Persepsi Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Monitoringevaluasi Tahap Menik mati Hasil

berbasis ekosistem, yaitu kondisi hutan yang memiliki manfaat secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Oleh karena itu, kajian persepsi pesanggem mengenai hutan mangrove penting dilakukan untuk menjelaskan partisipas i pesanggem dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang-parit. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis hubungan korelasi antara variabel tersebut.

2.11 Kerangka Pe mikiran

Persepsi pesanggem mengenai hutan mangrove dalam penelitian ini didefinisikan menjadi tiga, yaitu: 1 persepsi pesanggem mengenai ekosistem hutan mangrove; 2 persepsi pesanggem mengenai fungsi ekologi hutan mangrove; dan 3 persepsi pesanggem mengenai fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove. Masing- masing variabel tersebut dirinci lagi indikator- indikatornya agar dapat diukur dan pada akhirnya dapat menilai apakah persepsi mereka mengenai hutan mangrove adalah negatif atau positif. Persepsi pesanggem mengenai hutan mangrove ini diduga memiliki hubungan korelasi dengan partisipasi pesanggem dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang-parit. Ke terangan : = A lur Berhubungan Gambar 2. Kerangka Pe mikiran Partisipasi masyarakat dalam prakteknya terdiri dari empat bentuk tahapan Pamudji, 1997 dalam Asnawati, 2004; Cohen dan Uphoff, 1977 dalam Makmur, 2005, yaitu: 1 tahap perencanaan; 2 tahap pelaksanaan; 3 tahap monitoringevaluasi; 4 tahap menikmati hasil. Masing- masing bentuk tahapan tersebut dirinci lagi indikator- indikatornya agar dapat diukur dan pada akhirnya Persepsi Pesanggem Mengenai Hutan Mangrove 1. Persepsi Mengenai Ekosistem Hutan Mangr ove

2. Persepsi

Mengenai Fungsi Ek ologi Hutan Mangr ove 3. Persepsi Mengenai Fungsi Sosial-ekonomi Hutan Mangr ove Partisipasi Pesanggem dalam Pengelolaan Tambak Ramah Lingkungan Model Empang-Parit

1. Tahap Perencanaan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Monitoringevaluasi

4. Tahap Menik mati Hasil

dapat menilai apakah partisipasi pesanggem dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang-parit adalah rendah atau tinggi. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat tiap tahapan partisipasi berasal dari Naskah perjanjian kerjasama PHBM Plus antara Perum Perhutani KPH Purwakarta dengan LMDH “Mina Wana Lestari” 2007 tentang pelaksanaan pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang-parit. Persepsi pesanggem mengenai ekosistem hutan mangrove, persepsi pesanggem mengenai fungsi ekologi hutan mangrove, dan persepsi pesanggem mengenai fungsi sosial ekonomi hutan mangrove dilihat hubungan korelasinya dengan partisipasi pesanggem dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang parit. Analisis hubungan variabel ini penting dilakukan bagi peningkatan partisipasi pesanggem dalam kegiatan pembangunan yang diadakan Perum Perhutani. Apabila memang berhubungan, maka salah satu usaha yang dapat ditempuh oleh Perum Perhutani agar pesanggem berpartisipasi aktif dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan dan melestarikan mangrove adalah dengan memperbaiki persepsi pesanggem terhadap hutan mangrove. Dengan berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan tambak ramah lingkungan model empang-parit, yaitu mengikuti setiap bentuk tahapan dengan baik, pesanggem mendapatkan manfaat ganda, yaitu mendapatkan manfaat langsung dari hutan mangrove dan dapat memelihara ikan atau udang di tambak.

2.12 Hipotesis Penelitian