Pengertian Partisipasi TINJAUAN PUSTAKA

Plus. LMDH ini telah melakukan kerjasama dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan dengan model empang-parit selama 3 tahun. Pesanggem didefinisikan sebagai petani yang mengerjakan usahatani dalam kawasan hutan payau yang terkait dalam perjanjian kerjasama dengan Perhutani Perum Perhutani, 2007. Mereka adalah masyarakat desa-desa di Kecamatan Cibuaya dan Kecamatan Ciwaru yang tergabung dalam LMDH “Mina Wana Lestari” dan menggarap tambak ramah lingkungan model empang-parit. Para pesanggem ini memiliki kewajiban untuk memelihara tanaman payau yang ditanam Perhutani di tambak yang dikelola. Mereka juga diwajibkan membayar uang ganti rugi atas tambak yang mereka kelola dengan masa perjanjian selama satu tahun. Setelah itu, mereka harus memperpanjang masa perjanjian dan membayar lagi uang ganti rugi. Uang ganti rugi tersebut berbeda-beda tiap pesanggem tergantung kelasnya. Kriteria penentuan kelas 12 , yaitu berdasarkan: a Kerapatan Tegakan b Luas Pengaruh Pasang-surut c Lebar parit 5m dengan memakai pola empang-parit Sementara itu, kelas klasifikasi pesanggem dalam pengelolaan tambak, yaitu: a Kelas I = Rp60.400 per hatahun b Kelas II = Rp77.200 per hatahun c Kelas III = Rp94.000 per hatahun d Kelas IV = Rp144.400 per hatahun

2.8 Pengertian Partisipasi

“Participation is a process through which stakeholders influence and share control over development initiatives, decisions, and resources which affect them. 13 Participation can take different forms, ranging from information-sharing and consultant methods to mechanisms for collaboration and empowerment that give 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Asisten Perum PerhutaniK BKPH Cikiong pada tanggal 29 Me i 2010 13 The World Bank 1994 dalam “Participation and Social Assessment: Tools and technique” Compiled by Jennifer Rietbergen-McCracken and Deepa Narayan tahun 1998 hlm. 4. stakeholders more influence and control. 14 Participation means involving local people in the development of plans and activities designed to change their lives. In its most development form, participation is continous process of negotiation and decision making that occurs at various levels and with all stakeholders ” Jennings, 2000 dalam Evans et al., 2006. Partisipasi adalah suatu proses dimana pemangku kepentingan saling mempengaruhi dan berbagi kekuasaan pada inisiatif- inisiatif pembangunan, keputusan-keputusan, dan sumberdaya-sumberdaya yang berpengaruh terhadap mereka. Partisipasi dapat terwujud dalam bentuk-bentuk yang berbeda, dari berbagi informasi dan metode konsultasi hingga mekanisme untuk kolaborasi dan pemberdayaan yang memberikan pemangku kepentingan pengaruh dan kekuasaan yang lebih besar. Partisipasi berarti mengikutsertakan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang dirancang untuk merubah hidup mereka. Dalam banyak bentuk pembangunan, partisipasi adalah proses berkelanjutan pada negosiasi dan pengambilan keputusan yang terjadi pada berbagai tingkatan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Beberapa definisi partisipasi tersebut pada dasarnya menjelaskan titik utama partisipasi, yaitu: 1 keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh rangkaian kegiatan pembangunan; 2 masyarakat lokal sebagai salah satu pemangku kepentingan subyek pembangunan, bukan sebagai obyek pembangunan; 3 pemangku kepentingan yang terlibat memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sama; 4 keterlibatan dalam kegiatan pembangunan untuk merubah hidup memperbaiki kualitas hidup pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal. Pemangku kepentingan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembangunan. Dalam banyak kegiatan pembangunan di Indonesia, pihak-pihak yang terlibat tersebut umumnya adalah pemerintah, swasta, masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Namun dalam penelitian ini, pemangku kepentingan yang teridentifikasi adalah masyarakat tergabung dalam LMDH dan pemerintah baik pusat Perum Perhutani maupun daerah Pemerintahan Desa Sedari. 14 The World Ban k 1996 dalam Mc Crac ken and Narayan 1998 Ibid.

2.9 Bentuk-bentuk Tahapan Partisipasi dalam Praktek