Anggota Rantai Pasok Aktifitas Anggota Rantai Pasok

44 Aliran rantai pasokan karet alam dimulai dari petani sebagai pemasok bahan baku karet alam. Hasil panen dari petani akan dikumpulkan dan disaring terlebih dahulu sebelum dikirim. Mekanisme pengiriman lateks dilakukan ketika lateks sudah terkumpul dan tersaring kemudian langsung dikirim ke pabrik pengolahan. Alat transportasi yang digunakan oleh petani untuk mengantarkan lateks kepada pabrik adalah dengan menggunakan truk. Karet alam yang dihasilkan oleh pabrik dijual langsung ke pengumpul karet alam atau eksportir yang berada diluar wilayah kabupaten Garut. Eksportir karet alam yang membeli di PT. Condong Garut paling banyak berada di wilayah Jakarta. Karet alam akan diekspor ke Amerika, Jepang, Cina, Singapur, dan Jerman. Harga beli karet alam oleh pengumpul atau eksportir bergantung pada kualitas karet alam yang dipesan. Semakin baik kualitas karet alam, maka semakin mahal harga karet alam tersebut. Aliran finansial pada rantai pasokan karet alam terjadi dari pengekspor karet alam ke pengumpul karet alam atau langsung ke pabrik pengolah lateks. Selanjutnya, aliran finansial dari pabrik diteruskan ke pengumpul lateks atau langsung ke petani. Pembayaran dari eksportir kepada pabrik atau pengumpul karet alam dilakukan secara tunai ataupun transfer antar bank sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Pabrik juga memberikan modal untuk melakukan budidaya tanaman karet. Setelah dari proses pemanenan, pengumpulan dan penyaringan, petani tersebut harus mengirim lateks ke pabrik tersebut, dan pabrik memberikan bonus kepada petani atas lateks yang dihasilkan sesuai dengan kesepakatan oleh kedua belah pihak. Sistem komunikasi yang terjalin antara anggota primer dalam rantai pasokan karet alam sudah terintegrasi dengan baik. Aliran informasi terjadi pada pengekpor karet alam dan pengumpul karet alam atau langsung ke pabrik pengolah lateks. Selanjutnya dari pabrik ke pengumpul lateks atau langsung ke petani. Komunikasi antara pengekspor dengan pabrik menggunakan telepon untuk mengetahui harga yang berlaku dan tanggal pengiriman karet alam. Komunikasi antara pabrik dengan petani kebun karet berupa informasi tentang pembibitan, perawatan, pemanenan, dan kapasitas pengiriman lateks kepada pabrik. Komunikasi yang dilakukan antara petani dan pabrik biasanya dilakukan menggunakan telepon dan rapat atau musyawarah. Petani dan pabrik tersebut merupakan sebuah kemitraan yang sudah terintegrasi yang berada di daerah kawasan PT. Condong Garut. Hal yang dibahas dalam rapat atau musyawarah tersebut membahas penggunaan pupuk, bantuan sarana penunjang produksi, dan pelatihan budidaya. Komunikasi antar pabrik dan petani dilakukan secara informal seperti pihak pabrik mengunjungi langsung ke lahan perkebunan karet atau afdeling.

5.2.1 Anggota Rantai Pasok

Pemasok lateks dan bahan penunjang produksi merupakan pemasok utama bahan baku dalam rantai pasokan karet alam ini. Prosesor dalam rantai pasokan ini adalah pabrik pengolah lateks yang menjadi anggota utama dari rantai pasokan. Selain bertanggung jawab dalam pembelian biji, pupuk, dan bahan pendukung lainnya, pabrik juga bertanggung jawab dalam pengolahan lateks menjadi produk olahan yaitu Ribbed Smoked Sheet RSS dan pengolahan limbah padatnya seperti lump menjadi produk olahan yang punya nilai tambah yaitu Brown Crepe. Anggota terakhir dalam rantai pasokan ini adalah konsumen luar negeri, namun konsumen akhir dalam rantai pasok PT. Condong Garut adalah pengumpul dan eksportir karet alam. Kedua konsumen ini biasanya membeli produk yang sudah dipesan ataupun yang tersedia dalam stok pengaman di pabrik. Perusahaan pun mempunyai bentuk kerjasama yang telah disepakati dengan para konsumennya, berupa kontrak perjanjian tertulis. 45

5.2.2 Aktifitas Anggota Rantai Pasok

Rantai pasokan dimulai ketika PT. Condong Garut menerima lateks dari semua afdeling dan memesan bahan pendukung produksi. Perusahaan melakukan pembelian dengan pemasok tanpa ikatan kontrak. Biasanya perusahaan memesan bahan pendukung seperti pupuk, amonia, asam semut, asam sulfat selama dua bulan sekali. Sedangkan pembelian biji karet dilakukan setahun sekali. Adanya prakiraan permintaan produksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk merencanakan proses produksi, perusahaan menginformasikan kebutuhan lateks kepada setiap afdeling. Setiap afdeling mempunyai plasma unggul berdasarkan Tempat Pengumpulan Hasil TPH yang ada. TPH merupakan tempat pengumpulan dan penyaringan lateks oleh para plasma. Para plasma ini pun akan memberikan informasi kepada pabrik pengolahan atas jumlah lateks yang akan dikirim. Sebuah kelompok plasma beranggotakan antara 20 sampai 30 orang dimana orang-orang tersebut sudah dibagikan tugasnya seperti merawat tanaman karet, menyadap dan menyaring lateks. Jika lateks telah dikumpulkan, masing-masing plasma langsung mengirim lateks tersebut ke pabrik pengolahan. Proses selanjutnya adalah penerimaan bahan baku dan pengukuran kadar karet kering. Penerimaan lateks di pabrik dilakukan selama 1 jam dan dilihat nilai kadar karet kering yang diterima sehingga jumlah produksi karet alam pun dapat diestimasi. Selanjutnya dilakukan pengenceran dan koagulasi, penggilingan, pengasapan, sortasi, dan pengepakan. Sortasi yang dilakukan perusahaan masih manual, yaitu dengan menggunakan tangan dan gunting. Jumlah lateks yang diolah menjadi RSS didasarkan pada persediaan produk, bukan permintaan. Namun jika dirata-ratakan, kapasitas produksi per harinya adalah 4 ton per hari. Seluruh kegiatan pengolahan lateks menjadi RSS dilakukan oleh perusahaan, begitu juga pengolahan limbah yang mempunyai nilai tambah yaitu pengolahan lump menjadi Brown Crepe. Kedua produk olahan ini pun disortasi berdasarkan standar mutu yang ada, sehingga mempunyai beberapa produk prospektif yang dibutuhkan oleh konsumen. Semakin tinggi kualitas karet alam, maka semakin tinggi harga jual dan nilai tambahnya. Karena ada berbagai jenis produk yang dihasilkan, konsumen dapat memesan karet alam sesuai kebutuhan dan pabrik pun dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Konsumen, eksportir, dan pengumpul dapat membeli produknya melalui kontrak tertulis, ataupun ketika mereka membutuhkan produk dan biasanya dilakukan setiap awal semester. Pengiriman produk kepada konsumen dilakukan menggunakan truk. Sementara uang dari konsumen dilakukan pembayaran secara tunai atau transfer antar bank.

5.2.3 Sistem Transaksi