17
Tabel 1 lanjutan
No Tujuan
Data Metode
Analisis Output
3. Mengidentifikasi
kawasan suaka perikanan
Peta Administrasi
Data Curah Hujan
Peta Penggunaan
Lahan Eksisting musim kemarau
Peta Kawasan
Lindung, Sempadan Sungai dan Danau
Peta Penggunaan
Lahan Musim Kemarau dan Peta
Penggunaan Lahan Musim Hujan
Analisis Kriteria Teknis
Kawasan Suaka
Perikanan dan Analisis
Spasial 1.
Peta calon lokasi kawasan
suaka perikanan
2. Peta wilayah
potensi perikanan
tangkap
4. Mengidentifikasi
persepsi stakeholder
tentang arahan pengembangan
potensi perikanan tangkap rawa
lebak Kuesioner
AHP Persepsi
stakeholder tentang arahan
pengembangan potensi perikanan
tangkap rawa lebak
5. Merumuskan
strategi dan prioritas kebijakan
sebagai arahan pengembangan
potensi perikanan tangkap rawa
lebak
Kuesioner
Keluaran tujuan 3 point 2
Peta RTRW
SWOT, Deskriptif dan
Analisis Spasial
1. Merumuskan
alternatif kebijakan
2. Arahan
pengembangan perikanan
tangkap rawa lebak
3. Peta arahan
pengembangan perikanan
tangkap rawa lebak
Beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.4.1 Analisis Location Quotient LQ
Analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi pemusatan atau basis aktivitas dan menunjukkan peranan sektor dan mengetahui kapasitas ekspor
perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang atau jasa dari produksi suatu wilayah. Menurut Pribadi et al. 2010, untuk memetakan komoditas
unggulan wilayah data yang digunakan berupa data produksi atau produktivitas
18
sedangkan untuk memetakan sektor unggulan dapat digunakan data PDRB per sektor atau data jumlah tenaga kerja per sektor. Untuk komoditas yang berbasis
lahan seperti perikanan perhitungannya didasarkan pada luas areal, produksi atau produktivitas Hendayana, 2003. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini
adalah 1 kondisi geografis relatif seragam, 2 pola-pola aktivitas bersifat seragam dan 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ
diketahui dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di kecamatan ke-i
= derajat aktivitas ke –j pada kecamatan ke-i
= derajat aktivitas total pada kecamatan ke-i = derajat aktivitas ke-j pada total wilayah
= derajat aktivitas total wilayah i
= kecamatan yang diteliti j
= aktivitas ekonomi yang dilakukan Metode LQ pada penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi
keunggulan komparatif sebagai daerah basis kegiatan perikanan di tiap wilayah kecamatan dari aspek jumlah produksi.
Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut :
Jika nilai 1, wilayah ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk
dikembangkan sebagai basis kegiatan perikanan.
Jika nilai 1, wilayah ke-i tidak memiliki keunggulan komparatif
untuk dikembangkan sebagai basis kegiatan perikanan.
3.4.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab penurunan produksi perikanan tangkap dan arahan pengembangan perikanan tangkap di rawa
lebak Kab. HSU. Analisis ini berdasarkan pada hasil survei yang dilakukan terhadap produksi perikanan tangkap. Data yang dianalisis kemudian
dihubungkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui penyebab kecenderungan penurunan produksi perikanan tangkap di rawa lebak Kab. HSU. Kondisi aktual
19
keadaan rawa lebak dianalisis dari data produksi hasil perikanan, sarana dan prasarana pendukung serta data lain yang mencerminkan keragaan rawa lebak.
Hasil analisis terhadap kondisi perikanan tersebut selanjutnya dihubungkan dengan daya dukung dan peluang serta faktor-faktor lain yang
berpengaruh, sehingga diperoleh keadaan rawa lebak secara umum. Kegiatan penangkapan masih berpeluang untuk dikembangkan apabila potensi sumber daya
perikanan yang tersedia lebih besar dari tingkat produksi aktualnya. Untuk mencapai tingkat pengelolaan yang berkelanjutan, jumlah tangkapan yang
diperbolehkan JTB adalah sebesar 80 dari total potensi sumber daya perikanan yang tersedia.
Arahan pengembangan perikanan tangkap di Kab. HSU disusun berdasarkan hasil dari analisis sebelumnya yang meliputi hasil analisis kondisi
dan potensi perikanan tangkap, analisis Location Quotient LQ analisis SWOT dan analisis Analytical Hierarchy Process AHP. Selanjutnya hasil analisis
tersebut dipadukan dengan peta wilayah potensi perikanan tangkap dan peta RTRW Kab. HSU sehingga diperoleh peta arahan pengembangan perikanan
tangkap dan arahan pengembangan perikanan tangkap di rawa lebak Kab. HSU.
3.4.3 Analisis Kriteria Teknis Kawasan Suaka Perikanan