11
Rawa lebak yang dimanfaatkan sebagai pengembangan perikanan termasuk rawa lebak tengahan, rawa lebak dalam sampai rawa lebak sangat dalam. Jenis
ikan yang hidup pada ekosistem rawa lebak ini terdiri atas tidak kurang 100 jenis. Perikanan lebak bersifat tangkap sehingga ke depan sangat tergantung pada
habitat alamnya. Perubahan dari kegiatan tangkap menjadi budidaya menetap diperlukan untuk meningkatkan sumbangan sektor perikanan dalam pembangunan
pertanian secara luas Noor, 2007. Pemeliharaan ikan introduksi di lahan lebak dangkal dapat dilakukan dengan sistem kolam di pekarangan atau sistem keramba
Alihamsyah, 2005. Daerah rawa lebak Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai potensi besar
dalam sektor perikanan terutama perikanan tawar. Inventarisasi potensi dan sistem budidaya perikanan dilakukan oleh LP IPB dengan pengumpulan data
sekunder dari Dinas Perikanan dan peninjauan lapang di sentra produksi atau tempat-tempat penangkapan ikan rawa di lahan rawa lebak Kabupaten Hulu
Sungai Utara. Hal-hal yang diperhatikan dalam inventarisasi ini adalah jumlah produksi ikan pada berbagai musim, jenis-jenis ikan yang ditangkap, teknik-
teknik penangkapan, jenis-jenis ikan yang langka, teknik pengolahan hasil perikanan, teknik budidaya dan pengamatan sistem pemasaran hasil-hasil
perikanan LP IPB, 2002.
2.5 Fungsi Kawasan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, fungsi utama kawasan dalam penataan ruang dibedakan menjadi kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekologi kawasan
sekitarnya. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya termasuk peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perikanan, pertambangan,
pemukiman, industri, pariwisata, tempat ibadah, pendidikan dan pertahanan keamanan.
12
Peraturan perundangan yang saat ini digunakan dalam penetapan kawasan lindung gambut antara lain adalah Keppres No.32 tahun 1990. Berdasarkan
peraturan perundangan tersebut kawasan lindung gambut merupakan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya atau kawasan
sekitarnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa perlindungan terhadap kawasan bergambut ini dilakukan untuk mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi
sebagai penghambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan bersangkutan. Kriteria lindung untuk kawasan bergambut adalah
tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.
2.6 Kawasan Suaka Perikanan
Menurut Ostrom et al. 1994 dalam Rustiadi et al. 2009, sungai, pantai, padang gembala, saluran air, air tanah dan hutan tropis termasuk common pool
resources CPRs. Salah satu masalah dan sekaligus penciri dari sumber daya CPRs
adalah kecenderungan
pemanfaatan yang
berlebih overuse.
Kecenderungan overuse dapat menyebabkan congestion yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara supply dan demand. Sumber daya yang dipanen
dengan laju melebihi kemampuan regenerasi alamiahnya di alam akan punah seperti ikan yang ditangkap nelayan dengan penangkapan ilegal illegal fishing.
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan
pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal,
bertanggung jawab agar tetap lestari dan berkesinambungan perlu dilaksanakan dan ditetapkan kawasan konservasi pada daerah yang potensi penangkapannya
besar dan optimal, berdaya guna dan berhasil guna bagi nelayan atau masyarakat setempat, terjaminnya usaha serta pengelolaan yang serasi antar sektor yang
berkepentingan. Menurut Abrahamsz et al. 2005, sebagai upaya untuk mengelola wilayah
secara berkelanjutan, maka telah banyak dirumuskan dan dilakukan langkah-
13
langkah antisipatif, salah satunya dengan menerapkan konsep konservasi untuk memberikan perlindungan bagi sumber daya wilayah. Menurut Cooke et al.
2005, strategi konservasi harus memasukkan penelitian, pendidikan, dan sosialisasi karena dengan pemahaman pentingnya konservasi akan meningkatkan
dukungan terhadap konservasi. Pengelolaan perikanan tangkap di rawa lebak mengatur kegiatan
penangkapan ikan di perairan dalam rangka menjamin kesinambungan produktivitas sumber daya dan tujuan perikanan lainnya. Tujuan pengelolaan
perikanan tangkap dapat ditetapkan meliputi: 1 menjamin keberlanjutan perikanan dan keadilan dalam distribusi manfaat sumber daya perikanan, 2
memelihara lingkungan tempat hidup stok ikan, dan 3 meningkatkan produksi lebih tinggi dari apa yang dapat diperoleh hanya oleh proses alami Hartoto,
2003. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan strategi
memaksimalkan hasil tangkapan dan melakukan tindakan konservasi. Adanya kecenderungan penurunan produksi perikanan tangkap dan peningkatan
permintaan produk perikanan, memerlukan upaya peningkatan produksi untuk mengimbanginya dengan memperhatikan aspek ruang secara berkelanjutan. Hal
ini menjadi tantangan untuk mengharmoniskan antara kebutuhan ekonomi dan ekologi.
Sumber daya ikan pada suatu perairan, akan bertambah jika laju pertumbuhan dan laju peremajaan ditingkatkan. Sebaliknya akan berkurang jika
ditangkap nelayan atau mengalami kematian alami. Agar sumber daya ikan lestari maka laju pertumbuhan dan peremajaan harus lebih besar dari pada ikan yang
ditangkap nelayan atau mengalami kematian alami. Untuk meningkatkan stok ikan tangkapan nelayan maka laju pertumbuhan dan laju peremajaan harus
diperbesar dengan menetapkan suaka perikanan atau dengan kegiatan restoking jenis ikan yang sesuai dengan kondisi perairan.
Alternatif langkah untuk melestarikan plasma nuftah perikanan adalah dengan penyediaan suaka perikanan. Penyediaan suaka perikanan merupakan
salah satu cara pengelolaan sumber daya perikanan yang efektif dan efisien,
14
karena secara langsung dapat melindungi dan meningkatkan sumber daya perikanan Utomo et al., 2005 dalam Sugianti et al., 2009.
Suaka perikanan merupakan suatu kawasan perairan tertentu baik perairan daratan atau bahari yang mempunyai bagian-bagian tertentu sebagai tempat
perlindungan dimana ikan tidak boleh ditangkap dengan cara apapun, kapanpun, oleh siapapun. Suaka perikanan akan berfungsi sebagai badan air dimana
komunitas ikan di dalamnya dapat melangsungkan daur hidupnya, dan dapat memasok benih maupun calon induk ikan ke daerah penangkapan di sekitarnya.
Suaka perikanan diharapkan dapat memulihkan kembali daya dukung badan air sekitarnya,
sehingga dapat
memberikan manfaat
yang optimal
dan berkesinambungan bagi kemaslahatan nelayan dan masyarakat sekitarnya.
Dengan pulihnya populasi ikan di perairan sekitar suaka perikanan, maka potensi sumber daya ikan dapat lestari dan dapat berfungsi secara optimal seperti yang
diharapkan DKP, 2009.
15
III. METODE PENELITIAN