Implikasi Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN

73

5.5.2 Validasi

Validasi berfungsi sebagai pembuktian bahwa aplikasi dari model terkomputerisasi, dalam penelitian ini adalah program AGROGREENRUBBER, telah dapat mempresentasikan kondisi nyata dan menjawab masalah sebenarnya dari pihak perusahaan PT. Condong Garut. Pada tahapan validasi ini diharapkan tahapan operasional dari program AGROGREENRUBBER dapat menghasilkan keluaran yang konsisten dan memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan model tersebut. Teknik validasi yang digunakan terhadap program AGROGREENRUBBER adalah teknik face validity. Menurut Sargent 2007, face validity merupakan teknik validasi yang dilakukan dengan menanyakan kepada pakar orang yang berkompeten mengenai ketepatan model dan perilaku model yang dirancang. Pakar yang melakukan validasi akan mengecek ketepatan konsep logika dari model yang dirancang serta hubungan yang tepat dan rasional antara input dan output yang digunakan pada model. Proses face validity dilakukan bersama dengan dua orang pakar, yaitu : 1. Ir. Dadang Suparto, MS Pihak Perkebunan Nusantara. Pakar ini melakukan validasi terhadap rancangan model pemilihan produk prospektif. 2. Bapak Yanto Pihak perusahaan PT. Condong Garut. Pakar ini melakukan validasi terhadap rancangan model pemilihan konsumen potensial, model penentuan strategi pemilihan plasma unggul, dan model rekomendasi terhadap pengukuran kinerja rantai pasok oleh sistem. Kedua pakar tersebut menilai bahwa model yang dikembangkan cukup dapat mempresentasikan faktor-faktor serta tahapan-tahapan yang dipertimbangkan dalam proses pemilihan produk prospektif, konsumen potensial, dan strategi pemilihan plasma unggul. Selain itu, model yang dikembangkan juga sesuai dengan informasi-informasi serta arahan yang mereka berikan kepada peneliti.

5.6 Implikasi Manajerial

Sistem penunjang keputusan ini mempunyai implikasi yang sangat besar bagi pihak perusahaan, karena model yang dibangun merupakan representasi dari permasalahan yang ada di perusahaan. Dengan adanya sistem ini, perusahaan mempunyai alat bantu pengambilan kebijakan mengenai produk yang harus dikembangkan dan memaksimalkan konsumen potensial yang merupakan tujuan penjualan produk berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pakar. Keluaran hasil produk dari sistem diharapkan dapat disesuaikan dengan kapasitas sarana produksi dan SDM sehingga dapat tercapai produktivitas optimal dan keuntungan maksimal. Ketidakpuasan perusahaan terhadap plasma karena pasokan bahan baku berupa lateks, seringkali mempunyai kualitas yang tidak seperti apa yang diharapkan dan siklus pemeliharaannya yang sedikit lebih cepat. Oleh karena itu, dengan adanya sistem penunjang keputusan AGROGREENRUBBER diharapkan perusahaan dapat menentukan strategi untuk pemilihan plasma yang akan dipercayai sebagai mitra perusahaan untuk memelihara dan merawat kebun karet. Plasma yang bermitra dengan perusahaan selama ini, hanya memanen dan menyaring lateks saja. Sebaiknya untuk perbaikna ke depan, perusahaan juga harus menilai kelompok plasma tersebut berdasarkan alternatif-alternatif yang dihasilkan dari sistem penunjang keputusan ini. Perusahaan juga dapat memberikan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh plasma berdasarkan alternatif yang dihasilkan dari sistem agar mereka menyadari bahwa untuk mendapatkan produk kualitas, diperlukan lebih sekedar memanen dan menyaring lateks, tetapi juga harus ditunjang dengan lokasi pemeliharaan, saran dan prasarana yang memadai, jumlah anggota plasma yang ideal, teknologi dan keuletan petani, dan kualitas lateks. 74 Setiap hari, biasanya para plasma dikunjungi oleh koordinator dari pihak perusahaan, hanya untuk mengawasi pemeliharaan dan perawatan tanaman karet. Namun dari aksi itu saja, dirasa belum cukup oleh para plasma, karena tidak ada ilmu yang diperoleh. Plasma yang belum mempunyai kriteria cukup untuk dijadikan mitra perusahaan, sebaiknya diberikan penyuluhan. Penyuluhan atau pelatihan telah dilakukan sebenarnya, namun hanya diberikan dua kali dalam setahun. Pihak pemerintah yang bertanggung jawab mengenai agroindustri karet alam, dalam hal ini Departemen Kehutanan maupun Riset Perkebunan Nusantara juga diharapkan dapat memberikan penyuluhan- penyuluhan yang sifatnya lebih intensif. Implikasi lainnya yaitu perusahaan mampu mengukur kinerjanya selaku pemelihara dan prosesor utama dalam agroindustri karet alam ini. Dengan adanya model pengukuran kinerja, perusahaan dapat menilai sendiri dimana faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan harus dipertahankan. Kinerja perusahaan yang baik dapat menjadi faktor kesuksesan dan kunci berkembangnya perusahaan. Informasi rantai pasok karet alam yang disajikan juga dapat menjadi informasi bagi Departemen Perindustrian dan Departemen Kehutanan maupun Riset Perkebunan Nusantara. ✞✟

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tema sistem penunjang keputusan manajemen rantai pasok karet alam dengan pendekatan Green Suplly Chain Operations Reference studi kasus di PT. Condong Garut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Rantai pasokan merupakan interaksi dari beberapa pihak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Rantai pasokan karet alam terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan nilai yang lain membentuk rantai nilai industri. Anggota utama rantai pasokan karet alam di Indonesia terdiri dari pemasok, pendistribusi, pengolah, dan konsumen pasar. Pada PT. Condong Garut, petani kebun karet bertugas sebagai pemasok bahan baku, pemanen lateks, pengumpul dan penyaring lateks dan juga pendistribusi lateks ke pabrik. Pabrik sebagai pengolah bertugas untuk melakukan pemrosesan RSS dan Brown Crepe. Karet alam yang sudah diproses akan dipasarkan kepada para pengumpul dan eksportir. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan karet alam yang berkualitas. 2. Berdasarkan hasil analisis tujuh indikator penilaian pada green stream map rantai pasok RSS di PT. Condong Garut menunjukan bahwa untuk memproduksi ribbed smoked sheet sebesar 120 tonbulan, dibutuhkan energi berupa listrik sebesar 14,530 Kwh, air sebanyak 1,289 m 3 , material yang terbuang sebanyak 132,961 Kg, sampah sisa hasil produksi sebesar 147,353.6 Kg, transportasi yang ditempuh 2,769.17 Km dan emisi yang ditimbulkan sebesar 3,096.2 Kg CO 2 . Ketujuh indikator penilaian tersebut kemudian diukur di tiap tahapan prosesnya, mulai dari kegiatan budidaya tanaman karet sampai menghasilkannya RSS. 3. Dengan dibuatnya suatu sistem penunjang keputusan diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan berupa hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh. Kebutuhan akan sistem penunjang keputusan tersebut diimplementasikan dalam suatu program AGROGREENRUBBER. Sistem ini dilengkapi dengan model-model pemilihan yang merupakan representasi dari permasalahan yang ada di perusahaan. Model-model yang tersedia yaitu model pemilihan produk prospektif, model pemilihan konsumen potensial, model penentuan strategi pemilihan plasma unggul, dan model pengukuran kineja rantai pasok perusahaan. 4. Hasil keluaran dari model pemilihan produk prospektif menunjukkan bahwa produk terbaik untuk diproduksi adalah Ribbed Smoked Sheet I. Sementara model pemilihan konsumen potensial menyimpulkan bahwa konsumen terbaik untuk menawarkan produk olahan karet alam adalah WTP. Hasil keluaran dari kedua model tersebut didasarkan pada hasil perhitungan metode perbandingan eksponensial MPE. 5. Model penentuan strategi pemilihan plasma unggul menghasilkan alternatif-alternatif yang dapat mewakili penilaian perusahaan inti terhadap plasma sebagai mitra perusahaan dalam pengelolaan perkebunan karet. Alternatif-alternatif tersebut diperoleh melalui pembobotan dengan pendekatan AHP Analytical Hierarchy Process berdasarkan faktor-faktor kunci yang membuat suatu plasma unggul. Alternatif-alternatif tersebut jika diurutkan dari bobot yang paling besar yaitu merawat, memanen dan menyaring lateks sesuai prosedur sebesar 0.420, memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebesar 0.268, memiliki lokasi pemeliharaan