Berdasarkan beberapa definisi mangrove yang telah dikemukakan, mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks. Mangrove terdiri dari
berbagai spesies tanaman pada sebagian besar daerah di Indonesia d idominasi oleh Rhizophora spp. dan Avicennia spp. yang memiliki sifat khusus yaitu dapat
beradaptasi tumbuh pada air asin laut, fauna, dan organisme lain seperti jamur dan mikroorganisme beserta komponen abiotik seperti udara, air, tanah dimana
satu sama lain berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang memiliki habitat di perbatasan antara wilayah daratan dan lautan pesisir sehingga dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Dengan melihat definisi tesebut, mangrove bukanlah hanya berisi sekumpulan tanaman, namun lebih dari itu merupakan suatu ekosistem
wilayah pesisir yang memiliki fungsi tertentu.
Tabel 1. Fungsi Ekologi dan Fungsi Sosial- Ekonomi Hutan Mangrove
Fungsi Ekologi Fungsi Sosial-Ekonomi
Sumber: Dik utip dari Cooper, Harrison, dan Ramm., 1995 dalam Murdiyanto, 2003 dan Haryadi, 1995
2.5 Fungsi Mangrove
Fungsi mangrove diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Tabel 1 memuat fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi
mangrove. Mangrove tidak hanya memiliki fungsi ekologi namun juga fungsi ekonomi walaupun fungsi ekonomi tersebut tidak dapat dirasakan dalam jangka
waktu singkat. Hal ini karena profibilitas mangrove yang sangat besar baru dapat dirasakan dalam jangka waktu lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembuatan satu hektar tambak ikan pada hutan mangrove alam akan menghasilkan ikanudang sebanyak 287 kgtahun, namun dengan hilangnya setiap
- Melindungi garis pantai dari e rosi, gelo mbang laut, dan angin topan
- Mempercepat pe mbentukan tanah - Mengendalikan banjir
- Menstabilkan tanah dengan menangkap dan me merangkap endapan materia l dari darat yang
terbawa air sungai ke laut - Sebagai plasma nutfah dan habitat berbagai
organisme la in hewan darat, hewan air, dan mikroorganis me
- Feeding ground, nursery ground, spawning ground , berbagai hewan terutama larva ikan dan udang
-
Hasil kayu-kayu bernilai e konomi seperti untuk kayu bangunan dan tannin
-
Bahan baku pe mbuatan kertas
-
Sarana re kreasi
-
Tempat pe mijahan ikan dan udang yang me rupakan ko moditas tangkapan nelayan
satu hektar hutan mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya Turner, 1977
8
.
2.6 Pengelolaan Tambak Ramah Lingkungan Sylvofishery Model Empang-Parit
Pengelolaan tambak ramah lingkungan Sylvofishery model empang-parit
9
adalah suatu bentuk pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara
mengkombinasikan kegiatan kehutanan, pertanian, dan perikanan dimana bagia n dari andil yang diperuntukkan bagi pemeliharaan ikan caren letaknya
mengelilingi bagian dari andil yang ditanami tanaman hutan payau rabak. Dapat dilihat sketsa sylvofishery model empang-parit pada Gambar 1.
10
Keterangan Ga mba r: a. pintu air untuk pe meliharaan ikan
b. saluran air pasang surut bebas untuk hutan c. empang te mpat peme liha raan ikan lebar ma ksimu m 5 meter
d. areal tegakan hutan dengan pasang surut bebas e. tanggul
Gambar 1. Sketsa Gambar Pengelolaan Tambak Ramah Lingkungan Model Empang-Parit
8
http:fppb.ubb.ac.id?Page=artike l_ubbNa ma_ menu=id=269 dia kses pada 24 Mei 2010 pukul 11.35
9
Pasal 2 Bab Pengertian Umu m Naskah Perjanjian Ke rjasa ma Pengelolaan Hutan Bersa ma Masyarakat Plus PHBM Plus antara Peru m Perhutani KPH Purwaka rta dengan Lembaga
Masyarakat Desa Hutan “Mina Wana Lestari” Desa Sedari, Kecamatan CIbuaya, Kabupaten Kara wang Tahun 2007.
10
http:library.usu.ac.iddownloadfp06008763.pdf dia kses pada tanggal 26 Mei 2010 Pukul 16.55 WIB.
Model empang-parit ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1 cahaya matahari yang menyinari cukup baik ; 2 biaya penyempurnaan empang parit
dapat dilaksanakan secara bertahap setiap pemeliharaan. Sementara itu, beberapa hambatannya adalah pemeliharaan ikan kurang terintegrasi dan lebar parit terbatas
sehingga cahaya matahari yang menyinari tidak cukup banyak. Model empang-parit yang umumnya dikatakan sistem tradisional ini dalam
pelaksanaannya kurang disukai oleh petani. Beberapa alasan yang dikemukakan petani pada saat diskusi pelatihan budidaya tambak sistem wanamina pada tanggal
12 November 2006 antara Universitas Lampung Unila dengan petani di Desa Margasari
11
, yaitu: a Tambak yang ditumbuhi mangrove pada bagian pelatarannya akan
menghilangkan fungsi pelataran sebagai tempat pertukaran oksigen. b Mangrove yang ada di tambak akan menjadi sarang hama, seperti
biawak, ular, lingsang, burung elang, dan lain- lain. c Kawasan budidaya tambak akan menjadi sempit, sehingga mengurangi
produksi yang akan dipanen nantinya. Terlihat bahwa menurut petani model empang-parit kurang menguntungkan
secara ekonomi. Kebanyakan petani hanya memikirkan keuntungan ekonomi dari tambak ini tanpa melihat sisi ekologi nya. Padahal tujuan dari pengelolaan tambak
ramah lingkungan ini sudahlah jelas tidak hanya keuntungan ekonomi semata tetapi bagaimana mempertahankan tegakan hutan mangrove yang kondisinya
semakin mengkhawatirkan.
2.7 Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH “Mina Wana Lestari”