BAB VII PAR TISIPASI R ESPONDEN DALAM PENGELOLAAN TAMBAK
MANGROVE RAMAH LINGKUNGAN MODEL EMPANG-PARIT
Bab ini akan mengemukakan deskripsi variabel partisipasi responden dalam pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit. Partisipasi
responden dalam penelitian ini adalah tingkat keteribatan pesanggem dalam pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit. Partisipasi
yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan 1 perencanaan; 2 pelaksanaan; 3 monitoringevaluasi; dan 4 menikmati hasil.
Pada tiap tahapan terdiri dari beberapa indikator ya ng dapat digunakan untuk mengukur variabel partisipasi tersebut dimana indikator ini diambil dari butir-
butir hak dan kewajiban pesanggem dalam naskah perjanjian PHBM Plus antara Perum Perhutani dan pesanggem
yang tergabung dalam LMDH “Mina Wana Lestari”.
7.1 Deskripsi Tahap
Perencanaan Partisipasi
Responden dalam
Pengelolaan Tambak Mangrove Ramah Lingkungan Model Empang - Parit
Tingkat keterlibatan responden dalam tahap perencanaan pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit perlu diketahui untuk
mengukur tingkat partisipasi responden secara keseluruhan. Hal ini karena partisipasi tidak hanya diartikan ikut serta dalam pelaksanaan, tetapi juga dalam
seluruh tahapan suatu kegiatan, salah satunya adalah tahap perencanaan. Dengan ikut serta dalam tahap perencanaan, responden dapat mengetahui gambaran
umum, tujuan, visi, misi, dan urgensi kegiatan pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit sehingga diharapkan responden mengikuti
kegiatan tersebut secara sukarela karena kesadaran sendiri dan mengetahui keuntungan yang didapat. Apabila responden tidak diikutsertakan dalam proses
perencanaan tentunya mereka tidak mengetahui garis besar kegiatan pengelolaan tambak dan merasa tidak dianggap penting sehingga dalam proses pelaksanaannya
akan mengalami hambatan.
Tabel 15. Frekuensi Partisipasi Responden dalam Tahap Perencanaan Pengelolaan Tambak Mangrove Ramah Lingkungan Model Empang-Parit
Kategori Partisipasi Jumlah orang
Presentase Rendah
37 52,85
Tinggi 33
47,15 Total
70 100
Sumber: Data primer diolah
Dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa sebagian besar responden 52,85 persen tergolong ke dalam kategori partisipasi rendah dalam tahap perencanaan
pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit. Sementara itu, responden yang tergolong kategori partisipasi tinggi dalam tahap perencanaan
tidak jauh berbeda jumlahnya sebesar 47,15 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pesanggem di LMDH Mina Wana Lestari memiliki partisipasi
rendah dalam tahap perencanaan pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-parit. Hal ini terjadi karena memang dalam tahap
perencanaan, sebagian responden tidak ikut langsung. Mereka merasa suaranya sudah cukup terwakili dengan adanya pesanggem lain yang ikut. Selain itu,
memang ada beberapa indikator partisipasi dalam tahap perencanaan yang sudah ditentukan langsung dari Perum Perhutani tanpa adanya negosiasi dengan para
pesanggem sehingga pesanggem tidak memiliki pilihan lain selain dari menerima peraturan yang tertulis tersebut.
Dapat dilihat pada Tabel 16 bahwa indikator partisipasi dalam tahap perencanaan pengelolaan tambak mangrove ramah lingkungan model empang-
parit yang tergolong rendah adalah keikutsertaan dalam setiap pertemuan, penentuan luas rabak, penentuan spesies tanaman payau yang ditanam, penentuan
waktu pelaksanaan kegiatan, dan penentuan sanksi. Sementara itu, indikator partisipasi dalam tahap perencanaan yang tergolong tinggi adalah penentuan
pengurus LMDH Mina Wana Lestari, penentuan luas tambak, penentuan luas parit wilayah memelihara ikan di empang, penentuan jenis ikan yang dibudidayakan,
dan penentuan sistem bagi hasil sharing.
Tabel 16. Nilai Rataan Skor Indikator Partisipasi Responden dalam Tahap Perencanaan Pengelolaan Tambak Mangrove Ramah Lingkungan
Model Empang-Parit
Indikator Partisipasi Rataan Skor
Penentuan pengurus LMDH Mina Wana Lestari 2,83
Keikutsertaan dalam setiap pertemuan 2,49
Penentuan luas tambak 2,81
Penentuan letak parit 3,07
Penentuan luas rabak 2,13
Penentuan jenis ikan yang dibudidayakan 3,76
Penentuan spesies tanaman payau yang ditanam 2,01
Penentuan waktu pelaksanaan kegiatan 1,97
Penentuan sanksi 1,76
Penentuan sistem bagi hasil sharing 2,71
Sumber: Data primer diolah Keterangan: Nilai rataan skor 1,00 - 2,49 tergolong rendah;
Nilai rataan sk or 2,50 – 4,00 tergolong tinggi.
Partisipasi responden untuk ikut serta dalam setiap pertemuan tergolong rendah karena memang sebagian besar responden merasa suaranya cukup
terwakili apabila ada teman atau tetangganya yang telah hadir dalam pertemuan. Pertemuan dalam konteks ini adalah pertemuan para anggota LMDH pada awal
tahun membahas naskah perjanjian yang umumnya tentang perpanjangan nama pesanggem atau perpindahan nama para pesanggem. Sebagian besar yang datang
pada pertemuan ini hanyalah yang berkepentingan untuk oper-alih garapan. Partisipasi responden dalam penentuan waktu pelaksanaan kegiatan juga
tergolong rendah. Kegiatan dalam konteks ini adalah kegiatan rutin dari LMDH Mina Wana Lestari seperti menanam tanaman payau, ganti rugi garapan sharing,
dan penyulaman tanaman payau yang mati. Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh salah satu narasumber Krj, 60.
“Kegiatan rutin yang biasa dilakukan LMDH itu ada tanam bako, ganti rugi garapan, dan penyulaman tanaman bako.
”
Sebagian besar responden tidak diikutsertakan dalam penentuan waktu pelaksanaan kegiatan karena memang kegiatan-kegiatan tersebut bersifat
situasional sesuai kondisi. Hal ini menyebabkan pengurus LMDH bergerak melakukan kegiatan tersebut tanpa terlebih dahulu mengumpulkan para
pesanggem untuk menentukan waktu pelaksanaannya. Terutama untuk kegiatan penanaman memang biasanya hanya petugas Perum Perhutani dan perwakilan
LMDH karena memang penanaman tanaman payau di empang bertahap di petak- petak yang telah ditentukan sesuai dengan stok anakan tanaman payau yang ada.
Partisipasi responden dalam penentuan luas rabak wilayah di empang tempat menanam tanaman payau dan penentuan spesies tanaman payau yang
ditanam juga tergolong rendah. Hal ini karena memang dari Perum Perhutani sudah ditentukan letak menanam tanaman payau yaitu di tengah-tengah empang
dan spesies tanaman payau yang ditanam yaitu Rhizopora spp. atau sering disebut pohon bakau dan Avicennia spp. atau sering disebut api-api. Hal ini
seperti yang telah dikemukakan oleh salah satu narasumber Wjn, 38. “Wah kalo masyarakat kebanyakan mah taunya melak ikan de,
kalo masalah nanem mah urusan kehutanan. ”
Sebagian besar responden memang hanya mengetahui tentang pemeliharaan ikan di tambaknya, sementara itu masalah letak menanam tanaman payau dan jenis
tanaman payau yang ditanam diserahkan kepada pihak Perum Perhutani. Partisipasi responden dalam penentuan sanksi juga tergolong rendah. Tidak
berbeda halnya dengan penentuan luas rabak dan penentuan spesies tanaman payau yang ditanam, penentuan sanksi yang diberikan kepada pesanggem yang
melakukan pelanggaran misalnya menebang pohon bakau juga dilakukan oleh Perum Perhutani. Sanksi tersebut telah tercantum pada naskah perjanjian
kerjasama antara Perum Perhutani dan LMDH Mina Wana Lestari.
7.2 Deskripsi Tahap