61
Untuk meningkatkan produksi tangkapan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya perikanan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara
lain: 1 peningkatan trip penangkapan dan daya jelajah dengan memperhatikan fishing ground dan jenis alat tangkap yang dioperasikan, 2 pemberian bantuan
permodalan, dan 3 penetapan lokasi dan pengelolaan suaka perikanan.
5.4 Identifikasi Kawasan Suaka Perikanan
Pada saat penelitian ini dilaksanakan, Pemerintah Daerah melalui Bappeda dan Dinas Perikanan dan Peternakan melakukan pengambilan titik lokasi suaka
perikanan sebagai bahan revisi RTRW Kab. HSU. Gambar 21 menunjukkan kondisi lokasi suaka perikanan. Luasan kawasan suaka perikanan yang ada di
Kab. HSU dapat dilihat pada Tabel 19.
a b
c d Gambar 21 Kondisi Lokasi Suaka Perikanan a Hambuku Lima, b Longkong,
c Putat Atas, dan d Tampakang
62
Tabel 19 Luas Kawasan Suaka Perikanan di Kab. HSU
No. Desa Kecamatan
Luas Kawasan Suaka Perikanan ha
1. Longkong
Danau Panggang 0,93
2. Hambuku Lima
Babirik 0,06
3. Putat Atas
Sungai Pandan 0,30
4. Tampakang
Paminggir 1,27
Jumlah 2,57
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui kawasan suaka perikanan yang berada pada empat kecamatan seluas 2,57 ha. Lokasi suaka perikanan berada di Desa
Hambuku Lima, Longkong, Putat Atas dan Tampakang. Luas keseluruhan ini masih kurang dibandingkan luas rawa lebak sebagai potensi perikanan 35.511,2
ha, sehingga perlu dilakukan penambahan suaka perikanan. Berdasarkan kriteria teknis yang ada, diidentifikasi lokasi yang berpotensi
menjadi calon lokasi suaka perikanan. Secara spasial calon lokasi suaka perikanan dapat ditunjukkan pada Gambar 22, sedangkan lokasi dan posisi calon lokasi
suaka perikanan seperti pada Tabel 20. Tabel 20 Lokasi dan Posisi Usulan Calon Lokasi Suaka Perikanan
No. Lokasi Calon Lokasi Suaka Perikanan
Posisi Nama Desa
Nama Kecamatan Bujur Timur
Lintang Selatan 1.
Tampakang Paminggir
115
o
05’ 2
o
18’ 2.
Pal Batu Paminggir
115
o
01’ 2
o
21’ 3.
Pandamaan Danau Panggang
115
o
10’ 2
o
25’ 4.
Baru Danau Panggang
115
o
12’ 2
o
22’ 5.
Pajukungan Hilir Babirik
115
o
08’ 2
o
29’ 6.
Sungai Dalam Babirik
115
o
11’ 2
o
30’ 7.
Teluk Limbung Babirik
115
o
11’ 2
o
33’ 8.
Sungai Durait Hilir Babirik
115
o
17’ 2
o
33’ 9.
Sungai Durait Tengah Babirik
115
o
18’ 2
o
32’ 10.
Danau Cermin Amuntai Tengah
115
o
23’ 2
o
31’ 11.
Pulau Tambak Amuntai Selatan
115
o
20’ 2
o
23’ 12.
Banyu Hirang Amuntai Selatan
115
o
20’ 2
o
22’
63
Ga mbar
22 P eta
Usula n
C alon Loka
si S ua
ka P
eri ka
na n
64
Karena adanya keterbatasan peneliti, maka identifikasi calon lokasi suaka perikanan lebih diutamakan dengan menggunakan Peta Penggunaan Lahan Tahun
2011 musim kemarau. Calon-calon lokasi suaka perikanan Tabel 20 merupakan wilayah-wilayah yang selalu tergenang sepanjang tahun dan memiliki
fluktuasi air yang besar 2-4 m, terhubung dengan daerah tangkapan atau dekat sungai, serta memiliki vegetasi. Fluktuasi air pada suaka perikanan memegang
peranan penting agar ikan dapat menyebar ke perairan sekitar dan menyumbangkan benih secara alami, sehingga produksi perikanan tangkap di
perairan umum sekitar suaka perikanan meningkat. Kanal merupakan bagian yang penting sebagai jalur ruaya, pada saat air mulai naik awal musim
penghujan ikan cepat menyebar lewat kanal, sedangkan saat mulai surut awal musim kemarau ikan cepat menuju suaka lewat kanal. Tumbuhan merupakan
bagian yang penting bagi suaka perikanan karena merupakan tempat pemijahan dan mencari makanan bagi ikan.
Salah satu kriteria penting untuk menentukan suatu lokasi menjadi suaka perikanan agar dapat berfungsi sebagai sumber benih adalah ketersediaan pakan
alami seperti plankton, bentos, perifiton, serangga air dan buah pepohonan vegetasi reparian Sugianti et al., 2009.
Secara ekologis, produktivitas sumber daya perikanan banyak tergantung pada keberadaan fitoplankton dalam suatu
perairan. Keberadaannya sangat berperan dalam menjamin keberlangsungan hidup organisme perairan lainnya secara berkelanjutan. Fitoplankton merupakan
sumber pangan dan bahan organik serta mata rantai utama dalam suatu sistem rantai makanan di perairan Sachoemar, 2006. Selain itu, karena respon yang
cepat terhadap perubahan lingkungan, menyebabkan fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator kualitas air. Hanya jenis fitoplankton yang mempunyai daya
toleransi tinggi yang dapat hidup di dalam ekosistem yang tercemar Sugianti et al., 2009.
Rawa lebak yang memiliki hutan rawa merupakan habitat yang produktif karena banyak tersedia pakan alami serangga air, perifiton dan lain-lain,
merupakan daerah pemijahan dan lindungan bagi anak-anak ikan. Hutan rawa
65
juga merupakan sumber nutrien di perairan yang berasal dari penguraian daun- daun yang jatuh Utomo et al., 2009.
Selama ini belum ada aturan yang baku tentang luas ideal suaka perikanan pada suatu perairan, hal ini disebabkan karena setiap perairan memiliki kondisi
yang berbeda. Menurut Kartamihardja et al. 2010, sebaran juvenile ikan muda akan menentukan luasan kawasan suaka perikanan. Semakin tinggi sebaran
juvenile, maka semakin luas suaka perikanan yang diperlukan sebagai daerah perlindungan ikan. Menurut Nuitja 2010, faktor-faktor penentu penyebaran ikan
pada suatu perairan adalah suhu, kelembaban serta faktor fisik dan kimia. Faktor lain yang menentukan penyebaran terbatas bagi ikan antara lain: adanya
pemangsaan dan persaingan. Ikan akan bertahan di suatu lingkungan perairan jika memiliki cukup makanan, mampu berkembang biak dan terhindar dari pemangsa.
Jika dari kondisi-kondisi tersebut tidak didapatkan, maka ikan akan migrasi ke daerah yang diinginkan.
Penentuan luas
suaka perikanan
di rawa
lebak juga
perlu mempertimbangkan kondisi stok ikan. Pada perairan dengan kondisi overfishing,
luas suaka perikanan dapat lebih kecil karena hanya berfungsi sebagai daerah lindungan induk ikan. Fungsi suaka perikanan sebagai pemasok benih dapat
dilakukan dengan campur manusia melalui hatchery. Hatchery atau tempat produksi benih akan berperan sebagai pemasok benih sehingga terjadi efisiensi
lahan dan waktu. Di hatchery, waktu produksi dan jumlah benih yang dihasilkan akan lebih terkontrol. Diharapkan produksi benih di hatchery dapat memenuhi
permintaan benih di daerah penangkapan di sekitarnya pada perairan dengan kondisi stok ikan yang overfishing.
Pada kondisi stok ikan underfishing, suaka perikanan dapat lebih luas dari perairan yang overfishing. Kawasan suaka perikanan sebagai daerah perlindungan
akan dapat berfungsi sebagai daerah pemijahan, asuhan dan pembesaran ikan sehingga dapat memasok benih maupun calon induk ikan ke daerah penangkapan
di sekitarnya untuk keperluan peremajaan stok ikan recruitment. Atas dasar pertimbangan keadaan kondisi stok ikan yang masih
underfishing, maka luas suaka perikanan di Kab. HSU ditentukan seluas 5 dari luas wilayah atau seluas 1.775,6 ha. Penentuan ini belum mempertimbangkan
66
sebaran juvenile karena belum ada data yang tersedia. Penentuan ini berdasarkan data dari Diskan Kab.HSU tentang usulan wilayah kawasan suaka perikanan di
Kab. HSU. Kawasan suaka perikanan ini tersebar di 5 kecamatan dan 12 desa Tabel 20. Luasan suaka perikanan yang ditentukan merupakan luas keseluruhan
suaka perikanan di Kab. HSU. Luasan suaka perikanan pada setiap perairan desa belum ditentukan karena harus di lakukan pengamatan secara lebih detail di
semua calon lokasi suaka perikanan. Mengingat peran dan fungsinya yang sangat penting, maka suaka perikanan
harus terlindung dari dampak negatif akibat kegiatan di luar perikanan yang dilakukan di sekitarnya. Sebagai solusi alternatif dalam mempertahankan dan
mengembangkan status kawasan dibutuhkan penetapan aturan formal tingkat daerah, strategi pengelolaannya secara terpadu, serta monitoring dan evaluasi
secara intensif. Dengan adanya pengembangan potensi rawa lebak berdasarkan fungsi
kawasan tangkap dan kawasan suaka perikanan diharapkan terjadi peningkatan produksi dan terjaganya kelestarian sumber daya. Luasnya potensi perikanan yang
dimiliki memerlukan pengelolaan sumber daya perikanan secara tepat dan bijaksana sehingga tujuan peningkatan produksi dan terjaganya kelestarian
sumber daya perikanan dapat tercapai. Pengelolaan sumber daya perikanan yang bijaksana dengan melibatkan berbagai stakeholder akan menjadikan sektor
perikanan mampu memberikan kontribusi secara berkelanjutan.
5.5 Persepsi Stakeholder