21
sekitarnya untuk mengetahui karakteristik perairan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat juga menjadi bahan pertimbangan dalam
penentuan calon lokasi berdasarkan kriteria yang ada. Masyarakat setempat lebih mengetahui keadaan perairan di sekitar mereka. Setelah calon lokasi ditetapkan,
maka dilakukan pengamatan langsung ke lapangan ground check untuk mengetahui kondisi aktual di lapangan. Penentuan calon lokasi dilakukan dengan
deliniasi terhadap peta penggunaan lahan musim kemarau pada areal yang sesuai dengan sifat-sifat tersebut.
Untuk mengidentifikasi kawasan perikanan tangkap menggunakan peta penggunaan lahan musim hujan. Kawasan ini ditentukan dengan melakukan
query pada kelas penggunaan lahan berupa rawa lebak, belukar rawa, hutan rawa sekunder dan tubuh air. Hutan rawa merupakan tempat pemijahan, mencari pakan
alami dan perlindungan Utomo et al., 2009. Produksi ikan pada ekosistem hutan rawa lebih tinggi dari pada perairan yang tidak berhutan rawa Utomo et al.,
1999. Potensi perikanan di perairan rawa lebak cukup besar, diperkirakan tidak kurang dari 100 jenis ikan terdapat di perairan rawa lebak. Jenis ikan yang adaptif
hidup pada ekosistem rawa lebak bersifat spesifik lokasi dan cukup beragam tergantung pada keadaan ekologi habitatnya. Jenis-jenis ikan yang umum didapati
di rawa lebak disebut ikan hitam antara lain betok, gabus, sepat, biawan, patin, belut dan toman. Ikan putih yang umum terdapat di perairan sungai atau danau
juga dapat ditemukan di rawa lebak sebagai ikan pendatang yang masuk karena banjir atau terikut saat luapan sungai Noor, 2007.
3.4.4 Analisis Spasial Spatial Analysis
Dalam Sistem Informasi Geografis SIG, selain pembuatan atau digitasi peta dengan input data spasial maupun atribut, hal lain yang juga sering dilakukan
adalah analisis data, yang diharapkan akan dapat memberikan informasi yang diperlukan dari peta yang dibuat. Pengolahan data spasial seperti ini menjadi
sangat penting karena ada banyak pengguna peta yang keperluannya berbeda-beda dan terkadang sangat spesifik.
Untuk itu perlu dilakukan geoprocessing, dengan memanfaatkan fasilitas dari ArcToolbox sebagai alat untuk menganalisis. Analisis spasial yang dilakukan
pada penelitian ini menggabungkan antara data spasial peta dengan hasil survei
22
di lapangan untuk melihat keterkaitan atau hubungan antara fenomena secara spasial dengan menggunakan teknik:
1. Overlay atau tumpang susun antara data spasial sehingga dihasilkan suatu
wilayah baru dengan karakteristik yang merupakan gabungan nilai antar data spasial.
2. Dissolve untuk meringkas atau menggabungkan antar kelas yang sama.
3. Union digunakan untuk menggabungkan poligon-poligon yang kurang
sempurna hasil dissolve menjadi poligon yang sempurna. 4.
Intersection untuk melakukan overlay, menggabungkan dua atau beberapa fitur outputnya merupakan fitur overlap yang memiliki seluruh atribut dari
seluruh fitur. 5.
Buffer merupakan jarak di sekeliling garis atau poligon sebuah fitur.
3.4.5 Analytical Hierarchy Process AHP
Salah satu model analisis data yang dapat digunakan untuk menelaah kebijakan adalah AHP. Analisis kebijakan merupakan analisis yang
menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan landasan bagi para pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan.
Metode AHP dapat digunakan dengan cukup mengandalkan intuisi atau persepsi sebagai masukan utamanya, namun intuisi atau persepsi tersebut harus datang dari
orang yang mengerti permasalahan, pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi.
Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 7 orang yang merupakan stakeholder terkait kegiatan
perikanan terdiri atas unsur-unsur pemerintah daerah 4 orang, tokoh masyarakat nelayan 2 orang, dan pihak swasta 1 orang. Pemilihan responden dilakukan
sedemikian rupa terhadap pihak-pihak yang memiliki pemahaman baik terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Menurut Marimin 2008 dasar dari prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
23
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9.
Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting, ini berarti bahwa atribut yang sama skalanya nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan
kasus atribut yang paling absolut dibandingkan yang lainnya. 3.
Penentuan Prioritas Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria
kualitatif, maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.
Bobot atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
3.4.6 Analisis SWOT