9
pencemaran, kemacetan dan konflik sosial. Pembangunan infrastruktur yang mengabaikan prinsip berkelanjutan, tidak memperhatikan dan menjaga pelestarian
lingkungan akan memberikan dampak kontraproduktif yang pada gilirannya tidak lagi memberikan manfaat pertumbuhan ekonomi wilayah, karena akan disibukkan
oleh biaya-biaya mengatasi bencana dan ongkos sosial ekonomi yang besar Djakapermana, 2010.
Di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut: 1 sebagai bagian dari
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, 2 menciptakan
keseimbangan pembangunan antar wilayah, 3 menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumber daya di masa sekarang dan masa yang akan datang
pembangunan berkelanjutan, dan 4 disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasi perencanaan yang disusun Rustiadi et
al., 2009.
2.4 Rawa Lebak
Lahan rawa lebak, menurut terminologi landform adalah backswamp atau rawa belakang yang merupakan suatu land facet cekungan. Posisinya berada di
belakang tanggul sungai levee. Dari aspek lingkungan, keberadaan rawa lebak sangat penting sebagai pengendali luapan air, baik pada waktu kejadian banjir
maupun pascabanjir. Dari aspek sumber daya lahan, rawa lebak merupakan lahan tercadang untuk pertanian dan perikanan Djaenudin, 2009. Perairan umum rawa
merupakan penghasil ikan air tawar utama bagi kebutuhan masyarakat Nasution, 2008. Rawa memiliki nilai karena fungsinya telah terbukti berguna untuk
manusia baik untuk hidrologis maupun biologis Mitsch et al., 2000. Menurut Noor 2007, rawa lebak diartikan sebagai kawasan rawa dengan
bentuk wilayah berupa cekungan dan merupakan wilayah yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai levee atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai.
Lahan rawa lebak memiliki topografi berupa cekungan dan merupakan dataran banjir dengan masa genangan lebih panjang. Pengaruh arus pasang surut dari air
laut sangat lemah bahkan hampir nihil. Ketentuan umum untuk dikategorikan sebagai rawa lebak adalah apabila genangan air minimal 50 cm dan lamanya
10
genangan minimal 3 bulan. Bentang alam landscape wilayah rawa lebak meliputi wilayah tanggul sungai, dataran banjir flood-plain sampai lahan burit
hinterland, termasuk sebagian wilayah rawa pedalaman atau rawa belakang back swamp.
Luas lahan rawa lebak di Indonesia ditaksir sekitar 13,27 juta hektar atau 40 dari luas keseluruhan rawa yang luasnya sekitar 33,43 juta hektar Nugroho
et. al., 1992 dalam Noor, 2007. Lahan rawa lebak ini utamanya tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatra, Kalimantan dan Papua. Sisanya tersebar di Pulau
Sulawesi dan sebagian kecil Pulau Jawa. Namun dari luasan rawa lebak 13,27 juta hektar tersebut baru 730 ribu hektar yang telah direklamasi dan dimanfaatkan
umumnya untuk pertanian, sisanya masih berupa lahan hutan atau rawa monoton Balittra, 2001 dalam Noor, 2007.
Ditinjau dari aspek potensi, secara umum lahan lebak sebenarnya lebih baik dari lahan pasang surut, oleh karena tanah lahan lebak tersusun dari endapan
sungai fluviatil, yang tidak mengandung bahan sulfidik atau pirit. Terkecuali tentunya pada zona peralihan antara lahan lebak dan lahan pasang surut. Bagian
yang potensial untuk pertanian dari lahan lebak adalah pematang atau lebak dangkal, dan lebak tengahan, yang umumnya dijadikan persawahan lebak dengan
pertanaman palawija dan sayuran pada galengan sawah, atau di bagian guludanbedengan pada sistem surjan, terutama pada lebak pematang. Lebak
dalam, karena bentuknya mirip suatu cekungan, kondisi airnya relatif masih tetap dalam walaupun di musim kemarau, sehingga lebih sesuai untuk budidaya
perikanan tawar Subagyo, 2006. Selain sebagai sumber pertumbuhan produksi pertanian secara umum, rawa
lebak juga mempunyai fungsi lingkungan, antara lain sebagai pengendali banjir, pengendali kekeringan, penyimpan dan pendaur air, penawar pencemaran
lingkungan, dan penghasil bahan bakar kayu arang, gambut. Manfaat rawa ini sebagai penyangga lingkungan, sehingga rawa sejatinya harus ditempatkan dalam
suatu rancangan pengelolaan terpadu antara dua kepentingan yang saling menguntungkan, antara kepentingan produksi dengan kepentingan ekologi atau
lingkungan sehingga tercapai upaya pengembangan yang seimbang dan berkelanjutan Noor, 2007.
11
Rawa lebak yang dimanfaatkan sebagai pengembangan perikanan termasuk rawa lebak tengahan, rawa lebak dalam sampai rawa lebak sangat dalam. Jenis
ikan yang hidup pada ekosistem rawa lebak ini terdiri atas tidak kurang 100 jenis. Perikanan lebak bersifat tangkap sehingga ke depan sangat tergantung pada
habitat alamnya. Perubahan dari kegiatan tangkap menjadi budidaya menetap diperlukan untuk meningkatkan sumbangan sektor perikanan dalam pembangunan
pertanian secara luas Noor, 2007. Pemeliharaan ikan introduksi di lahan lebak dangkal dapat dilakukan dengan sistem kolam di pekarangan atau sistem keramba
Alihamsyah, 2005. Daerah rawa lebak Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai potensi besar
dalam sektor perikanan terutama perikanan tawar. Inventarisasi potensi dan sistem budidaya perikanan dilakukan oleh LP IPB dengan pengumpulan data
sekunder dari Dinas Perikanan dan peninjauan lapang di sentra produksi atau tempat-tempat penangkapan ikan rawa di lahan rawa lebak Kabupaten Hulu
Sungai Utara. Hal-hal yang diperhatikan dalam inventarisasi ini adalah jumlah produksi ikan pada berbagai musim, jenis-jenis ikan yang ditangkap, teknik-
teknik penangkapan, jenis-jenis ikan yang langka, teknik pengolahan hasil perikanan, teknik budidaya dan pengamatan sistem pemasaran hasil-hasil
perikanan LP IPB, 2002.
2.5 Fungsi Kawasan