Indeks Kemerataan Jenis HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 15 lanjutan 1 2 3 4 5 6 LOA TPTII 2 tahun Datar 0-15 2,75 3,51 7,39 8,58 Sedang 15-25 3,45 4,36 7,80 7,79 Curam 25 4,06 4,50 7,55 9,11 Keterangan: LOA Logged Over Areahutan bekas tebangan; TPTII Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif Magurran 1988 menyatakan bahwa nilai R 1 3,5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah. Sedangkan nilai R 1 = 3,5-5,0 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong sedang. Apabila diperoleh nilai R 1 5,0 maka kekayaan jenis dalam komunitas tersebut tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam tabel 16, dapat diketahui bahwa nilai indeks kekayaan Margallef R 1 pada kondisi hutan primer secara umum memiliki nilai diatas 5,00, kecuali pada vegetasi tingkat semai di kelerengan datar dimana nilainya adalah 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan jenis yang terdapat di hutan primer tergolong tinggi lihat tabel 8. Hutan primer dianggap memiliki keadaan yang stabil atau klimaks, sehingga diasumsikan memiliki tingkat kekayaan jenis yang tinggi. Jumlah jenis yang terdapat di hutan primer untuk tiap tingkatan vegetasi pada berbagai kelerengan berkisar antara 25-47 jenis. Keadaan yang berbeda ditunjukkan di LOA TPTII 2 dua tahun. Dari tabel 15 dapat terlihat bahwa pada LOA TPTII 2 dua tahun terjadi penurunan nilai indeks kekayaan Margallef R1 untuk tingkat semai dan pancang di berbagai kelerengan. Nilainya hanya berkisar 2,75-4,50, sehingga tingkat kekayaan jenisnya tergolong kedalam kriteria rendah-sedang. Namun pada tingkat tiang dan pohon justru terjadi peningkatan nilai R 1 jika dibandingkan pada hutan primer. Indeks kekayaan Margallef yang ditunjukkan hampir semuanya memiliki nilai diatas 5,00 baik untuk tingkat tiang maupun pohon di berbagai kelerengan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kekayaan Margallef R 1 untuk tingkat tiang dan pohon di LOA TPTII 2 dua tahun tergolong tinggi.

5.5. Indeks Kemerataan Jenis

Kemerataan jenis merupakan parameter lainnya yang juga mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis suatu komunitas. Nilainya dapat diperoleh dengan menghitung indeks kemerataan E. Indeks kemerataan adalah indeks yang menunjukkan tingkat penyebaran jenis pada suatu areal pengamatan. Apabila nilai indeks semakin besar maka dapat dikatakan bahwa komposisi jenis semakin merata tidak didominasi oleh satu jenis saja. Menurut Magurran 1988, besaran nilai E 0,3 menunjukkan kemerataan jenis rendah. Apabila nilai E berkisar antara 0,3 sampai dengan 0,6 maka kemerataan jenis tergolong sedang. Sedangkan jika nilai E 0,6 maka kemerataan jenis dalam komunitas tersebut dapat dikatakan tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat besarnya nilai indeks kemerataan E yang terdapat di plot pengamatan pada tabel 16. Tabel 16 Indeks Kemerataan Jenis E pada hutan primer dan LOA TPTII 2 dua tahun berdasarkan tingkat permudaannya Kondisi Hutan Kelerengan Indeks Kemerataan Jenis E Semai Pancang Tiang Pohon Primer Datar 0-15 0,86 0,81 0,87 0,82 Sedang 15-25 0,73 0,84 0,87 0,86 Curam 25 0,78 0,83 0,91 0,87 LOA TPTII 2 tahun Datar 0-15 0,76 0,74 0,83 0,83 Sedang 15-25 0,79 0,73 0,84 0,86 Curam 25 0,77 0,79 0,87 0,85 Keterangan: LOA Logged Over Areahutan bekas tebangan; TPTII Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif Dari tabel 16 dapat terlihat bahwa indeks kemerataan jenis E baik pada hutan primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun memiliki nilai diatas 0,60. Indeks kemerataan tertinggi pada hutan primer terdapat pada tingkat vegetasi tiang di kelerengan curam dengan nilai sebesar 0,91. Begitu juga pada LOA TPTII 2 dua tahun, nilai indeks kemerataan untuk tingkat pohon pada kelerengan sedang mengalami penurunan nilai menjadi 0,86. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi di LOA TPTII 2 dua tahun terdapat pada tingkat vegetasi tiang di kelerengan curam dengan nilai sebesar 0,87. Meskipun terjadi penurunan nilai pada LOA TPTII 2 dua tahun, namun perubahannya tidak terlalu besar karena selisih nilainya hanya berkisar 0,01-0,10. Berdasarkan uraian data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat kemerataan jenis baik di hutan primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun tergolong tinggi. Karena baik pada hutan primer maupun LOA TPTII 2 dua tahun rata-rata memiliki nilai indeks kemerataan diatas 0,60 hampir di semua kelerengan dan tingkat vegetasi. Tingginya nilai indeks kemerataan jenis ini mengindikasikan bahwa komposisi jenis pada hutan primer dan LOA TPTII 2 dua tahun tersebar merata. Artinya, pada kedua kondisi hutan ini tidak hanya di dominasi oleh satu jenis, namun tersebar pada banyak jenis.

5.6. Kesamaan Komunitas

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Komposisi dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat)

3 21 271

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Model Struktur Tegakan Pasca Penebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 19 70

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Struktur, Komposisi Tegakan dan Riap Tanaman Shorea parvifolia Dyer. pada Areal Bekas Tebangan dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif

0 2 160

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30