46
pernah mengalami perma pemesan kontrak.
Di samping itu, ad tetap. Jika produksi kare
menjualnya kepada kons seperti pemesan kontrak,
telepon.
5.2.4 Kemitraan Dal
Pola kemitraan ya salah satu hubungan kem
kebun karet dengan indus keunggulan dari pola inti p
atau menengah sebagai in cara pengusaha besar ata
bimbingan, pengolahan h hasil serta peluang bisnis d
Pada kemitraan in berkewajiban menyediaka
dan memberikan bonus ata dalam pembudidayaan, pe
hasil panennya ke perusah Sementara itu, kem
kelompok. Satu kelompo hubungan kekerabatan ata
tanaman karet, tetapi ada j Luas total area per
tanaman yang sudah me 465,224. Sedangkan tanam
sebanyak 311,796. Sedan dan lahan pembibitan 20.1
Ga
46
masalahan. Setelah diproduksi, karet alam tersebut kem ada juga konsumen yang membeli karet alam secara
aret alam melebihi pemesanan dari pemesan kontrak, m nsumen lain dengan melakukan penawaran terlebih
k, perusahaan melakukan penawaran kepada konsum
alam Rantai Pasok
yang dianut oleh perusahaan ini adalah inti plasma. I emitraan antara kelompok mitra sebagai plasma, dala
dustri pengolahan selaku perusahaan inti. Menurut Haf ti plasma adalah dapat memberikan manfaat timbal balik
i inti dengan usaha kecil sebagai plasma. Manfaat ters atau menengah memberikan pembinaan serta penyed
hasil dan pemasaran, dengan begitu perusahaan besar is dengan pengusaha kecil sebagai plasma.
ini, perusahaan memiliki beberapa tugas dan ta kan sarana dan prasarana penunjang produksi, member
atas produktivitas yang telah dilakukan, sedangkan peta perawatan dan pemeliharaan, sampai pemanenan, kem
ahaan inti. kemitraan yang terjalin antara petani kebun karet pla
pok biasanya terdiri atas 20-25 orang petani kebun k atau kedekatan tempat tinggal. Tidak semua petani be
a juga yang memanen lateks dan mengumpulkan sekalig erkebunan PT. Condong Garut adalah 2,714.81 Ha Ga
enghasilkan memiliki luas area 1,758.62 Ha dan ju naman yang belum menghasilkan memiliki luas 759.18
angkan sisanya adalah lahan opening seluas 173.19 Ha 0.17 Ha.
Gambar 25. Area perkebunan karet PT. Condong Garut Tanaman Menghasilkan
Tanaman Belum Menghasilkan
OPENING ENTRES
Pembibitan
46
emudian dikirim kepada ara tidak menentu tidak
, maka perusahaan akan h dahulu. Hampir sama
men tidak tetap melalui
. Inti plasma merupakan lam hal ini yaitu petani
Hafsah 2000, salah satu lik dari perusahaan besar
rsebut diperoleh melalui ediaan sarana produksi,
ar telah membagi resiko tanggung jawab, yaitu
berikan upah yang layak, etani bertanggung jawab
mudian petani mengirim plasma terjadi di dalam
karet yang mempunyai bertugas untuk budidaya
ligus menyaringnya. Gambar 25. Untuk jenis
jumlah pohon sebanyak 18 Ha dan jumlah pohon
Ha, lahan entres 3.65Ha,
ut Tanaman Menghasilkan
Tanaman Belum Menghasilkan
OPENING ENTRES
Pembibitan
47
5.2.5 Resiko Rantai Pasok
Resiko rantai pasokan pada komoditas karet alam ini dibagi menjadi dua, yaitu resiko operasional serta resiko lingkungan dan kebijakan. Resiko operasional merupakan resiko yang terjadi
berupa masalah teknis, dan pada umumnya disebabkan oleh cuaca, penyakit tanaman karet dan serangan binatang, serta kesalahan dari sumber daya manusia. Resiko operasional ini sangat
mempengaruhi hasil produksi, seperti adanya jamur pada pohon karet sehingga mempengaruhi kualitas lateks, kadar karet kering menurun akibat cuaca sedang hujan, atau kuantitas lateks yang
rendah akibat kesalahan pemanenan yang dilakukan pekerja. Di setiap tahapan kegiatan pemeliharaan dan pengolahan memang rentan dengan kesalahan dan kerugian, namun jika SDM yang
menanganinya terampil dan teliti, hal itu dapat diminimalisir. Resiko kebijakan dan lingkungan merupakan faktor eksternal yang sifatnya tidak pasti. Resiko
ini umumnya berasal dari Pemerintah sebagai penentu kebijakan Negara. Contoh dari resiko ini adalah kenaikan harga BBM atau Tarif Dasar Listrik dan kebijakan pemerintah mengenai peraturan lalu
lintas barang dan jasa.
5.3 Green Map Rantai Pasok Ribbed Smoked Sheet
5.3.1 Analisis Seven Green Wastes
Pada setiap proses rantai pasokan pada agroindustri karet yang berada di Garut ini dilakukan analisis mengenai tujuh sumber pembangkit limbah. Wills 2009 dalam bukunya “Green Intentions:
Creating a Green Value Stream to Compete and Win” membagi limbah pada suatu perusahaan ke dalam tujuh jenis yang kemudian dikenal dengan seven green wastes, ketujuh seven green wastes
tersebut di antaranya adalah energi, air, bahan, sampah, transportasi, emisi dan biodiversitas. Masing- masing tahapan proses dilakukan identifikasi terhadap seven green wastes yang ditimbulkan dari
kegiatan budidaya dan produksi yang termasuk dalam proses inti pada mekanisme rantai pasok. Energi seringkali didefinisikan dalam ruang lingkup aktivitas yang luas, namun di dalam
permasalahan ini, limbah energi yang dimaksudkan adalah penggunaan listrik, bahan bakar, peralatan elektronik, mesin, dan perlengkapan bangunan atau gedung, yang mencakup berbagai macam alat
penerangan dan pengamanan. Penggunaan air sama layaknya dengan penggunaan energi, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam suatu aktivitas bisnis. Dalam konsep seven green wastes
penggunaan air yang berasal dari sumber mata air maupun perusahaan air diharapkan dapat diminimalisir, namun disisi lain penggunaan air hujan dan air daur ulang yang didapatkan secara
gratis diharapkan dapat dijadikan solusi pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya air. Penggunaan material dalam konsep seven green wastes adalah keseluruhan bahan material input yang digunakan
untuk menghasilkan produk output akhir. Sedangkan sampah atau garbage yang dimaksud dalam konsep ini adalah seluruh hasil samping dari proses kegiatan produksi. Ide dari konsep green wastes
adalah untuk meniadakan jenis limbah ini, sehingga tidak ada limbah atau wastes yang dihasilkan. Konsep meminimalisasi perpindahan dan transportasi yang terjadi dalam proses kegiatan
ekonomi merupakan hal penting yang juga menjadi fokus dalam analisis seven green wastes. Perpindahan dan transportasi dianggap tidak diperlukan, karena dapat meningkatkan biaya produksi
pada keseluruhan aktivitas. Emisi berkontribusi terhadap peningkatan jumlah polutan di alam dan berdampak pada lingkungan secara keseluruhan. Sumber emisi dalam aktivitas industri dapat berasal
dari semua kegiatan yang menggunakan energi, baik itu bahan bakar maupun listrik. Konsep jenis limbah biodiversitas adalah sejumlah ganti rugi yang harus dibayarkan pelaku kegiatan ekonomi atas
perusakan atau perubahan biodiversitas yang terjadi akibat aktivitas kegiatan yang dilakukan. Jenis perusakan biodiversitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu perusakan secara langsung one-time
destruction atau penghancuran, dan perusakan secara bertahap continual destruction.