19
keadaan rawa lebak dianalisis dari data produksi hasil perikanan, sarana dan prasarana pendukung serta data lain yang mencerminkan keragaan rawa lebak.
Hasil analisis terhadap kondisi perikanan tersebut selanjutnya dihubungkan dengan daya dukung dan peluang serta faktor-faktor lain yang
berpengaruh, sehingga diperoleh keadaan rawa lebak secara umum. Kegiatan penangkapan masih berpeluang untuk dikembangkan apabila potensi sumber daya
perikanan yang tersedia lebih besar dari tingkat produksi aktualnya. Untuk mencapai tingkat pengelolaan yang berkelanjutan, jumlah tangkapan yang
diperbolehkan JTB adalah sebesar 80 dari total potensi sumber daya perikanan yang tersedia.
Arahan pengembangan perikanan tangkap di Kab. HSU disusun berdasarkan hasil dari analisis sebelumnya yang meliputi hasil analisis kondisi
dan potensi perikanan tangkap, analisis Location Quotient LQ analisis SWOT dan analisis Analytical Hierarchy Process AHP. Selanjutnya hasil analisis
tersebut dipadukan dengan peta wilayah potensi perikanan tangkap dan peta RTRW Kab. HSU sehingga diperoleh peta arahan pengembangan perikanan
tangkap dan arahan pengembangan perikanan tangkap di rawa lebak Kab. HSU.
3.4.3 Analisis Kriteria Teknis Kawasan Suaka Perikanan
Analisis ini mengidentifikasi fungsi kawasan rawa lebak sebagai kawasan suaka perikanan. Identifikasi kawasan suaka perikanan berdasarkan syarat
lingkungan hidup ikan dengan kriteria-kriteria yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 02 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Pengolahan data kemudian dilakukan dengan analisis spasial
menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG untuk menghasilkan peta kawasan suaka perikanan.
Suaka perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung atau
berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Untuk memfungsikan suatu lokasi sebagai suaka perikanan, maka
lokasi tersebut haruslah memenuhi persyaratan lingkungan hidup ikan di habitat tersebut, yang dikelola secara baik. Menurut Diskan Kab. HSU 2009a beberapa
20
kriteria penting suaka perikanan yang ada di daerah rawa lebak banjiran flood- plain, agar dapat berfungsi sebagai sumber benih untuk melestarikan dan
meningkatkan produksi ikan di sekitarnya, yaitu: 1.
Kedalaman yang cukup dan tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau.
2. Kualitas air harus baik atau tidak ada pencemaran yang melebihi ambang
batas untuk kehidupan ikan. 3.
Banyak tersedia pakan alami seperti: perifiton, serangga air, benthos, plankton, sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
4. Di sekitar suaka harus terdapat hutan rawa dan vegetasi air lainnya sebagai
tempat mencari pakan feeding ground, tempat berkembang biak spawning ground dan perlindungan terutama bagi anak ikan nursery ground.
5. Mempunyai fluktuasi air yang besar 2-4 m, saat air besar pada musim
penghujan ikan dapat menyebar ke segala penjuru perairan mengikuti gerakan air menuju hutan rawa untuk melakukan pemijahan, sedangkan pada saat air
surut musim kemarau ikan kembali ke suaka. 6.
Suaka harus berhubungan dengan perairan umum, tidak tertutup, terdapat jalur berupa kanal, sehingga benih ikan dapat menyebar ke perairan
sekitarnya. 7.
Dalam pengelolaan suaka harus ada partisipasi masyarakat setempat. Ada beberapa tipe suaka perikanan, yaitu:
1. Tipe lebung cekungan tanah di rawa lebak,
luas ideal ≥ 0,5 ha, namun jumlahnya harus banyak dan menyebar.
2. Tipe danau rawa lebak oxbow-lake, luas ideal 20 ha.
3. Tipe sungai, panjang minimal 1 km dan harus ada lubuk sungai dan goa
tempat persembunyian induk ikan. Secara spasial, identifikasi kawasan calon lokasi suaka perikanan
menggunakan peta penggunaan lahan musim kemarau berdasarkan kawasan yang masih tergenang air pada musim kemarau. Kawasan calon lokasi suaka perikanan
diutamakan memiliki sifat: 1 selalu tergenang sepanjang tahun, 2 terhubung dengan daerah tangkapan atau berada di dekat sungai, 3 adanya vegetasi.
Setelah calon lokasi diidentifikasi, dilakukan wawancara dengan masyarakat
21
sekitarnya untuk mengetahui karakteristik perairan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat juga menjadi bahan pertimbangan dalam
penentuan calon lokasi berdasarkan kriteria yang ada. Masyarakat setempat lebih mengetahui keadaan perairan di sekitar mereka. Setelah calon lokasi ditetapkan,
maka dilakukan pengamatan langsung ke lapangan ground check untuk mengetahui kondisi aktual di lapangan. Penentuan calon lokasi dilakukan dengan
deliniasi terhadap peta penggunaan lahan musim kemarau pada areal yang sesuai dengan sifat-sifat tersebut.
Untuk mengidentifikasi kawasan perikanan tangkap menggunakan peta penggunaan lahan musim hujan. Kawasan ini ditentukan dengan melakukan
query pada kelas penggunaan lahan berupa rawa lebak, belukar rawa, hutan rawa sekunder dan tubuh air. Hutan rawa merupakan tempat pemijahan, mencari pakan
alami dan perlindungan Utomo et al., 2009. Produksi ikan pada ekosistem hutan rawa lebih tinggi dari pada perairan yang tidak berhutan rawa Utomo et al.,
1999. Potensi perikanan di perairan rawa lebak cukup besar, diperkirakan tidak kurang dari 100 jenis ikan terdapat di perairan rawa lebak. Jenis ikan yang adaptif
hidup pada ekosistem rawa lebak bersifat spesifik lokasi dan cukup beragam tergantung pada keadaan ekologi habitatnya. Jenis-jenis ikan yang umum didapati
di rawa lebak disebut ikan hitam antara lain betok, gabus, sepat, biawan, patin, belut dan toman. Ikan putih yang umum terdapat di perairan sungai atau danau
juga dapat ditemukan di rawa lebak sebagai ikan pendatang yang masuk karena banjir atau terikut saat luapan sungai Noor, 2007.
3.4.4 Analisis Spasial Spatial Analysis