66
sebaran juvenile karena belum ada data yang tersedia. Penentuan ini berdasarkan data dari Diskan Kab.HSU tentang usulan wilayah kawasan suaka perikanan di
Kab. HSU. Kawasan suaka perikanan ini tersebar di 5 kecamatan dan 12 desa Tabel 20. Luasan suaka perikanan yang ditentukan merupakan luas keseluruhan
suaka perikanan di Kab. HSU. Luasan suaka perikanan pada setiap perairan desa belum ditentukan karena harus di lakukan pengamatan secara lebih detail di
semua calon lokasi suaka perikanan. Mengingat peran dan fungsinya yang sangat penting, maka suaka perikanan
harus terlindung dari dampak negatif akibat kegiatan di luar perikanan yang dilakukan di sekitarnya. Sebagai solusi alternatif dalam mempertahankan dan
mengembangkan status kawasan dibutuhkan penetapan aturan formal tingkat daerah, strategi pengelolaannya secara terpadu, serta monitoring dan evaluasi
secara intensif. Dengan adanya pengembangan potensi rawa lebak berdasarkan fungsi
kawasan tangkap dan kawasan suaka perikanan diharapkan terjadi peningkatan produksi dan terjaganya kelestarian sumber daya. Luasnya potensi perikanan yang
dimiliki memerlukan pengelolaan sumber daya perikanan secara tepat dan bijaksana sehingga tujuan peningkatan produksi dan terjaganya kelestarian
sumber daya perikanan dapat tercapai. Pengelolaan sumber daya perikanan yang bijaksana dengan melibatkan berbagai stakeholder akan menjadikan sektor
perikanan mampu memberikan kontribusi secara berkelanjutan.
5.5 Persepsi Stakeholder
Prioritas pengelolaan diketahui melalui nilai skor yang didapatkan melalui Analytic Hierarchy Process AHP. Semakin tinggi nilai yang diperoleh
menandakan bahwa variabel atau faktor tersebut lebih prioritas dibandingkan faktor lain yang memiliki nilai lebih rendah. Sesuai persepsi masing-masing
stakeholder, bobot nilai setiap faktor juga berbeda-beda. Stakeholder yang diminta persepsinya terdiri atas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda,
Dinas Perikanan Dan Peternakan, pihak swasta, dan masyarakat perikanan nelayan. Stakeholder tersebut dianggap cukup mewakili karena mengerti
terhadap permasalahan, sebagai pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki
informasi dan memahami permasalahan perikanan.
67
Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder, maka dapat diketahui persepsi seluruh stakeholder terhadap tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan pengembangan potensi perikanan tangkap rawa lebak yaitu: 1 fisik, 2 ekonomi, dan 3 sosial dan kelembagaan. Berdasarkan aspek fisik,
hal yang perlu dipertimbangkan seperti sumber daya alam, kawasan konservasi serta sarana dan prasarana. Aspek ekonomi meliputi sumber daya manusia,
modal, produktivitas dan pemasaran. Aspek sosial kelembagaan terdiri atas partisipasi masyarakat dan lembaga pembina. Ketiga aspek tersebut merupakan
kriteria pemilihan sedangkan hal yang perlu dipertimbangkan pada setiap aspek merupakan alternatif pilihan.
Berdasarkan kriteria pemilihan, stakeholder menentukan aspek fisik yang paling penting dengan skor penilaian 0,382. Aspek berikutnya adalah sosial dan
kelembagaan dengan skor 0,310 dan terakhir adalah aspek ekonomi dengan skor 0,308. Dari alternatif pilihan pada aspek fisik, yang harus diprioritaskan adalah
sumber daya alam.
Hal ini berarti sumber daya perikanan harus mendapat perhatian untuk dapat dipelihara dengan baik sehingga pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Alternatif pilihan pada aspek fisik yaitu pentingnya sarana dan prasarana yang menempati prioritas kedua yang harus dipertimbangkan.
Beberapa tahun terakhir, penyediaan sarana dan prasarana kegiatan perikanan tangkap melalui dana DAK
dianggap cukup memadai dalam menunjang kegiatan penangkapan. Kawasan konservasi belum memberikan hasil yang nyata sehingga menjadi prioritas
terakhir pada aspek fisik dalam pengelolaan perikanan tangkap menurut persepsi stakeholder.
Aspek kedua yang harus diprioritaskan adalah aspek sosial dan kelembagaan. Alternatif pilihan dalam penentuan pengembangan potensi
perikanan rawa lebak menempatkan partisipasi masyarakat sebagai prioritas utama yang harus dipertimbangkan pada aspek sosial dan kelembagaan. Hal ini
berarti sebagai stakeholder terbesar dalam proses perencanaan, maka keterlibatan kelompok masyarakat harus diutamakan, karena masyarakat yang akan terkena
dampak langsung dari perencanaan tersebut, sehingga perencanaan bukan hanya menjadi domain pemerintah.
68
Lembaga pembina menempati urutan kedua prioritas yang harus dipertimbangkan menurut persepsi stakeholder.
Mayoritas masyarakat perikanan merupakan nelayan penangkap ikan yang berarti kegiatan penangkapan
merupakan kegiatan yang dominan dilakukan sehingga diperlukan lembaga pembina agar mereka menyadari dan memahami arti pentingnya konservasi dan
pengelolaan sumber daya ikan yang lestari karena perairan rawa lebak merupakan tempat mereka berusaha dan menggantungkan hidupnya. Hal ini memperkuat
simpulan Adger et al. 2000 bahwa pada dasarnya keberhasilan konservasi di lahan basah ditentukan oleh lembaga dan hak kepemilikan dan berhubungan
dengan pengelolaan sumber daya. Pada aspek ekonomi yang merupakan aspek terakhir yang diprioritaskan,
sumber daya manusia dan modal masing-masing menempati urutan pertama dan kedua sebagai alternatif pilihan. Nelayan telah melakukan kegiatan secara turun
temurun sehingga aspek ekonomi menempati urutan terakhir aspek yang diprioritaskan. Begitu juga dengan modal, adanya kemudahan akses pinjaman
melalui Usaha Pelayanan Pengembangan Usaha Perikanan UPP-UP sebagai wadah penyaluran dan pemanfaatan dan penguatan modal melalui mekanisme
pinjaman bagi pelaku usaha perikanan skala kecil sehingga alternatif pilihan ini tidak diprioritaskan.
Prioritas terakhir yaitu produktivitas dan pemasaran. Hal ini diduga karena produktivitas yang cenderung tetap dan pemasaran yang sudah memiliki jaringan
distribusi yang tetap sehingga hal ini bukan menjadi prioritas yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan perikanan tangkap. Gambar 23 menampilkan
ringkasan persepsi seluruh stakeholder dalam penentuan pengembangan potensi perikanan tangkap rawa lebak di Kab. HSU. Perhitungan skor untuk analisis AHP
pada Lampiran 4.
69
Gambar 23. Hasil AHP dalam Penentuan Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap Rawa Lebak di Kab. HSU
5.6 Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap