i. Klimaks, yaitu tahap akhir perubahan vegetasi, keadaan habitat dan struktur
vegetasi konstan, karena pembentukkan jenis dominan telah mencapai batas. Jenis dominan dari komunitas klimaks hampir mendekati harmonis dengan
habitat dan lingkungannya. Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan
dinamis dengan lingkungan, terjadi pergantian masyarakat tumbuh-tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang disebut vegetasi klimaks. Dalam masyarakat
yang telah stabilpun selalu terjadi perubahan-perubahan, misalnya karena pohon- pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan-anakan pohon atau pohon-
pohon yang selama ini hidup tertekan. Demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan keadaan kepada keseimbangan
Soerianegara Indrawan, 1998.
2.3. Teknik Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII
Sistem silvikultur adalah proses penanaman, pemeliharaan, penebangan, penggantian suatu tegakan hutan untuk menghasilkan produksi kayu, atau hasil
hutan lainnya dalam bentuk tertentu. Sesuai dengan asas kelestarian hasil yang mendasari pengelolaan hutan, maka pemilihan sistem silvikultur memerlukan
pertimbangan yang seksama, mencakup keadaan atau tipe hutan, sifat fisik, struktur, komposisi, tanah topografi, pengetahuan profesional rimbawan, dan
kemampuan pembiayaan Troup 1966 dalam Departemen Kehutanan 1992. Sistem Tebang Pilih Tanam Indonessia Intensif TPTII adalah regime
silvikultur hutan alam yang mengharuskan adanya tanaman pengkayaan pada areal pasca penebangan secara jalur, tanpa memperhatikan cukup tidaknya anakan
yang tersedia dalam tegakan tinggal. Keunggulan dari TPTII adalah Departemen Kehutanan, 2005:
a. Kontrol pengelolaan baik oleh perusahaan sendiri, maupun pihak luar lebih
efisien, mudah dan murah; b.
Pada awal pembangunannya telah menggunakan bibit dengan jenis yang terpilih dan rotasi berikutnya telah menggunakan bibit dari hasil pemuliaan,
sehingga produktivitasnya bisa meningkat 5 lima kali, kualitas produk lebih baik;
c. Target produksi bisa lebih fleksibel tergantung pada investasi tanaman;
d. Keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan lebih baik; dan
e. Kemampuan perusahaan meningkat.
2.4. Pertumbuhan Tanaman
Menurut Sitompul dan Guritno 1995 pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin
besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Davis dan Jhonson 1987 juga mendefinisikan pertumbuhan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi
pohon, baik diameter maupun tinggi yang terdapat pada suatu tegakan. Pertumbuhan ke atas tinggi merupakan pertumbuhan primer initial growth,
sedangkan pertumbuhan ke samping diameter disebut pertumbuhan sekunder secondary growth
. Nyakpa et al. 1988 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah faktor genetis dan faktor lingkungan. Salah satu peranan penting dari faktor genetis adalah kemampuan suatu tanaman untuk berproduksi
tinggi. Potensi hasil yang tinggi serta sifat-sifat lainnya seperti ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit berhubungan sangat erat dengan susunan genetik
tanaman. Faktor lingkungan yang diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah suhu, ketersediaan air, energi surya, mutu atmosfer, struktur dan
komposisi udara tanah, reaksi tanah, serta organisme tanah. Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang paling sering
digunakan sebagai parameter pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter
berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi Davis Jhonson, 1987.
Pertumbuhan tinggi pohon dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh.
Setidaknya terdapat 3 tiga faktor lingkungan dan 1 satu faktor genetik yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, yaitu kandungan nutrien
mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat
genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon Davis Jhonson, 1987.
Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur
dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata-rata yang dimulai dari pengukuran awal Gardner et al. 1991
2.5. Kondisi Ekologis Shorea leprosula Miq.