada, 2005. SER – IUCN 2004 men- definisikan ekosistem acuan sebagai ekosistem yang sesungguhnya atau model konseptual dari suatu ekosistem yang digunakan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan dari suatu proyek restorasi, serta evaluasinya. Kuuluvainen et al. 2002 menyatakan bahwa kegunaan restorasi ekologi dalam konservasi ekosistem hutan adalah sebagai berikut Gambar 3: 1 Hutan konservasi seringkali jauh dari kondisi alaminya karena pengelolaan sebelumnya. Restorasi dapat digunakan untuk meningkatkan kealamian dari struktur hutan dalam rangka mempertinggi kuantitas dan kualitas bagi jenis fokal focal species. 2 Kawasan-kawasan konservasi saat ini seringkali berukuran kecil dan terisolasi. Restorasi dapat digunakan untuk memperbesar dan melengkapi kawasan-kawasan konservasi yang berukuran kecil dan terfragmentasi dalam rangka menciptakan unit-unit yang terhubung agar lebih besar dan lebih baik. 3 Prinsip-prinsip restorasi dapat digunakan pada hutan yang dikelola hutan produksi yang mengelilingi kawasan konservasi untuk menciptakan daerah penyangga bufferzone antara hutan produksi dengan hutan konservasi dan untuk meningkatkan fungsi konservasi dari kawasan konservasi. 4 Prinsip-prinsip restorasi dapat diterapkan pada hutan produksi alam secara keseluruhan untuk meningkatkan kualitas habitat dari matriks hutan. Gambar 3 Ilustrasi sederhana dari kegunaan restorasi dalam konservasi ekosistem hutan diadopsi dari Kuuluvainen et al., 2002 SER – IUCN 2004 menyatakan bahwa restorasi ekologi berkontribusi dalam meningkatkan keanekaragaman hayati pada lansekap yang terdegradasi, meningkatkan populasi dan distribusi jenis yang langka dan terancam, meningkatkan konektifitas lansekap, meningkatkan ketersediaan barang dan jasa lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan kontribusi restorasi ekologi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ITTO 2002 dan Kobayashi 2004 menyatakan bahwa keberhasilan kegiatan restorasi ekologi dan rehabilitasi hutan yang terdegradasi hanya akan tercapai apabila masyarakat lokal berperan serta dalam kegiatan tersebut dan masyarakat pengguna hutan memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek, serta manfaat lain di masa datang. Keberhasilan restorasi menurut Walters 1997 antara lain ditandai dengan indikator sebagai berikut: Kawasan-kawasan konservasi terfragmentasi karena pengelolaan sebelumnya b Penetapan kawasan konservasi baru c Hutan produksi mengelilingi kawasan konservasi baru d Hutan produksi alam Penggabunganperluasan kawasan konservasi a Hutan konservasi 1 Restorasi dipandang oleh masyarakat lokal dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka. 2 Restorasi disusun sesuai dengan pola pemanfaatan sumberdaya dan lahan oleh masyarakat. 3 Pengetahuan lokal dan keahlian yang terkait dengan restorasi berhasil didokumentasikan oleh proyek. 4 Kelompok masyarakatorganisasi lokal secara efektif dimobilisasi untuk men- dukung dan mengimplementasikan kegiatan restorasi. 5 Kebijakan yang terkait dan faktor politik mendukung upaya restorasi.

2.2. Jenis Eksotik Exotic Species dan Jenis Asli Native Species